Nama :
Hajar Riza Asyiyah
NIM :
120210302051
Mata Kuliah :
Sejarah Amerika
Kelas :
B
KEDATANGAN
BANGSA EROPA DI AMERIKA
Penduduk asli di dataran Amerika berasal dari Asia yang menyeberang Selat
Bering, selat yang memisahkan antara benua Asia dan Amerika. Kelompok imigran
awal yang datang dalam waktu yang berbeda-beda tersebut mencari makanan, tempat
hidup dan ildim yang lebih baik untuk menetap. Di tempat baru, mereka membangun
pemukiman sambil mengembangkan kebudayaan baru sesuai dengan lingkungan
hidupnya di berbagai belahan benua Amerika. Di Selatan, mereka menjadi bangsa
Aztek di Meksiko, bangsa Maya di Amerika Tengah dan bangsa Inca di Peru serta
mengembangkan pemerintahan imperium yang dikuasai oleh segolongan aristokrat.
Di Amerika Utara, mereka mengembangkan hidup nomaden, atau berpindah-pindah
sambil berburu binatang, mengumpulkan makanan dan menggunakan alat-alat dari
batu. Beberapa di antaranya, seperti kebudayaan Mississippi
pra-Columbus, telah
mengembangkan teknik pertanian yang maju, arsitektur megah, dan masyarakat
setingkat negara.
Setelah
penjelajah Eropa dan para pedagang melakukan kontak pertama dengan para
penduduk asli, jutaan dari
mereka tewas karena wabah penyakit yang ditularkan oleh para
pendatang Eropa, misalnya cacar dan campak. Amerika, sebuah negara yang berada di suatu
benua yang semula tidak diketahui keberadaan nya, kini telah menjadi negara
adidaya di dunia. Sebelum Columbus menemukan Benua Amerika, sebenarnya telah
ada beberapa bangsa yang pernah menginjakkan kakinya di daerah pantai
Benua Amerika. Bangsa itu antara lain adalah Bangsa Asia (Timur-Tengah) dan
Eropa. Para pelayar dari Timur Tengah (Arab) sebelumnya telah sampai di
Benua Amerika, dan melakukan kontak dengan suku Pribumi (Indian) di sana, buktinya
adalah adanya beberapa suku Indian yang ternyata sudah memeluk agama Islam,
lalu nama berbagai daerah di Amerika Latin kebanyakan menggunakan awalan El
seperti awalan Al dalam budaya Timur tengah dan Islam, diantara yang menggunakan
nama itu adalah El-dorado.
Selain
itu, bangsa Eropa juga sebelumnya sudah sampai di Benua ini, tepatnya di daerah
utara. Pertemuan langsung antara bangsa Eropa dengan penduduk asli Amerika
tersebut terjadi ketika sekelompok penjelajah Norwegia (Norsemen) yang telah
mencapai Greenland mendarat di Vinland, Amerika Utara pada awal abad ke-11.
Bangsa Noor atau lebih dikenal dengan
sebutan Viking dari derah Nordik
(Norwegia), pada tahun 981 M melakukan pelayaran, sampai ke Greenland yang
dipimpin oleh Lcif Ericson (Eric's son, Leif, anak laki-laki Eric bernama Leif). Kemudian
tahun 1003 M Thorfin Karlsefnio berlayar dari Greenland dan mendarat di daerah
Vinland (tanah anggur atau Nova Scotia). Pelayaran banga Viking tersebut sampai
di daerah pantai Benua Amerika. Namun karena bangsa Viking adalah para Bajak
laut pengembara, mereka tidak mementingkan daerah jajahan.
Orang Eropa pertama yang
tiba di
Amerika Utara setidaknya
orang
pertama yang mempunyai
bukti-bukti kuat
adalah suku Nordik yang berjalan ke barat dari Greenland, tempat
Eric Merah mendirikan
pemukiman
sekitar
tahun 985. Pada 1001 putra Eric yang bernama Leif, diperkirakan telah
mengeksplorasi pantai timur laut yang sekarang merupakan Kanada dan melewati sedikitnya
satu musim dingin di sana. Sementara hikayat Nordik menyatakan pelaut Viking
mengeksplorasi pantai Atlantik Amerika Utara hingga ke Bahama, klaim itu masih
belum terbukti. Meski demikian, pada 1963, ditemukan reruntuhan beberapa rumah
Nordik dari masa itu di L’Anse-aux-Meadows, di bagian utara
Newfoundland, yang mendukung setidaknya sebagian hikayat itu.
Pada tanggal 12
Oktober 1492 salah seorang anggota penjelajah dari Spanyol yang dipimpin oleh
Christopher Columbus, seorang navigator
Italia, melihat sebuah pulau di kawasan Amerika yang kemudian dikenal dengan
San Salvador. Setelah mendarat sebentar, Columbus bertemu dengan sekelompok
penduduk asli yang kemudian dikenalnya dengan Indian. Sebutan tersebut didasarkan atas keyakinan bahwa San
Salvador adalah East Indies (Indian Timur) sebagai daerah yang dijadikan
tujuan penjelajahannya. Sebutan Indian terhadap semua penduduk Amerika tersebut
menyebar ke seluruh Eropa Barat sehingga semua penjelajah Eropa menyebut semua
penduduk asli Amerika itu sebagai orang-orang Indian. Setelah kedatangan
Columbus tersebut, ribuan penjelajah Eropa menyusulnya dan mendarat serta
bermukim di berbagai kawasan Amerika yang disebutnya sebagai New World atau
dunia (daerah) baru, sebagai sebutan yang sangat Eropa sentris. Bagi penduduk
asli Amerika daerah tersebut tidak baru lagi sebab mereka sudah bermukim di
kawasan tersebut selama ribuan tahun.
Timbulnya
penjelajahan orang-orang Eropa ke Amerika tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan sejarah Eropa. Antara abad ke 11 sampai 13 penduduk Eropa yang
beragama Kristen secara periodik mengunjungi daerah Laut Tengah untuk menemukan
kembali kota suci dari penguasa Muslim. Penjelajahan yang terjadi dalam konteks
Perang Salib tersebut berpengaruh terhadap diperkenalkannya rempah-rempah dari
Timur yang didatangkan oleh para pedagang Islam ke Eropa. Pasca Perang salib,
rempah-rempah merupakan komoditi yang sangat berharga dan dapat mendatangkan
keuntungan finansial yang berlipat ganda bagi mereka yang memperdagangkannya.
Oleh karena itu, orang-orang Eropa, terutama Portugis, Spanyol, Belanda dan
Inggeris berusaha mencari jalan alternatif ke daerah sumber penghasil
rempah-rempah tersebut. Setelah adanya dominasi perdagangan oleh orang-orang
Italia di laut Tengah dan setelah jatuhnya Konstantinopel, ibukota Romawi Timur
ke tangan Turki Usmania yang beragama Islam tahun 1453, usaha mencari rempah-rempah
dan penjelajahan dunia semakin intensif. Demikian juga dengan adanya renaissance
di Italia abad ke-15 yang dipelopori oleh para intelektual berusaha
mempertanyakan kembali hakekat penjelajahan dalam aspek invention, discovery
dan dunia baru bagi keunggulan individu dan keunggulan umat manusia.
MASA KOLONIALISASI
BANGSA EROPA DI AMERIKA
- Kolonialisasi Bangsa Spanyol
Pelayaran Christopher
Columbus (1451-1506) tahun 1492 dapat ditempatkan dalam konteks
penjelajahan bangsa Eropa ke benua "baru" Amerika. Columbus yakin
bahwa dia dapat menemukan rute terpendek ke arah timur dengan cara berlayar ke
arah barat menyeberangi Atlantik. Dia menyangka San Salvador adalah India,
negeri yang kaya akan bahan rempah-rempah. Antara tahun 1492-1502 Columbus
melakukan empat kali pelayaran ke Amerika dan menemukan kepulauan Caribia.
Sampai dia mati, pulau-pulau yang didarataninya seperti Haiti, Dominica, Puerto
Rico, Jamaica, Cuba dan Honduras masih diyakininya sebagai India. Melalui
rintisannya bangsa Spanyol memperoleh pengetahuan mengenai benua baru Amerika
yang kemudian dijadikan sebagai wilayah koloni Spanyol. Raja Spanyol Ferdinand
dan Ratu Isabela akhirnya mensponsori penjelajahan berikutnya ke Amerika untuk
menghadapi dominasi bangsa Portugis yang telah melakukan penjelajahan dunia.
Tindakan raja
Spanyol itu menimbulkan protes Spanyol yang menganggapnya telah mengancam
kepentingan Portugal di Amerika. Paus Alexander VI menengahi pertentangan
tersebut dengan cara menarik garis demarkasi antara Spanyol dan Portugal tahun
1493. Dalam tahun 1494 kedua negara sepakat dalam Perjanjian Tordesilas bahwa
Portugal akan menguasai Brazil dan sisa benua Amerika oleh Spanyol. Tentu saja
perjanjian tersebut tidak berlaku bagi negara-negara lain yang juga berambisi
menguasai Amerika.
Niat untuk
mencari jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan oleh bangsa Spanyol. Penguasa
Spanyol, Charles V, menugaskan Ferdinad Magellan (1480-1521) untuk
menemukan jalur langsung ke kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil
rempah-rempah. Magellan berlayar ke arah barat-daya melintasi Samudera
Atlantik, dan sampai ke ujung selatan benua Amerika. Dari sana dia menyeberang
ke Samudera Pacifik menuju arah Barat dan sampai di kepulauan Filipina tahun
1521 (pemberian nama kepulauan Philipina dilakukan tahun 1560 setelah kepulauan
tersebut berada di bawah imperialisme Spanyol atas 'nama raja Philip II). Di
kepulauan tersebut Magellan terbunuh. Namun deniikian pelayaran terus dilakukan
oleh anak buahnya hingga tiba kembali di Spanyol thun 1522. Pelayaran Magellan
berpengaruh besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan membuktikan teori Columbus
bahwa dunia ini bulat. Pelayaran ini juga memberi keterangan yang berharga
bahwa Samudera Pasifik demikian luas dan bumi ini lebih besar dibandingkan
dengan yang selama itu dipercayai orang.
Penjelajahan
bangsa Spanyol ke benua Amerika diikuti dengan penaklukan dan kolonisasi. Hernando
Cortez (1485-1547) berhasil mencapai Meksiko dan menaklukkan kerajaan Aztec
yang dikuasai kaisar Montezuma. Sisa-sisa peradaban Aztec dihancurkannya dengan
kejam. Demikian juga dengan kerajaan Inca di Peru dihancurkan oleh bangsa
Spanyol yang dirintis oleh penjelajahan Francisco Pizarro (1470-1541).
Daerah-daerah baru di Amerika Latin dikuasainya dan dijadikan sebagai bagian
dari imperium Spanyol. Penaklukkan itu disusul dengan migrasi penduduk Spanyol
ke daerah yang ditaklukkannya. Pada abad ke 16 di Amerika Selatan telah
terdapat 200.000 penduduk Spanyol.yang melakukan kolonisasi.
Selain itu, Spanyol dan Portugis juga datang di Amerika
Selatan/Latin yang lebih didorong oleh keinginan untuk melakukan penjajahan dan
pengeksplotasian terhadap sumber daya alam di wilayah jajahan (Amerika Latin).
Kawasan Amerika latin
dikembangkan/diselidiki oleh kaum petualang. Kaum petualang ini dalam melakukan
ekspedisinya dengan biaya dari negara mereka asal (Spanyol dan Portugis), maka
kawasan yang ditemukan berusaha untuk ditaklukkan dan dikuasai. Wilayah yang
dikuasai tersebut dibentuk dalam sebuah koloni. Nampaknya ada persamaan antara
Inggris dengan Spanyol serta Portugis. Motif ekonomi mengambil peran di
belakang terjadinya migrasi. Inggris untuk mengatasi pengangguran, walau yang
mendominasinya adalah penindasan keagamaan terhadap kaum Puritans. Sementara
Spanyol dan Portugis membutuhkan bahan baku untuk produksi dan djual di pasaran
Eropa.
Proses penaklukan terhadap penduduk Pribumi Amerika Selatan
dilakukan dengan perang. Misalnya: seperti kawasan Meksiko yang di taklukan
oleh Spanyol pada 13 Agustus 1521 dalam sebuah pengepungan, setelah takluk
wilayah ini disebut dengan Neuva Espana (Spanyol Baru).
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi kedatangan Spanyol
untuk melakukan kolonisasi dalam bentuk penjajahan di Amerika Selatan/Latin,
seperti:
- Pengeksplotasian kekayaan yang ada
- Memperkuat perdagangan
- Mencari tenaga kerja murah
- Political image, rasial, dan kebudayaan.
- Kolonialisasi Bangsa Portugis
Eksplorasi yang sistematis terhadap
"dunia baru" Amerika dilakukan oleh bangsa Portugis yang dipimpin
oleh Pangerah Henry atau Prince Henry (1394-1460). Henry berambisi untuk
mengembangkan kejayaan Portugal dan oleh karena itu mendorong setiap penjelajah
Portugal untuk melakukan penjelajahan dan menemukan rute baru ke kawastin yang
kaya akan rempah-rempah, emas dan perak. Melalui kepeloporan Henry, bangsa
Portugis memperoleh emas dari Afrika dan menjadikan jalur Portugal dan pantai
Afrika Barat sebagai jalur perdagangan mereka. Sejak tahun 1500 bangsa-bangsa
Eropa lainnya memperoleh emas dari Lisabon sebagai pusat perdagangan emas di
Eropa.
Pada tahun 1487 Bartholomew Diaz
mencapai ujung selatan Afrika Selatan. Setelah mencapai Tanjung Harapan, Diaz
kembali ke Portugal. Penjelajahan ini kemudian diteruskan 11 oleh seorang marinir Portugal bernama Vasco da Gam a
Dalam ekspedisi ketlua (1497-1499), Vasco da Gama mencapai pelabuhan-pelabuhan
India, dan sekembalinya ke Lisabon dia membawa barang-barang yang sangat
berharga di pasaran Eropa. Melihat banyaknya barang-barang dagangan yang dibawa
Diaz, raja Spanyol, Manuel (1495-1521) mengirimkan 13 kapal baru ke India
dibawah pimpinan Pedro AJvares Cabral. Tujuannya adalah mendirikan pangkalan
dagang di pelabuhan-pelabuhan India.
Pelabuhan-pelabuhan penting yang
dikuasai bangsa Portugis akhirnya diserahkan pada kekuasaan tahta Portugal.
Misalnya pelabuhan-pelabuhan di Brazil, Amerika Selatan, yang telah dikuasai
para pedagang Portugis diserahkan kepada tahta Spanyol. Demikian juga dengan
pelabuhan-pelabuhan dagang di Afiika, Jazirah Arab dan India diakui sebagai
milik tahta Portugal. Ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke Brazil pada tanggal 22
April 1500 merintis kekuasaan bangsa Portugis atas wilayah Amerika Selatan.
Para penguasa dan pedagang lokal di daerah yang didatanginya dan yang tidal:
mau tunduk pada Portugal diserang dan ditaklukkannya. Kota-kota pelabuhan
India, seperti Calicut dan Goa dan pelabuhan Ormuz di Iran diserangnya. Dibawah
gubernur Portugal di India, Alfonso cTAlbuquerque (menjabat antara 1509-1515),
kota-kota tersebut diserahkan kepada tahta Portugal. Demikian juga dengan
pelabuhan-pelabuhan lainnya yang semula dikuasai para pedagang Islam dari Arab,
India, Melayu, Maluku dan Malaka ditaklukkannya. Pelabuhan Malaka yang sangat
raniai dan strategis di Selat Malaka direbutnya tahun 1511, demikian juga
dengan pelabuhan-pelabuhan Maluku, sebagai pusat penghasil rempah-rempah,
dikuasainya.
Dengan penguasaan
langsung-daerah-daerah yang ditaklukkannya maka negara Portugal mulai merintis politik
imperialisme, yaitu politik untuk menjadikan daerah yang ditaklukkannya
sebagai bagian dari imperium seberang lautan Portugal, dan dikuasai langsung
oleh pemerintah pusat di ibukota Lisabon, Portugal. Portugal merupakan negara
pertama sejak jaman penjelajahan yang menguasai daerah imperium seberang
lautan. Melalui politik imperialisme, Portugal memaksa bangsa-bangsa yang
dikuasainya untuk tunduk pada aturan politik dan ekonomi yang dibuatnya. Dengan
deniikian para pedagang yang berada di bawah kekuasaan bangsa Portugis harus
menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga yang ditentukan oleh mereka.
C. Kolonialisasi Bangsa Perancis, Belanda, dan Jerman
Penjelajahan bangsa Perancis ke Amerika dimulai oleh
Giovanni da Verazzuno (1524) yang menjelajah pantai Atlantik dan mencari sungai
yang bisa dilayari ke arah daratan Sepulun tahun kemudian, Jacques Cartier
mengeksplorasi Newfoundland dan menjelajah Sungai St. Lawrence yang diangapnya
sebagai jalan lintas menuju daratan China. Dalam tahun 1608 Samuel de Champlain
melakukan sebelas kali eksplorasi ke Amenka Utara dan menemukan Quebec. Daerah
yang sekarang menjadi wilayah Kanada tersebut dihuni oleh orang-orang keturunan
Perancis.
Bangsa Belanda menyusul bangsa Portugis dan Spanyol melakukan penjelajahan
dunia termasuk ke Amenka. Para penjelajah Belanda sudah banyak yang mendarat di
kepulauan Indonesia sejak tahun 1600-an, terutama setelah tibanya kapal
Cornelis de Houtman di Banten tahun 1596. Pada tahun 1602 para penjelajan dan
pedagang Belanda telah mendirikan perserikatan dagang Belanda di Indonesia
dengan nama VOC. Organisasi dagang tersebut merupakan alat untuk melaksanakan
kolonialisme Belanda di Indonesia dan Sri Lanka. Kolonisasi Belanda di Amerika
dimulai sejak didirikannya West India Company di Pulau Manhattan tahun 1624
sebagai pangkalan dagang kulit binatang di kawasan Amerika.
Pada tahun 1650 organisasi dagang
Belanda di Amerika Selatan berhasil merebut beberapa pangkalan dagang Spanyol
dan Portugal sehingga akhirnya organisasi itu mampu mengontrol jaringan dagang
antara Amerika dan Eropa. Belanda juga mendirikan koloni di New Netherland.
Namun demikian koloni tersebut tidak berkembang, bahkan tahun 1664 koloni
tersebut direbut oleh Inggeris dan diganti dengan nama New York. Belanda lebih
tertarik terhadap koloninya di Asia (Indonesia).
Kolonisasi Belanda di
Amerika dimulai pada abad ke-17. Pedagang
Belanda
mendirikan pos dagang di Amerika. Namun banyak permukiman Belanda yang direbut
atau ditinggalkan. Belanda berhasil mempertahankan jajahannya di Suriname
hingga kemerdekaannya tahun 1975, dan juga Antilles
Belanda dan Aruba yang masih merupakan bagian dari Kerajaan
Belanda hingga kini. Di Amerika Utara, koloni Belanda adalah Belanda Baru,
Nieuw
Amsterdam dan Acadie Belanda.
Kolonisasi Jerman di
Amerika adalah usaha-usaha untuk menetap
di Venezuela
(Klein-Venedig dalam bahasa Jerman), St. Thomas,
Crab Island (Guyana), Nikaragua
dan Tertholen pada abad ke-16
dan ke-17 yang gagal. Banyak kolonis Jerman yang meninggal akibat penyakit
tropis atau serangan penduduk asli.
D. Latar
Belakang Kolonialisasi Bangsa Inggris di Amerika
Para penjelajah Inggris juga tidak
mau ketinggalan dalam meramaikan penjelajahan dunia. Dimulai dengan
penjelajahan John Cabot (pedagang Genoa yang tinggal di London), yang berniat
berlayar ke Brazil tetapi mendarat di Canada (Newfoundland) tahun 1497,
penjelajan Inggris berusaha menemukan "daerah baru", seperti
penjelajah Drake (1577-1580) yang berhasil mengelilingi dunia, Gilber, dan
Releigh menjelajah daratan Amerika Utara.
Kebijaksanan politik Inggris
dalam melakukan kolonisasi di Amerika Utara sejak abad ke-16 berkaitan dengan
situasi politik di dalam negeri. Walaupun klaim Inggris terhadap Amerika Utara
berlangsung sejak penjelajahan John Cabot (1497), klaim tersebut tidak diikuti
dengan tindakan nyata. Pada akhir abad ke-16 Monarki Tudor telah mengubah
kerajaan Inggris sebagai kekuatan utama di Eropa yang siap bersaing dengan
negara-negara lainnya dalam melakukan eksploitasi benua baru. Setelah keluar
dari krisis monarki abad ke-15 yang dikenal dengan "Wars of Roses"
atau perang-perang bunga ros dalam tubuh keluarga monarki, Inggris memasuki
abad ke-16 memperoleh pemerintahan yang kuat di dalam negeri.
Tampilnya keluarga Tudor
yang dipirnpin oleh Henry VII (1485-1509) dan Henry VIII (1509-1547)
ditandai dengan upaya mempersatukan semua keluarga monarki yang bertikai dan
menyatukan kesetiaan semua warga negara terhadap tahta kerajaan. Pada masa
pemerintahannya, Henry VIII telah dapat memperoleh kekuasaannya atas semua
keluarga kerajaan, kecuali atas kekuasaan Paus di Roma. Ketika istri pertama
Henry, Catherine of Aragon tidak melahirkan anak laki-laki sebagai putra
mahkota, Henry meminta Paus di Roma untuk membatalkan perkawinannya. Ketika
Paus menolak, Henry menentang Paus dan meminta Parlemen Inggris untuk
memutuskan hubungan dengan Gereja Katholik di Roma. Akhirnya Parlemen pada
tahun 1534 sepakat untuk menghasikan undang-undang yang mengesahkan
terbentuknya sistem gereja Inggris yang berada di bawah kekuasaan Raja Inggris.
Dengan undang-undang tersebut, Henry, sebagai raja Inggris memiliki kewenangan
atas pajak yang dipungut oleh gereja serta tanah yang dikuasainya. Peristiwa
tersebut merupakan saluran bagi terbentuknya reformasi gereja dan protestanisme
di Inggris.
Setelah memperoleh kekuatan
politik di dalam negeri, Henry berusaha meningkatkan kekuatan ekonomi dalam
negeri melalui perdagangan luar negeri. Sistem pemagaran tanah atau enclosure
telah mampu meningkatkan produktifitas pertanian dan peternakan sehingga
mampu meningkatkan ekonomi Inggris melalui ekspor wool dan hasil pertanian.
Sistem tersebut juga telah menguntungkan golongan tuan tanah dan para pedagang
Namun demikian, akibat dari sistem tersebut telah banyak petard yang kehilangan
lahan garapannya dan meningkarnya urbanisasi. Antara tahun 1560-1625 penduduk
Inggris telah meningkat tiga kali lipat sehingga menimbulkan kesan pada
pemerintah dan warga Inggeris bahwa kota-kota besar mereka telah berpenduduk
terlalu banyak (overpopulated). Untuk mengatasinya, pemerintah Inggris berusaha
mencari daerah koloni baru sebagai tempat tinggal warganya. Amerika sebagai
benua baru merupakan pilihan utama untuk tujuan itu. Kaum imigran yang dikirim
Inggris diharapkan akan mampu meningkatkan produktifitasnya untuk kepentingan
ekonomi kerajaan Inggris, seperti halnya telah dilakukan oleh bangsa Spanyol di
New Spain, Amerika.
Dalam merealisasikan tujuan
itu, Inggris harus bersaing dengan Spanyol. Setelah mendapat laporan dari
Richard Hakluyt, seorang pendukung kolonisasi Inggris di Amerika yang
menyatakan bahwa Spanyol merupakan ancaman utama bagi kepentingan kolonisasi
Inggris di benua baru tersebut, Inggris mulai meninjau hubungan persahabatannya
dengan Spanyol. Pada masa pemerintahan Elizabeth I (1558-1603) hubungan Inggris
dan Spanyol putus yang disebabkan oleh putusnya hubungan gereja Inggeris dengan
Roma dan dukungan Inggris terhadap gereja Protestan Belanda dalam melawan
gereja Katholik Spanyol.
Pada tahun 1560-an, John
Hawkins merebut sejumlah pangkalan dagang Spanyol di kepulauan Caribia dan
menjual budak-budak Afiika terhadap pengusaha perkebunan di kawasan itu.
Saudara sepupu Hawkins, Francis Drake juga merebut West Indies Spanyol tahun
1570-an. Antara tahun 1577-1580, Drake merebut kapal Spanyol yang bermuatan
emas di kawasan Pasifik dan mendirikan Calofonu'a. Sedangkan perusahaan Cathay
membiayai perjalanan Martin Frobister (1576-1578) untuk mengeksplorasi daerah
Kanada. Keberhasilan para penjelajah Inggris di Amerika terhadap kedudukan
Spanyol tersebut mendorong Inggris untuk mengintensifkan kolonisasinya atas
Amerika Utara. Atas dukungan pemerintah Inggris, Sir Humprey Gilbert
(1539-1583) berhasil mendaratkan 200 pemukim potensial di Newfoundland tahun
1583 dan diteruskan oleh sudara tirinya, Sir Walter Raleigh (1552-1618) yang
mendirikan koloni Virginia atas penghargaan terhadap ratu Elizabet I yang masih
virgin atau perawan. Sedangkan upaya untuk mendirikan koloni di Pulau Roanoke
gagal setelah tahun 1590 diketahui bahwa semua pemukim di sana telah musnah
yang sampai sekarang tidak diketahui penyebabnya.
Kegagalan dalam mendirikan
beberapa koloni di Amerika Utara dijadikan bahan pelajaran oleh Ratu Elizabeth
I. Pertama, keberhasilan kolonisasi tergantung pada sumber pertanian agar para
pemukim tidak tergantung pada orang-orang Indian. Kedua, kaum kolonis harus
memelihara hubungan langsung dengan negeri induk, Inggris. Ketiga, perkembangan
koloni tergantung pada dukungan finansial melalui perusahaan pasar modal yang
dikelola secara profesional. Upaya terakhir tersebut baruterwujud pada awal
abad ke-17.
Migrasi kaum Puritan ke Amerika
Migrasi
sekelompok penganut agama dari Inggeris ke benua Amerika berkaitan dengan
konflik dalam kehidupan agama di Inggris. Perpecahan hubungan antara gereja di
Inggris dengan Gereja Katholik Roma pada masa Henry Vin (1509-1547) telah
mengubah tatanan keagamaan di Inggris yang disusul dengan perubahan-perubahan
kebijaksanaan yang dilakukan oleh raja-raja seterusnya. Raja Edward VI
(1547-1558) mencoba menerapkan Protestanisme dalam kehidupan agama. Sedangkan
anak Henry yang bernama Mary (1553-1558) mencoba mengembalikan kehidupan agama
Katholik di bawah pengaruh Paus di Roma. Sedangkan Elizabeth I (1558-1603)
mencoba mencari jalan tengah antara ajaran Katholik dengan Protestan. Sikap
Elizabeth ini sama dengan Henry VIII yang menempatkan Raja Inggris sebagai pemimpin
Gereja Inggris tetapi masih mengakui beberapa prinsip ajaran Katholik, kecuali
kepemimpinan Paus di Roma. Selama pemerintahan Mary, banyak penganut Protestan
meninggalkan Inggris menuju daratan Eropa untuk menghindari penyiksaan. Ketika
Elizabeth naik tahta tahun 1553, mereka kembali ke Inggris dan menuntut agar
sikap kompromi Ratu Elizabeth terhadap tradisi Katholik yang masih dianutnya
dihapuskan. Kelompok penganut Protestan "radikal" yang kemudian
dikenal dengan Puritan tersebut menginginakan adanya reformasi dan
pembersihan gereja Inggris dari pengaruh Katholik.
Puritan
sebagai aliran agama mendapat dukungan yang luas dari berbagai kalangan mulai
dari orang-orang Inggris yang tidak puas dengan keadaan sosial saat itu seperti
pengangguran, perampasan tanah akibat esclosure, serta para pedagang dan
kaum aristokrat yang mengalami kesulitan ekonomi akibat inflasi. Dalam
menjalankan kehidupan agamanya, mereka menghendaki pentingnya memelihara
ketertiban dalam beragama dan kehidupan sosial. Para penganutnya percaya bahwa
Puritan bukan hanya mampu menjelaskan pengalaman-pengalaman religius
penganutnya melainkan juga bisa dijadikan alat untuk memecahkan masalah-masalah
sosial. Karena rasa tidak puas dengan kondisi di Inggris tersebut sebagian
penganut Puritan memilih berimigrasi ke benua baru Amerika, terutama New
England. Dengan demikian, migrasi orang-orang Inggris ke Amerika bukan hanya
disebabkan karena daya tank Amerika melainkan juga rasa tidak puas warganya
terhadap situasi di Inggris.
Para
pembangkang Protestan yang tidak setuju dengan Gereja Anglikan di Inggris
sebenarnya terbelah menjadi dua kelompok, yaitu Separatist dan Puritan (non
separatis). Walaupun kedua aliran tersebut sepakat mengenai aspek-aspek penting
dalam kehidupan agama, keduanya memiliki perbedaan pandangan mengenai kedudukan
gereja. Aliran Puritan, yang lebih moderat dan memiliki jumlah pengikut lebih
banyak, percaya bahwa Gereja Inggris merupakan gereja yang "benar"
walaupun masih perlu direformasi. Menurut para pendukungnya, adalah penting
bagi seorang Kristen untuk tetap menjalin hubungan dan beribadah di gereja
Inggris (Anglikan) untuk meningkatkan upaya reformasi mereka. Sedangkan menurut
penganut Separatis, beribadah di gereja Anglikan merupakan perbuatan dosa,
karena itu penganutnya hanya boleh beribadah di gerejanya. Dalam kehidupan
religi, pengaruh Puritan nampak lebih besar pada kehidupan agama dan politik di
New England.
Awal Kolonisasi Amerika Utara
Kolonisasi
awal Amerika Utara oleh Inggris mulai lebih intensif sejak pemerintah dipegang
oleh Raja James I (1603-1625) yang berasal dari keluarga Stuart. Untuk
mempermudah kaum kolonis memperoleh wilayah di Amerika Utara, Raja James I
mendekati kembali Spanyol dan mengadakan perjanjian damai tahun 1604. Setelah
perjanjian tersebut, Inggris mulai menata kembali rencananya mengenai
kolonisasi atas Virginia. Didorong oleh kepentingan ekonomi, dua kelompok
pedagang yaitu Virginia Company dan Virginia Company of Plymouth meminta raja
Inggris untuk mendirikan perusahaan pasar modal untuk membiayai kolonisasi
Amerika Utara. Setelah itu berbondong-bondong kaum migran dari Inggris
mendatangi benua baru tersebut. Namun demikian, karena ganasnya alam Virginia
dan tidak cocoknya iklim di sana menyebabkan ribuan kaum migran mati.
Pada
tahun 1622 tercatat 6000 migran mati dari 8000 yang sudah bermukim di sana.
Kematian tersebut ternyata tidak menyurutkan kaum pionir, kaum imigran pekerja
keras, untuk terus mencari sumber daya alam bagi keuntungan komersial.
Percobaan John Rolfe di bidang tanaman tembakan tahun 1622 ternyata membuahkan
hasil. Setelah dikembangkan bertahun-tahun, akhirnya Virginia menjadi daerah
koloni yang sangat subur bagi produksi tembakau dan mampu meningkat ekonomi
koloni tersebut. Model kolonisasi awal Amerika Utara, selain atas sponsor
pemerintah Ingeris juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dagang yang
mencari komoditi ekspor. Virginia dan Massachussetts merupakan contoh dari dua
daerah koloni yang dikembagkan oleh perusahaan-perusahaan swasta yang juga
mendapat sponsor dari Raja Inggris. Para migran kaya yang juga pengusaha berani
mengeluarkan biaya dalam jumlah besar untuk mengongkosi para pekerja dari
Inggris. Mereka mendirikan pusat-pusat pemukiman kaum migram yang kemudian
menjadi daerah-daerah koloni yang memiliki model pemerintahan sendiri.
Pusat-pusat pemukiman seperti New Hampshire, Maine, Maryland, Carolina, New
Jersey dan Pensylvania, adalah kepunyaan para pengusaha yang berasal dari
kalangan bangsawan kaya yang menyewa tanah tersebut dari raja Inggeris dengan bayaran
yang sangat rendah atau hanya bersifat lambang saja. Misalnya Lord Baltimore
hanya memberikan dua buah anak panah kepada raja setiap tahunnya dan william
Penn hanya memberikan dua lembar kulit binatang.
Dengan
karakteristik daerah koloni dan asal usul yang berbeda-beda namun memiliki
persamaan dalam hal dibangun oleh kaum imigran para pertengahan abad ke-17
telah terbentuk tiga belas daerah koloni di Amerika Utara, yaitu New Hampshire,
Massachusetts, Rhode Island, Connecticut, Delaware, New York, New Jersey,
Pennsilvania, Maryland, Virginia, North Carolina, South Carolina dan Georgia.
Ketiga belas daerah koloni tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya Amerika
Serikat tahun 1776 setelah meletusnya revolusi yang digerakkan oleh kaum
kolonis.
Berbagai
motivasi orang-orang Eropa bermigrasi ke benua baru Amerika pada abad ke-16.
Motivasi agama, seperti yang dijelaskan di atas merupakan faktor penting.
Selain dari Inggris, banyak juga orang-orang Jerman dan Irlandia bermigrasi ke
Pennsylvania dan North Carolina berusaha mencari kebebasan agama. Demikian juga
dengan faktor politik. Banyak orang-orang dekat kerajaan dari kalangan
aristokrat yang tidak setuju dengan kesewenang-wenangan Raja Charles I tahun
1640-an meninggalkan Inggris menuju Virginia. Faktor ekonomi bekaitan dengan
banyaknya kaum imigran yang berlatarbelakang ekonomi tidak mampu di Inggeris
dan belahan Eropa lainnya berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di
Amerika. Bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya perjalanannya akan
ditangngung oleh perusahan yang kelak akan mempekerjakan mereka di negeri baru.
Sebagian di antara mereka juga adalah tawanan di Inggeris dan kelak menjadi
pelayan kontrak di Amerika. Imigran setengah budak Eropa tersebut menjadi
pemukim koloni-koloni Amerika setelah mereka dibebaskan oleh majikannya
menyusul selesainya masa kontrak mereka.
Ketiga
belas daerah koloni baru di Amerika tersebut didirikan oleh kaum kolonis dalam
jumlah kecil pada awal abad ke-17. Koloni Virginia pertama kali dihuni
oleh seratus kolonis tahun 1607 yang kemudian berkembang menjadi pusat
penghasiian tembakau yang sangat baik kualitashya. Sedangkan Maryland pertama
kali didirikan oleh seorang pioner benama George Calvert. Calvert sebagai
seorang penganut katholik Roma mengembangkan koloni ini sebagai pusat penghasil
tembakau, gandum dan jagung. Walaupun pendirinya beragama katholik para pemukim
di koloni ini sebagian besar berasal dari kalangan Protestan Undang-undang
Tolerasi Agama yang dikeluarkan tahun 1649 menjamin tolerasi kehidupan agama di
Maryland. Pada tahun 1660 Maryland dan Virginia berkembang menjadi
koloni-koloni yang memiliki persaman di bidang agraria (penghasil tembakau),
politik dan pemerintahan sendiri. Karena kebutuhan akan tenaga kerja di bidang
industri tembakau, kedua koloni tersebut menerapkan sistem perbudakan terhadap
penduduk kulit hitam dari Afrika.
New
England pertama kali dihuni secara permanen sebagai sebuah koloni oleh
sekelompok "pejiarah" atau the Pilgrims tahun 1620. Kaum pejiarah ini
merupakan kelompok Separatis yang pemah mengungsi ke Belanda tahun 1607 untuk
menghindari tuntutan penguasa Inggris. Walaupun memperoleh kebebasan di bidang
agama di Belanda, kelompok ini menderita secara ekonomi. Kbndisi ini
dimanfaatkan oleh London Company untuk mengangkut mereka dengan kapal Mayflower
ke New England dan diperkerjakan di perusahaan tersebut. Kelompok ini
bermukim di Plymouth Coloni yang tidak berkembang dengan baik. Akhirnya koloni
ini digabuingkan dengan Massacussett Bay tahun 1691 yang berkembang lebih
cepat.
Pada
tahun 1643, koloni-koloni yang berada di wilayah New England seperti
Massachusetts Bay, Connecticut, Plymouth dan New Haven membentuk konfederasi
untuk menghadapi klaim Belanda dan menciptakan kebijaksanaan bersama menghadapi
orang-orang Indian. Koloni-koloni tersebut tidak akan lagi menggantungkan
bantuan dari Inggris yang pada saat itu sedng dilanda perang sipil. Mereka
ingin menunjukkan independensinya dari negeri induk mereka, Inggris. Namun
demikian, antara tahun 1660-1700, Inggris masih terus berusapa memperluas
daerah koloninya dengan cara memaksakan dan mempengaruhi penguasa di daerah
koloni tersebut. Koloni-koloni tersebut tetap menjadi bagian dari imperium
Inggris.
Dengan
banyaknya kelompok imigran dari berbagai negara seperti Inggris, Jerman, Belanda
Irlandia, Skotlandia, Swiss, Perancis dan lain-lain maka sejak tahun 1680
koloni Amerika telah menjadi pusat percampuran kebudayaan dari berbagai
negara. Dari jumlah seperempat juta penduduk berbagai ras dan etnik tahun 1690
telah meningkat menjadi 25 juta tahun 1775. Namun demikian karena jumlah orang
Inggris mencapai sembilan puluh persen dari jumlah kelompok migran maka
kebudayan Inggris tetap dominan di ketigabelas daerah koloni tersebut.
Kebudayan Inggeris yang berkembang di sana tentu saja telah menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru Amerika yang juga dipengaruhi oleh kebudayaan golongan
migran yang dibawa dari Eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar