PERKEMBANGAN AMERIKA LATIN SEBELUM PERANG DUNIA II
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd.
Oleh :
HAJAR RIZA ASYIYAH (120210302051)
KELAS B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan Amerika Latin setelah Perang Dunia
II” dengan tepat waktu. Yang mana penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Sejarah Amerika.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak
Dr. Suranto, M.Pd. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika. Kami juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi
kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah
ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Jember, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah
Perang Dunia II banyak negara mendeklarasikan kemerdekaannya. Hal ini didukung
sikap negara koloni yang melakukan dekolonisasi. Negara-negara baru tersebut
kemudian lahir pada situasi dunia yang tengah dikuasai oleh dua kekuatan
ideologi besar yaitu liberalisme dan komunisme. Menyikapi hal tersebut beberapa
negara mengambil jalan tengah dengan menganut nasionalisme seperti yang terjadi
pada India, Indonesia, dan negara-negara Amerika Latin.
Istilah
Amerika Latin muncul sebagai sebuah implikasi dari para penulis Prancis pada abad
19 kepada tiga sub-kawasan antara lain; Amerika Tengah, Karibia, dan Amerika Selatan.
Tujuan pemberian istilah kepada ketiga kawasan ini adalah untuk meningkatkan
kepemimpinan dan legitimasi dari bangsa Prancis terhadap dunia Katolik dan Latin
melawan kelompok linguistik lainnya. Meskipun banyak kondisi yang membedakan negara-negara
Amerika Latin namun upaya untuk menyamakan entitas dari negara di kawasan
Amerika Latin yang terlalu kuat mempengaruhi cara pandang masyarakat dunia
terhadap kawasan ini. Namun ada juga asumsi yang membentuk istilah Amerika
yakni, Amerika Latin adalah negara yang ada di belahan bumi barat sebelah
selatan dan tenggara Amerika Serikat yang pernah di jajah oleh negara Eropa terutama
Spanyol dan juga Portugal. Ada beberapa kesamaan yang dialami oleh negara Amerika
yang juga mendorong terciptanya stigmanisasi adanya kesamaan entitas dari
kawasan ini. Krisis identitas yang melanda negara di kawasan ini ditunjukkan
dengan banyaknya percobaan sistem politik menjadi salah pendorong terciptanya
anggapan tersebut.
Wilayah
Amerika Latin memiliki luas 8 juta mil persegi atau dua kali lipat dari benua
Eropa. Dengan jumlah 26 negara yang berada di kawasan ini, antara lain Meksiko,
Guetemala, Hoduras, El Salvador, Nikaragua, Kosta Rika, Panama (negara-negara ini
berada di kawasan Amerika Tengah), Kuba, Jamaika, Haiti, Republik Dominika,
Kepulauan Bahama, Kepulauan Barbados (negara-negara ini berada dikawasan
Karibia), Colombia, Venezuela, Guyana, Republik Suriname, Trinidad Tobago,
Peru, Peru, Chili, Bolivia, Argentina, Uruguay, Paraguay, Brasil (negara-negara
ini mendiami kawasan Amerika Selatan).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimanakah
perkembangan Amerika Latin setelah Perang Dunia II?
1.2.2
Bagaimanakah perjuangan
kemerdekaan Amerika Latin?
1.2.3
Bagaimanakah
hasil perjuangan kemerdekaan Amerika Latin?
1.2.4
Apasajakah
permasalahan yang terjadi di Amerika Latin ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui
perkembangan Amerika Latin pasca Perang Dunia II.
1.3.2
Untuk mengetahui
perjuangan kemerdekaan Amerika Latin.
1.3.3
Untuk mengetahui
hasil perjuangan kemerdekaan Amerika Latin.
1.3.4
Untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi di Amerika Latin.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Amerika Latin setelah Perang Dunia II
Amerika
Latin adalah wilayah yang banyak didatangi oleh para penjajah karena memiliki
banyak sumber daya alam, oleh karena itu sejarah perpolitikannya banyak
diwarnai oleh negara-negara di luarnya. Pada abad ke-16 Spanyol dan Portugis
menguasai wilayah Amerika Latin dengan kekerasan dan penaklukan yang sejalan
dengan politik merkantilis pada masa itu. Pada abad 17 hingga 18 wilayah di
Amerika Latin menjadi perebutan penjajah Eropa, hingga mengakibatkan Amerika
Latin bergantung pada ekonomi kapitalis global pasca kemerdekaan. Selain Eropa,
Amerika Serikat juga cukup berpengaruh dalam situasi di Amerika Latin, salah
satunya lewat Doktrin Monroe 1823 yang menyatakan bahwa wilayah benua Amerika
yang merdeka telah bebas dan tidak lagi dianggap sebagai subjek kolonialisasi
Eropa, sehingga AS akan turun tangan apabila negara-negara Eropa masih berusaha
menjajah dan menaklukan wilayah di benua Amerika yang telah merdeka.
Pada
awal abad 19, Amerika Serikat mulai memperkuat pengaruhnya dan mengokupasi
beberapa wilayah di Amerika Latin, didukung oleh dominasi Amerika Serikat pada
masa Perang Dunia I. Kemudian antara tahun 1919 dan 1923 berdirilah kelompok
komunis pertama di Amerika Latin, hal ini disebabkan oleh Komunis Internasional
yang mulai menyebarkan pengaruhnya terutama pada wilayah-wilayah yang
menunjukkan sedikit minat pada imperialisme. Masuknya pengaruh komunis ini
telah melahirkan Liga Antiimperialista de las Americas (LADLA) pada tahun 1925. Pada tahun 1930-an
fasisme mulai menyebar sehingga demokrasi di Amerika Latin mulai pudar, hal ini
mendorong terjadinya gerakan otoritarian. Namun hal ini tidak bertahan lama, karena
pasca Perang Dunia II, Amerika Serikat yang muncul sebagai pemenangnya kembali
berhasil merebut pengaruhnya di Amerika Latin. Akibatnya komunisme di Amerika
Latin mulai memudar sehingga dengan adanya Containment Policy yang
dikobarkan Amerika Serikat, dibuktikan dengan terbentuknya sistem Pan American
pada 1947, Organization of American States pada 1948, dan pembentukan
kerjasama militer dengan berbagai negara di Amerika Latin.
Pada
abad ke-20 muncul substansi dan pengaruh besar dari tradisi geopolitik di
Amerika Latin. Pada tahun 1960-an mulai diberlakukan kekuasaan militer dalam
waktu yang lama, seperti di Brasil dari tahun 1964 hingga akhir 1980-an, di
Argentina setelah 1966 dan lagi 1976-1982, dan di Chili 1973-1990. Ideologi
geopolitik memiliki dampak yang cukup besar selama kekuasaan ini dijalankan dan
individu geopolitikan menjadi tokoh utama dalam pemerintahan.
Sejarah
politik dan hubungan internasional Amerika Latin telah membentuk popularitas
geopolitik wilayah tersebut. Munculnya negara merdeka dari Spanyol dan Portugis
meninggalkan permasalahan batas dan klaim yang seringkali terjadi di beberapa
wilayah. Mackinder berasumsi bahwa Amerika Selatan adalah bagian dari lingkup Amerika
Serikat di bawah Doktrin Monroe, Oleh karena itu bisa saja Jerman pada Perang
Dunia I dan II lebih mengutamakan untuk menguasai wilayah ini daripada
menguasai wilayah heartland ataupun pivot. Namun pada kenyataannya
Amerika Selatan tidak pernah berperan lebih aktif dalam dunia geopolitik.
Muncullah Tambs dengan “new heartland
theory” yang menyatakan bahwa teori Mackinder memang memiliki relevansi
langsung pada Amerika Latin dan konsep daerah heartland serta pivot
dapat diterapkan di sana. Ia juga mengatakan bahwa Amerika Latin memiliki dua
zona strategis, yaitu cekungan Karibia dan segitiga Bolivia. Hal ini disebabkan
oleh adanya pegunungan Andes dan sungai Amazon yang dapat mengisolasi negara di
dalamnya dari kompetisi negara luar.
Geopolitik
Amerika Latin lebih mengutamakan pada antar benua, oleh karena itu mereka fokus
pada perbatasan dan persaingan antar negara. Muncul pula perspektif baru dan
peristiwa internasional yang menghubungkan Amerika Latin dengan wilayah
jantungnya sehingga menyeret wilayah-wilayah tersebut ke permainan geopolitik
global. Namun pada kenyataannya skema geopolitik yang ada memang
melebih-lebihkan kondisi agar suatu negara melakukan sebuah tindakan, hal ini
didorong untuk mencapai kepentingan politik namun tidak menjalankan cara
politik yang efektif.
Dinamika
politik negara-negara Amerika Latin mengalami perkembangan yang unik menurut
Morgenstern & Nacif (2003), walaupun tujuan dan prioritas mereka tidak
berubah. Perkembangan tersebut mengalami beberapa tahapan, yaitu pendalaman
demokrasi, pluralitas dalam bentuk organisasi dan civil society, serta adanya
peranan gereja yang pada abad 19 sempat mengalami penentangan. Selain itu
yang tak boleh dilupakan adalah globalisasi yang telah mendorong perubahan
dalam pembuatan kebijakan baik yang berkaitan dengan domestik maupun luar
negeri dalam ranah politik maupun ideologi.
Dapat
disimpulkan bahwa perkembangan politik di Amerika Latin lebih banyak
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan luar seperti Spanyol, Portugis dan Amerika
Serikat, serta oleh munculnya teori-teori geopolitik seperti Mackinder dengan
“Heartland Theory”. Teori geopolitik telah menyebabkan negara-negara Amerika Latin
melakukan tindakan politik yang disesuaikan dengan kondisi geografis
wilayahnya. Tidak hanya kekuatan luar yang sebenarnya mempengaruhi dinamika
politik di Amerika Latin. Hal ini juga didorong oleh gagalnya partai politik
tradisional untuk memenuhi keinginan masyarakat. Dibuktikan oleh munculnya
partai sayap kiri di Brazil yang berasal dari gerakan petani dan penduduk asli
untuk menghadapi gagalnya partai Partido dos Trabalhadores yang muncul
mewakili rakyat buruh untuk memenuhi janji kampanye pemilunya.
2.2 Perjuangan Kemerdekaan Amerika Latin
Pasca
Perang Dunia II banyak negara mendeklarasikan kemerdekaannya. Wilayah Amerika
Utara telah berhasil memerdekakan diri pada tanggal 1 Juli 1776. Hal ini
kemudian membuat keinginan dari masyarakat yang berada di wilayah Amerika
selatan makin kuat untuk berusaha melakukan upaya memerdekakan diri. Disulut
oleh banyaknya pemikiran dari kaum pencerahan di eropa telah mendorong semangat
dari masyarakat amerika latin makin menjadi jadi. Di Mexico, Amerika tengah,
selatan, karibia, masyarakat mulai untuk mengambil alih kontrol atas masalah
masalah mereka. Kemerdekaan di amerika Latin lebih bersifat sebagai perjuangan
untuk melepaskan diri dari cengkeraman pihak kolonial yakni Bangsa Spanyol dan
juga Portugis belum sampai pada tahapan transformasi dalam struktur sosialnya.
Sehingga, meskipun ada penghilangan kekuasaan absolut dari raja namun hirarki
dasar maupun tata sosial yang elitis masih tetap bertahan di wilayah ini.
Ada
beberapa faktor utama yang melandasi gerakan kemerdekaan di Amerika latin,
antara lain sebagai berikut :
- Adanya ketidakpuasaan yang dialami oleh masyarakat Amerika Latin
- Terinspirai oleh gerakan kemerdekaan Amerika Utara
- Pengaruh dari pemikiran pencerahan pembebasan
- Adanya semangat liberty, equality, dan brotherhood yang pernah dilakukan di Prancis
- Ketidakcakapan Raja Spanyol maupun Portugis untuk mengelola masalah di tanah jajahan, yang membawa pikiran bahwa orang Amerika Latin dapat mengurusinya dengan lebih baik
- Meningkatnya kelas pedagang di wilayah koloni yang menciptakan monopoli harga
- Faktor kritis gerakan kemerdekaan adalah ketidakpuasaan para creole karena ada monopoli kekuasaan politik kolonial di tangan peninsulares
Gerakan pemberontakan yang bertujuan
untuk memerdekakan diri Negara Amerika Latin muncul di akhir tahun 1700-an
hingga awal 1800-an. Pemberontakkan ini makin meluas dan makin kuat dan adanya
semangat untuk keluar dari sistem yang menindas dari para pemimpin gerkan
kemerdekaan ini. Dan perjuangan ini tidak sia sia, meskipun banyak pemimpin
pemberontakan ini ditangkap dan di tahan oleh para penguasa kekaisaran namun
telah memberikan inspirasi bagi masyarakat untuk terus meningkatkan eskalasi
perjuangan dalam merebut kekuasaan. Hal ini terbukti dengan kemerdekaan yang
diraih oleh Haiti yang disusul dengan kemerdekaan masyarakat Brasil.
Ada beberapa tokoh yang cukup terkenal
dalam gerakan perjuangan di Amerika latin. Setidaknya ada tiga tokoh yakni, Simon
Bolivar, yang berjuang di wilayah great Clombia. Jose de San Martin, berjuang
di Argentina dan Chile, dan Miguel Hidalgo, berjuang di mexico. Nama nama
tersebut sudah tidak asing lagi bagi mayarakat Amerika Latin. Dibawah
kepemimpinan tiga orang ini lah gerakan untuk membeaskan diri dari cengkeraman
kolonialisme dapat terwujud.
Seperti yang telah kita bahas di bagian
sebelumnya, bahwasanya perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin belum sampai
pada tahapan transformasi stuktur sosial yang muncul karena adanya kolonialsme.
Hal ini dapat kita lihat dari perjuangan kemerdekaan di Brasil. Para kelompok
creole yang merasa perlu untuk mendapatkan kursi di panggung politik, memimpin
berbagai pemberontakkan di Brasil. Para creole melakukan negosiasi dengan
Pangeran Pedro yang telah sejak usia 10 tahun menetap di Brasil. Dalam
negosiasi tersebut para creole menawarkan untuk menghentikan kekuasaan dari
kekaisaran Portugal dan memproklamirkan kemerdekaan Brasil namun juga adanya
tawaran untuk menjamin kebebasan beragama, kebebasan pers, serta adanya
legislatif yang dipilih Negosiasi para creole ini berhasil disepakati. Dan
akhirnya di tahun 1825, seluruh koloni Eropa di Amerika latin pun berhasil
untuk melepaskan diri. Namun struktur sosial yang ada di wilayah ini masih
tetap mempertahankan struktur sosial yang lama, yang bernuansa otoritatif
korporatif, meskipun raja telah digantikan posisi nya oleh Presiden. Hanya saja
kelas kelas menengah mulai tumbuh begitu pesat yang ditandai dengan banyaknya
kaum profesional dan kelas pekerja industri yang muncul di tengah tengah
stuktur sosial yang ada.
Selama perang kemerdekaan berlangsung,
Simon blolivar bercita cita untuk mempersatukan negara Negara koloni Spanyol
dan semangat ini pun juga dimiliki oleh tokoh tokoh yang lainnya. Namun upaya
untuk mempersatukan Negara Negara baru tersebut memiliki bebrapa halangan yang
salah satunya adalah karena faktor geografis di kawasan Amerika latin. Secara
geografis kawasan Amerika latin wilayah tengah dan selatan terpisah. Gurun
Atacama dan hutan tropis yang sangat luas dan lebat di wilayah amazon
mengahalangi kontak anatara satu masyarakat dengan lainnya. Sehingga dengan
adanya hal ini telah mendorong terciptanya regionalisme lokal dalam arti
kesetiaan kepada wilayah geografis yang sempit. Selain itu alasan susahnya
persatuan yang ada di Negara Amerika latin adalah karena cukup beragamnya
bentuk negara dan pemerintahan yang ditawarkan oleh kelompok kelompok yang
bersatu dalam gerakan kemerdekaan. Dan ini akhirnya menyulut pertikaian yang
berbuntut perang saudara antar kelompok pemimpin kemerdekaan. Perbedaan
kepentingan tersebut busa kita tilik dari Republik Colombia Raya yang terpecah
menjadi 18 Negara merdeka.
2.3 Hasil Perjuangan Kemerdekaan Amerika Latin
Perjuangan suatu bangsa dalam
mencapai kemerdekaan negaranya dari bangsa kolonial sudah pasti menimbulkan
berbagai dampak atau hasil dalam berbagai bidang kehidupan di negara yang
dijajah dan bagi negara yang menjajah. Hal ini dapat disadari karena memang
suatu penjajahan dalam suatu negara sangat mempengaruhi berbagai sendi
kehidupan, yang secara pasti tentu banyak merugikan bagi bangsa yang terjajah
dan menguntungkan bangsa yang menjajah. Karena merugikan bagi bangsa yang
dijajah, sehingga menimbulkan banyk pergolakan atau pergerakan bangsa yang
terjajah untuk mendapatkan kemerdekaan dari bangsa yang menjajah. Pergerakan
tersebut dapat dibilang sebagai pergerakan kemerdekaan dengan menggunakan
berbagai cara-cara tersendiri seperti perang ataupun gerakan lain yang
dilakukan demi tercapainya suatu kemerdekaan.
Berikut hasil yang didapatkan dari
adanya pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin, yaitu :
- Bidang Politik
Banyaknya
pergerakan kemerdekaan yang dilakukan di berbagai negara di Amerika Latin yang
ingin terbebas dari penjajah Spanyol dan Portugis yang menjajah negara-negara
di Amerika latin memiliki satu tujuan yang sama yaitu merdeka. Negara-negara di
Amerika Latin melakukan berbagai banyak cara untuk memerdekakan negaranya.
Perjuangan ini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat dan telah banyak
menimbulkan kerugian bagi bangsa yang melakukan pemberontakan itu sendiri.
Namun, hal ini tidak terasa ketika hasil fundamental pertama yang dicapai
adalah sudah pasti dalam bidang politis yaitu dicapainya Kemerdekaan.
Selain
itu, secara fisis berati hasil yang dicapai bagi negara yang melakukan
pergerakan kemerdekaan adalah dapat tertranslasikannya wilayah jajahan menjadi
teritor nasional negara-negara yang dijajah. Namun, pada umumnya
kondisi-kondisi dinegara yang baru saja merebut kemerdekaan dari penjajah
adalah sangat menyedihkan. Hal ini juga berlaku bagi negara-negara dihampir
seluruh negara baru merdeka di Amerika Latin. Terbukti denagn pengalaman
berpolitik yang belum ada, karena kegiatan berpolitik bagi negara-negara yang
dijajah ini adalah baru dimulai pada saat masa perang kemerdekaan itu juga.
Ditambah lagi dengan timbulnya perbedaan pendapat secara prinsipal mengenai
arah dan tujuan pada saat mencetusnya perang.
Mengenai
bentuk pemerintahan, pada negara-negara yang baru merdeka adalah banyak yang
memiluh bentuk Republik, kecuali Brazil, Meksiko (awal merdeka berbentuk
kekaisaran, namun kemudian berganti menjadi Republik), dan Haiti. Namun,
pemilihan bentuk pemerintahan Republik tidak selalu mulus, karena masih sering
terjadi banyak pertentangan antara bentuk pemerintahan mana yang lebih baik,
monarkhi atau republik. Hal ini pernah dipertentangkan secara fundamental oleh
tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan, seperti halnya : San Martin, Simon Bolivar,
Bel Grano, Rivadavia, Sucre, Pueyrredon,dan Lucas Aleman.
- Bidang Sosial
Secara
mental spiritual, kesadaran akan pengabdian dan kecintaan tanah air
(patriotisme) mulai muncul pada jiwa rakyat dari bangsa-bangsa yang terjajah.
Hal ini lambat laun mengubah dirinya menjadi suatu faham akan pentingnya
nilai-nilai nasional sebagai landasan terpokok dalam kehidupan berpemerintahan
sendiri (nasinalisme). Kepercayaan terhadap diri masing-masing bangsa makin
tebal dan kepercayaan ini menyebar pula dalam kebudayaan, baik kebudayaan
material maupun kebudayaan spiritual.
Hasil
pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin dalam bidang sosial dapat dilihat pada
masyarakat Amerika Latin yang baru saja merdeka memiliki corak feodal dan
aristokrat yang menyebabkan timbulnya klas-klas baru dalam masyarakat, yaitu :
a) Klas Atas. Terdiri dari tuan-tuan
tanah besar dan bangsawan gereja yang umumnya adalah orang-orang Spanyol.
b) Klas Menengah. Terdiri dari golongan
industralis dan pedagang.
c) Klas Rendah. Terdiri dari golongan
rakyat miskin, petani, penggarap tanah, pekerja/buruh kecil yang umumnya adalah
orang-orang Indian.
d) Klas baru. Klas baru ini adalah Klas
yang terdiri dari dari orang-orang militer atau Caudillo yang mersa telah
berjasa dalam perang-perang kemerdekaan dan menganggap dirinya juga penting
dalam masa berikutnya. Kals inilah yang kemudian berkembang menjadi klas
militer, yang merintis sistem kediktatoran militer atau Caudillismo di Amerika
Latin, sehingga akhirnya banyak negara di Amerika Latin yang tebiasakan denga
junta-junta militer.
- Bidang Kebudayaan
Masyarakat
Amerika Latin yang baru (setelah dicapainya kemerdekaan) mulai menggali lagi
nilai-nilai kebudayaan lama yang hampir punah karena penjajahan Spanyol dan
Portugal, yang sketika itu disesuaikan dengan nilai-nilai modern yang
disesuaikan perkembangan zaman. Meskipun pada kenyataannya, hal ini tidak
semulus yang diharapkan karena masalah budaya adalah masalah yang sensitive
bagi rakyat pada umumnya yang menimbulkan terjadinya pertentangan-pertentangan
antara harapan dan kenyataan, antara idealisme dan realisme, antara cita-cita
dan kemampuan.
Hal ini
terjadi karena selama tiga abad negatra yang terjajah mengalami keterbelakangan
dari negara-negara lain yang tidak mungkin dapat diselasikan dalam waktu
singkat mengingat kemampuan-kemampuan manusianya yang terbatas.
- Bidang Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi bagi negara-negara di Amerika Latin yang baru saja mengalami
kemerdekaan adalah tidak memiliki pengalaman ekonomi yang banyak, sehingga
memaksa negara-negara di Amerika Latin untuk mengikat pakta-pakta perdagangan
dengan Inggris dan Amerika Serikat, untuk memulihkan kembali potensi
ekonomi-perdagangan (terutama pertambangan), yang banyak mengalami kerusakan
pada masa perjuangan kemerdekaan.
- Bidang Pendidikan
Kondisi
pendidikan rakyat di Amerika Latin setelah perjuangan kemerdekaan adalah rakyat
tetap terbelakang dan buta huruf. Untuk mengatasi kesulitan ini diusahakan
segera pendirian sekolah-sekolah, namun sayangnya hampir setiap pemerintahan
baru di Amerika Latin ketika itu adalah terbentur pada soal biaya. Pendidikan
masih bersifat klasikal dan humanistis. Sistem-sistem Inggris dan Amerika
Serikat berangsur-angsur mulai mengantikan sistem Spanyol dan Portugis yang
sebelumnya dianut di Amerika Latin. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi masih
diusahakan oleh golongan gereja, seperti halnya :
- Chuquisaca di Bolivia
- San Marcos di Peru
- Santa Fede Bogota di Colombia Raya
- Cordoba di Argentina
- Santiago di Chili
Selain itu, di Amerika Latin juga
memiliki tokoh pemikir yang terkenal
seperti :
- Jose Bonifacio de Andrada e Silva (1765-1838)
- Andreas Bello (1781-1865). Seorang pemikir dari Brazil yang juga seorang ahli hukum , penulis, dan pendidik di Chili.
- Lucas Alaman (1792-1853). Seorang negarawan dan ahli sejarah Meksiko.
- Antonio Jose Irisarri (1786-1868) seorang ahli filologi, penulis dan penyair kelahiran Amerika Tengah.
- Jose Joaquin Olmedo (1780-1847) yaitu seorang penyair Ecuaddor.
- Bidang Keagamaan
Rakyat
Amerika Latin tetap memeluk agama katolik Roma, sedangkan untuk golongan suku
Indian, Negro, Meztizo, dan Mulatto adalah percampuran antara Katolisisme,
penyembahan berhala, dan kepercayaan-kepercayaan tradisional.
- Masalah Kepemilikan Tanah
Masalah
kepemilikan tanah adalah salah satu hasil dari pergerakan kemerdekaan
negara-negara di Amerika Latin. Hal ini dikarenakan masalah kepemilikan tanah selalu merupakan
masalah pokok dalam mencapai keadilan sosial di Amerika Latin. Hal ini sudah berlangsung sejak zaman
penjajahan Spanyol atau Portugal di kawasan Amerika Latin yang melakukan
praktek-praktek oligarkhi dan nepotisme waktu itu. Seperti contohnya raja yang
memberikan tanah luas kepada keluarga, kerabat, atau kenalan raja, dan juga hak
waris. Sedangkan raja hanya memberikan tanah yang kecil kepada petani kecil.
Penghuni tanah-tanah kecil ini adalah orang-orang Indian, yang dipekerjakan
secara paksa disana dan hasilnya diberikan kepada keluarga, kerabat, atau
kenalan raja, dan juga hak waris. Selain itu, gereja juga diberi tanah yang
luas bauk di desa mupun dikota, sehingga siapapun yang ingin tinggal ditanah
tersebut harus membayar sewa kepada gereja. Para pendeta gereja adalah umumnya
orang Spanyol. Dibanyak negara di Amerika Latin, masalah tanah inilah yang
seringkali menyebabkan revolusi atau
pergolakan didalam negeri.
- Munculnya Revolusi-revolusi dalam negeri atau perang saudara di Amerika Latin.
Munculnya
Revolusi-revolusi ataupun perang saudara di Amerika Latin adalah diawali dari
permasalahan tanah juga dar keadaan dalam Amerika Latin yang masih mengalami
masa-masa suram pasca memperoleh kemerdekaan. Revolusi-revolusi yang mucul di
Amerika Latin adalah :
a) Revolusi pada masa Republik dan
Gerakan Pembaharuan (1822-1875) di Meksiko. Meksiko mengalami pergolakan antara
golongan pro-raja, konservatif, dan sentralis melawan golongan Republik,
liberalis, dan federalis. Dalam pergolakan ini, terjadi intervensi langsung
dari Amerika Serikat. Hal ini membuat Meksiko kalah dan berakibat dilepaskannya
daerah Texas kepada Amerika Serikat.
b) Revolusi Meksiko (1910-1920). Revolusi
ini terjadi pada dua tahap, yaitu : Tahap Pertama (1910-1916) yang bertujuan
untuk menggulingkan sistem kediktatoran Presiden Porfirio Diaz dan menyusun
Konstitusi. Tahap Kedua (1917-1920) yang merupakan tahap konsolidasi
hasil-hasil revolusi dan pelaksanaan konstitusi.
c) Pergoalakan di Amerika Tengah
darigolongan liberal melawan golongan konservatif mengenai masalah-maslah
Konfederasi. Akhirnya bentuk konfederasi ditinggalkan mualai tahun 1844, dan
masing-masing negara menjadi berdiri sendiri-sendiri.
d) Perang Saudara di Colombia Raya
anatar golongan konservatif dan liberal, antara mereka yang ingin bentuk
Republik kontra yang mencintai monarkhi. Dalam tahun 1831, Colombia Raya
mencair kembali menjadi 3 negara : Colombia, Venezuela, dan Equador.
e) Pergolakan-pergolakan dalam negeri
dan perang-perang saudara antara golongan Konservatif melawan golongan liberal,
golongan republik melawan golongan monarkhi, golongan federalis melawan
sentralis yang terjadi di Venezuela pada tahun 1835 sampai tahun 1900’an.
f) Masalah pembagian kekayaan yang
tidak merata (terutama masalah kepemilikan tanah) yang terjadi di Argentian
semakin meruwetkan situasi di Amerika Latin.
Dari banyaknya masalah-masalah ini,
membuktikan bahwa Amerika Latin masih memerlukan waktu yang panjang untuk
mengkonsolidasikan hasil-hasil perang kemerdekaan dan hasil-hasil revolusinya.
- Nasionalisme dan Regionalisme
Jiwa-jiwa nasionalisme pada rakyat
di Amerika Latin sudah muncul smenjak adanya perjuangan rakyat untuk merebut
kemerdekaan dari tangan penjajahan Spanyol, Portugal, dan Perancis yang
menjajah negara-negara di Amerika Latin.
Semangat-semangat nasionalisme ini semakin tumbuh pada masa-masa perang
saudara dan revolusi. Nasionalisme ini bertambah tumbuh seiring dengan
berhasilnya konsolidasi hasil-hasil revolusi. Faktor-faktor pendorong
terjadinya Revolusi tersebut adalah :
a) Faktor Penjajahan Spanyol
Penjajahan
oleh bangsa Spanyol di Amerika Latin ini merupakan faktor terpokok, karena
penjajahan yang dilakukan bansa Spanyol ini berlangsung selama tiga abad
lamanya. Berjuang melawan penjajah asing merupakan tindakan yang patriotik dan
revolusioner. Patriotisme inilah yang lambat laun masuk kedalah paham tentang pentingnya
bangsa, eksisitensi bangsa, jiwa dan tujuan perjuangan bangsa, dan
nasionalisme. Bahkan Spanyol sendirilah yang ikut menumbuhkan jiwa nasionalisme
rakyat di Amerika Latin. Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama setelah
tercapainya kemerdekaan bekas daerah jajahan Spanyol, Spanyol tetap enggan
mengakui kemerdekaan negara-negara jajahannya. Sedangkan Portugal yang menjajah
Brazil sudah mengakui kemerdekaan Brazil apa tahun 1825, begitu pula dengan
Prancis yang mengakui kemerdekaan Haiti pada tahun yang sama 1825.
b) Pemerasan yang dilakukan Gereja
Pemerasan
ini dilakukan oleh gereja kepada rakyat menyangkut masalah tanah dan kekayaan
negara, serta pememrasan dalam pengkristenan golongan rendah dari lapisan
masyarakat (terutama orang-orang Indian). Pengkristenan ini dilakukan oleh
pendeta-pendeta gereja yang merupakan orang-orang Spanyol. Hal ini dianggap
pemerasan oleh rakyat yang dilakukan oleh orang-orang Spanyol dan pemerintahan
Spanyol diseberang lautan. Orang-orang Spanyol ini menganut sistem katolisisme
Roma yang berpusat di Italia, dan hierarki gereja yang dibawa oleh orang-orang
Spanyol. Hal ini menyebabkan bertambah tajamnya perbedaan klas-klas sosial yang
telah ada.
c) Intervensi Asing
Pada
masa-masa perang kemerdekaan dan perang saudara serta revolusi, sebenarnya
merupakan duplikasi dalam bentuk mini atas kedatangan bangsa asing ke Ameria
Latin lagi antara tahun 1585- 1700. Salah satu contohnya adalah intervensi yang
dilakukan oleh Amerika Serikat pada perang saudara di Meksiko. Hal ini pun mendapat
sambutan keras dari dari rakyat Amerika Latin, sehingga presiden Amerika
Serikat ketika itu langsung mengeluarkan amanatnya pada kongres Amerika Serikat
pada tanggal 2 Desember 1823. Presiden Monroe menyatakan bahwa setiap campur
tangan negara-negara Eropa terhadap negara-negara yang baru merdeka dikawasan
Amerika, akan dipandang sebagai tindakan yang tidak bersahabat terhadap Amerika
Serikat. Pernyataan ini yang kemudian dikenal dengan ‘Doktrin Monroe’ yang
semula bersifat defentif, tetapi pada prakteknya dipraktekkan terlalu jauh oleh
Amerika Serikat, bahkan terbukti bawa negara ini melakukan intervensi fisik
secara langsung terhadap persoalan negara-negara di Amerika Latin.
d) Kekhawatiran terhadap pengaruh asing
Kekhawatiran
ini mulai timbul setelah selesainya perang kemerdekaan. Hal ini beriringan
dengan meluasnya perdagangan di Amerika Serikat dan Inggris. Hal inilah yang
memicu kekhawatiran bangsa-bangsa di Amerika Latin tehadap pengaruh asing,
mula-mula dibidang ekonomi, perdagangan dan investasi modal asing di sektor
perindustrian, kemudian menjurus lebih lanjut kepada kekhawatiran tentang
pengaruh nilai-nilai kebudayaan bangsa asing. Kekhawatiran ini banyak
ditunjukan oleh orang-orang terkemuka di Amerika Latin, sperti Jose Marti
(1853-1895), dan Jose Enrique Rodo (1872-1917).
e) Faktor Nasional
Faktor ini
merupakan faktor yang inheren dalam masyarakat Amerika Latin sendiri, hal ini
dikerenakan pada umumnya corak masyarakat Amerika Latin adalah paternalistis.
Ikatan keluarga dirasakan sangat kuat disana, baik didesa maupun dikota,
dikalangan masyarakat rendah maupun dikalangan lapisan elite modern. Bukti
nyata dari kuatnya rasa kekeluargaan ini adalah fungsi “bapak” yang sangat
menonjol pada kehidupan keluarga, bukan hanya sebagai seorang pelindung, tetapi
juga sebagai seorang “laki-laki”, dan seorang laki-laki dalam “ideal type”.
Amerika Latin harus mempunyai sifat dan bersikap laki-laki, bersifat dan
bersikap jantan, atau macho. Figur bapak ini kemudian dibawa sampai ke
lingkungan sosial-politik, hal ini menyebabkan timbulnya “personality politics”
dengan bapakisme pemimpinisme. Bagi banga Amerika Latin, seorang pemimpin dinilai dari hubungan
antara-manusia daripada hubungan antar-persoalan. Seorang pemimpin harus pula
bersifat berani dan jantan. Kejantanan mengusir penjajah, berkelahi, dan
bertempur merupakan atribut dari pahlawan nasional, juga atribut dari
nasionalisme.
Selain
jiwa nasionalisme yang begitu tinggi merasukj pada jiwa rakyat dan
pemimpin-pemimpin di Amerika Latin, mereka juga memerlukan koordinasi dan
persatuan antar negara-negara di Amerika Latin sendiri. Hal yang diperlukan
adalah Regionalisme, regionalisme sangat dibutuhkan untuk membina kawasan
Amerika Latin. Faktor-faktor yang melatar belakangi timbul dan berkembangnya
regionalisme di Amerika Latin adalah :
- Faktor Intern
Karena
negara-negara di Amerika Latin memandang perlu adanya kerja sama kawasan
(regional cooperation) untuk bersama-sama mengkonsolidasikan hasil-hasil perang
kemerdekaan dan revolusi. Mereka juga memandang penting pula adanya kerjasama
dalam membangun masyarakat Amerika Latin, walaupun masing-masing pemerintah
akan menetapkan polanya sendiri.
- Faktor Ekstern
Masyarakat
Amerika Latin melihat adanya bahaya yang mengancam, baik yang berupa intervensi
fisik maupun intervensi politik yang kasar, maupun yang berupa penetrasi
sosial, ekonomis dan kultural, serta bentuk-bentuk baru dari subversi asing
yang lebih halus ramifikasinya.
f) Fungsi Militer dan Militerisme
Golongan
militer merupakan faktor dinamisasi (bahkan faktor pendobrak) yang sangat
menentukan dlam perjuangan melawan penjajah. Setelah perjuangan kemerdekaan
selesai, mereka mengatur dirinya dalam organisasi – organisasi militer yang
lebih sempurna. Setelah perang kemerdekaan yang dilanjutkan revolusi, atau
perang saudara dalam negeri, golongan militer “military elite” merupakan satu –
satunya golongan yang keluar dari kesulitan dengan organisasi dan disiplin yang
jauh lebih baik dibanding dengan golongan politik atau partai – partai politik.
Semula,
semua golongan militer di Amerika Latin berkeinginan langsung untuk memainkan
fungsi politiknya pula. Namun setelah melalui beberapa kesulitan, akhirnya
fungsi politik golongan militer dapat berangsur – angsur berubah menjadi fungsi
militer professional hingga sekarang. Timbullah profesionalisme militer yang
sekarang ada di Meksiko, dimana kekuasaan pemerintahan berada di tangan
kekuatan sipil dan kekuasaan militer hanya merupakan unsur pembantu keamanan
kepolisian. Namun berbeda dengan negara-negara di Amerika Latin lainnya. Mereka
berkeinginan terus mempertahankan politiknya di sector-sektor social-politik
tanpa melepaskan kedudukan dan fungsinya sebagai militer. Intervensi militer
ini memiliki beberapa motivasi diantaranya :
- Motif politik, yakni rasa tanggung jawab untuk mengatasi suatu kemacetan politik yang disebabkan oleh pergolakan dari partai – partai politik.
- Motif ekonomis, yaitu ingin menyelamatkan bangsa dari kehancuran ekonomi. Bahkan ada pula yang menggunakan motif ekonomis-materiil untuk kepentingan pribadi.
2.4 Permasalahan yang Terjadi di Amerika Latin
Problematika sosial akibat masih kuatnya
stuktur sosial yang kaku juga merupakan salah satu masalah yang menggelayuti
masyarakat Amerika Latin. Pembilahan sosial dan rasial menghasilkan halangan
yang besar bagi pembentukkan negara perwakilan karena negara-negara baru
mayoritas melaksanakan tata pemerintahan seperti yang telah dilakukan oleh Amerika
Serikat. Kesulitan dalam menjalankan pemerintahan yang mensyaratkan adanya
sistem perwakilan dan juga pemilihan umum ini ditolak mentah-mentah oleh para
caudillos (diktaktor). Selain itu kaum creole juga tidak mau untuk berbagi
kekuasaan yang telah mereka dapatkan atas kelompok peninsulares. Sementara itu
alasan dari masyarakat Meksiko untuk tidak mau bersatu dikarenakan adanya
persepsi dari mereka yang merasa telah dipinggirkan dari pangung politik dan
gelanggang kekuasaan.
Peranan
agama yang dalam hal ini peranan gereja yang terlalu kuat dalam sistem
pemerintahan ekonomi serta sistem sosial juga menjadi bumerang bagi upaya
mempersatukan Negara di wilayah Amerika Latin. Para petinggi gereja masih tetap
berpihak kepada tuan tanah daripada kelas sosial yang lainnya. Hal ini telah
berdampak terhadap kekuasaan yang berjalan tetap bersifat konservatif dan
korporatif. Setelah upaya untuk mencapai kemerdekaan berhasil dilakukan oleh
Negara Negara baru di Amerika latin muncul masalah kembali yakni ancaman
imperialisme dari Negara Negara barat khususnya Spanyol.
Pada
tahun 1820-an, spanyol meminta bantuan kepada para sekutunya di eropa untuk
menaklukkan kembali koloni koloninya di Amerika latin. Austria pun tertarik
untuk membantu namun hal ini tidak disepakati oleh Inggris dan juga Amerika
serikat. Oleh karena itulah maka di tahun 1823, Inggris meminta Amerika serikat
untuk membuat deklarasi bersama menentang intervensi Eropa ke Amerika Latin.
Presiden amerika yakni James Monroe, pada akhirnya karena adanya permintaan
Inggris mengeluarkan statment resminya di acara konggres tahunan tanggal 2
Desember 1823. Kebijakan tersebut adalah kebijakan untuk berpihak pada Negara
negara Amerika latin. Pidato ini terkenal dengan nama ”Doktrin Monroe”. Pada
doktrin Monroe, ada empat prinsip dasar, yang cukup terkenal. Antara lain :
- Amerika serikta tidak akan mencampuri amsalh maslah internal ataupun peperangan di antara Negara eropa
- Amerika serikat mengakui dan tidak mencampuri koloni yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara eropa
- negara Eropa harus menghentikan kolonisasi lebih lanjut
- Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk menekan atau mengendalikan Negara manapun d dunia akan diapndang sebagai tindakan kekerasan melawan Amerika Serikat.
Pernyataan
atau Doktrin Monroe ini mendapatkan dukungan dari Inggris dimana inggris telah
mempersiapkan kekuatan angkatan lautnya yang cukup ditakuti karena jumlah dan
kualitasnya yang cukup banyak dan baik. Dan dengan adanya doktrin Monroe ini
hubungan amerika serikat dengan Negara amerika latin makin dekat karena ada
persepsi bahwasanya amerika serikat telah membantu untuk melindungi kawasan
amerika latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat
terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara
amerika latin berfikir bahwa amerika serikat menggunakan doktrin monroe sebagai
media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang
meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Sikap
dari amerika serikat yang begitu mencampuri urusan Amerika latin telah
membuahkan pergolakan fisik antara amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya
insiden meledaknya kapal amerika maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol
muncul di benak rakyat Amerika dan akhirnya telah berhasil mengusir kekuatan
Spanyol dari Kuba. Selain ekses yang diakibatkan oleh adanya perana yang
begitru besar dari Amerika maka dalam pembuatan rancangan konsitusi Kuba tahun
1900, pihak amerika serikat memaksakan adanya satu dokumen yang terkenal yakni,
Amandemen senator orville hitchcock platt (platt amendement). Dalam amndemen
ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri
dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta
warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat
pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak
dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan
lautnya di Kuba.
Interpestasi
yang meluas dari Doktrin Monroe terjadi seiring dengan tampilnya aamerika
serikat menjadi salah satu kekuatan dunia. Amerika mengkalim bahwasanya negara
ini adalah polisi dunia. Sehingga negara Negara amerika latin ikut menjadi
wilayah pengaruhnya serta menjadi penyumbang kekuatan dari Amerika secara
finansial. Selain itu dengan adanya penginteprestasian yang meluas atas doktrin
mempermudah upaya amerika serikat untuk mendapatkan akses sumber daya dari
Negara amerika latin. Namun upaa Ameruika bukanlah tanpa ada tantangan dari
negara negara kolonial lainnya atupun dari pemerintah Negara baru di Amerika
Latin.
Untuk
mendaptakan akses pelayaran yang cepat dan menguntungkan amerika menginginkan
adanya pembangunan terusan panama, agar pelayaran dari merika serikat menuju
lautan pasifik dapat dilakukan tanpa memutari amerika selatan. Presiden
Roosevelt mengajukan ide untuk membangun terusan yang melintasi tanah genting
panama, yang berada dibawah kekuasaan kolombia. Namun pemerintah Kolombia
enggan memberikan hak pembangunan ini. Namun akal culas dari amerika dengan
melakukan politk adu domba dengan mendorong rakyat panama untuk memberontak
terhadap pemrintah kolombia telah membeku kan keinginan dari pihak pemerintah
kolombia. Pembangunan terusan panama pun berhasil dilakukan pada tahun 1904.
Tentu saja pembangunan ini membawa keuntungan pada pihak Amerika, tidak saja
keuntungan secara ekonomi namun secra politis amerika diuntungkan. Selruh
kawasan Amerika Latin dapat dikontrol oleh Amerika Serikat dengan adanya
pembangunan terusan Panama.
Tahun 1930, merupakan tahun yang
bersejarah bagi Negara Amerika Latin, karena di tahun inilah yang menjadi tahun
titik balik dalam sejarah amerika latin. Ditandai dengan jatuhnya kekuatan
oligarki dan adanya akselerasi proses modernisasi secara baik. Kelas menengah
muncul dengan massif, perhimpunan dagang menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan,
pun juga mulai menggeliat. Para pemimpin negara amerika latin yang mulai
menyadari adanya kelemahan secara ekonomi dari negara negara ini adalah terlalu
mengandalakn sektor ekspor bahan mentah dan komoditas muali melakukan
pembangunan industrialisasi. Dan pembangunan industrialisasi telah membawa
pengaruh yakni terciptanya akselerasi transformasi sosial. Hal ini ditunjukkan
dengan ide untuk melakukan beberapa hal, yang antara lain :
1)
pemisahan kekuasaan
gereja dengan negara,
2)
Perdagangan
bebas,
3)
perluasan hak
pilih.
Upaya untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi mendapatkan tantangan terbesar karena ada maslah ledakan jumlah
penduduk. Dampak dari hal ini tentu saja jumlah kemiskinan yang makin meningkat
serta ketersediaan pangan yang makin menghinggapi titik kritis. Selain itu
ledakan jumlah penduduk ini telah meningkatkan jumlah masyarakat yang tidak
dapat meng akses pendidikan makin meningkat. Oleh karena itulah maka pemerintah
negara amerika latin melaksanakan agenda reformasi agraria (land reform)
sebagai upaya menangani kesulitan ekonomi yang menimpa baik masyarakat ataupun
juga Negara. Tanah tanah dari para tuan tanah yang cukup luas disita oleh
Negara dan kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Gerakan modernisasi cukup banyak
membuahkan perubahan bagi negara Negara amerika latin. Namun tetap saja, Negara
amerika Latin memiliki ciri khas yakni masyarakat konfliktual. Dengan adanya
modernisasi telah membuat pembilahan politik yang makin runcing. Kelompok
konservatif yang lebih didukung oleh militer selalu menetang adanya perubahan
(reformasi) yang disuarakan oleh kelompok sayap kiri (oposisi). Namun efek dari
pembilahan politik ini telah mendorong adanya pemerintahan militer tercipta di
negara negara Amerika latin misalnya saja, yang terjadi di Chile, Uruguay.
Meskipun dalam suasana konfliktual namun
organsisasi yang bersifat regional maupun internasional terus digalang, dengan
harapan akan tercipta keharmonisan politik dan kesejahteraan ekonomi di amerika
latin. Organisasi tersebut misalnya saja The Organitation of american states
(OAS), Organization de los Estados Americanus (OEA), kemudian di tahun 1975
muncul Sistema Economico latino Americano (SELA), Latin America free trade
(LAFTA) yang kemudian berganti nama di tahun 18 maret 1981, menjadi, latin
American Integration Association (LAIAI).
Pada abad 20, persoalan Negara amerika
Latin mayoritas sama yakni mengalami hutang luar Negeri yang makin meningkat
tajam. Hal ini tidak bisa kita lepaskan dengan adanya pembangunan nasional yang
terjadi. Negara amerika latin di awal pembangunannya belum mampu untuk
melakukan pembiayaan secara mandiri oleh karena itulah maka hutang luar negeri
dianggap sebagai sebuah alternatif solusi untuk melakukan pembangunan. Jumlah
hutang yang makin meningkat secara simultan meningkat peranan dari amerika
terhadap negara Negara Amerika latin.
Karena beban hutang yang makin menumpuk
telah mengakibatkan adanya terkurasnya cadangan devisa negara untuk membayarnya
juga telah berakibat terhadap makin kuatnya bangunan neoliberalisme di Negara
Negara kawasan Amerika latin. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya
privatsasi asset negara kepada pihak swasta asing.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Amerika
Latin adalah wilayah yang banyak didatangi oleh para penjajah karena memiliki
banyak sumber daya alam, oleh karena itu sejarah perpolitikannya banyak
diwarnai oleh negara-negara di luarnya. Setelah Perang Dunia II banyak negara di
Amerika Latin mendeklarasikan kemerdekaannya. Hal ini didukung sikap negara
koloni yang melakukan dekolonisasi.
Wilayah
Amerika Utara telah berhasil memerdekakan diri pada tanggal 1 Juli 1776. Hal
ini kemudian membuat keinginan dari masyarakat yang berada di wilayah Amerika
selatan makin kuat untuk berusaha melakukan upaya memerdekakan diri. Disulut
oleh banyaknya pemikiran dari kaum pencerahan di eropa telah mendorong semangat
dari masyarakat amerika latin makin menjadi jadi. Di Mexico, Amerika tengah,
selatan, karibia, masyarakat mulai untuk mengambil alih kontrol atas masalah
masalah mereka. Kemerdekaan di amerika Latin lebih bersifat sebagai perjuangan
untuk melepaskan diri dari cengkeraman pihak kolonial yakni Bangsa Spanyol dan
juga Portugis.
Perjuangan suatu bangsa dalam
mencapai kemerdekaan negaranya dari bangsa kolonial sudah pasti menimbulkan
berbagai dampak atau hasil dalam berbagai bidang kehidupan di negara yang
dijajah dan bagi negara yang menjajah. Hal ini dapat disadari karena memang
suatu penjajahan dalam suatu negara sangat mempengaruhi berbagai sendi
kehidupan, yang secara pasti tentu banyak merugikan bagi bangsa yang terjajah
dan menguntungkan bangsa yang menjajah. Karena merugikan bagi bangsa yang
dijajah, sehingga menimbulkan banyk pergolakan atau pergerakan bangsa yang
terjajah untuk mendapatkan kemerdekaan dari bangsa yang menjajah. Namun atas
perjuangan dari rakyat Amerika Latin itulah banyak negara-negara yang dapat
mendeklarasikan kemerdekaannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwiatika02.blogspot.com/2013/04/sejarah-amerika-latin.html
[diakses pada 18 Mei 2014]
http://wwwbebaskanpikiran.blogspot.com/2010/01/dinamika-amerika-latin.html
[diakses pada 18 Mei 2014]
http://prita-f-w-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-77696-MBP%20Amerika%20Latin-Dinamika%20Politik%20Amerika%20Latin.html
[diakses pada 18 Mei 2014]
http://felixdiponegoro.wordpress.com/2013/06/02/pertarungan-di-amerika-latin/
[diakses pada 18 Mei 2014]
http://rizkaperdana-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-76936-Ekonomi%20Politik%20Internasional-Perkembangan%20Negara%20Berkembang%20Paska%20Dekolonisasi.html
[diakses pada 18 Mei 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar