PERAN AMERIKA DALAM PEMBENTUKAN NEGARA INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara II
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd.
Oleh :
HAJAR RIZA ASYIYAH (120210302051)
KELAS B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Peran Amerika dalam Pembentukan Negara Indonesia”
dengan tepat waktu. Yang mana
penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sejarah Amerika.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak
Dr. Suranto, M.Pd. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika. Kami juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi
kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah
ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Jember, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB.1 PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia
internasional, Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir seluruh negara di
dunia termasuk Amerika Serikat. Dalam hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa
Amerika Serikat meerupakan negara yang mempunyai kekuasaan besar yang sangat
berpengaruh bagi seluruh negara di dunia, karena Amerika Serikat merupakan
negara adikuasa. Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat sudah berlangsung lama.
Hubungan ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Amerika
Serikat telah banyak memberikan bantuan terhadap negara-negara di dunia
khususnya di negara-negara berkembang. Bantuan luar negeri Amerika Serikat
selalu memiliki tujuan ganda untuk melanjutkan kepentingan kebijakan luar
negeri Amerika Serikat untuk memperluas demokrasi dan pasar bebas sekaligus meningkatkan
kehidupan warga negara berkembang termasuk Indonesia.
Kawasan
Asia merupakan salah satu wilayah yang telah lama menjadi perhatian utama
Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena kepentingan Amerika Serikat di
wilayah ini sangat besar baik secara ekonomi, politik maupun keamanan. Sejak
perang dunia II Amerikat Serikat mempunyai kekuatan dominan dikawasan Asia
pasifik, kehadiranya saat itu menjadi landasan terciptanya perdamaian dan
stabilitas kawasan selama perang dunia.
Sebelum merdeka, bangsa
Indonesia berpandangan positif terhadap Amerika karena Amerika Serikat dianggap
bukan negara penjajah seperti Belanda yang telah menjajah Indonesia. Amerika
Serikat juga dinilai positif oleh Indonesia karena di Amerika Serikat banyak
peluang bagi semua orang untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Banyak
orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya untuk memilih hidup di Amerika. Faktor
inilah yang menyebabkan citra baik Amerika Serikat dimata dunia sebagai negara
adikuasa yang kuat dan kaya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana latar
belakang kerjasama Amerika dengan Indonesia?
1.2.2
Bagaimana hubungan
kerjasama Amerika dengan Indonesia dalam bidang ekonomi dan keamanan?
1.2.3
Bagaimana
keterlibatan Amerika dalam perjuangan Semesta?
1.2.4
Bagaimana
keterlibatan Amerika dalam penyelesaian kasus Irian Barat?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui
latar belakang kerjasama Amerika dengan Indonesia.
1.3.2
Untuk mengetahui
hubungan kerjasama Amerika dengan Indonesia dalam bidang ekonomi dan keamanan.
1.3.3
Untuk mengetahui
keterlibatan Amerika dalam perjuangan Semesta.
1.3.4
Untuk mengetahui
keterlibatan Amerika dalam penyelesaian kasus Irian Barat.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Kerjasama Amerika dengan Indonesia
Hubungan RI dan Amerika Serikat (AS) telah terbina sejak sebelum Proklamasi
Kemerdekaan RI tahun 1945. Kemudian pada 28 Desember 1949, Amerika Serikat membuka Kedutaan Besar
Amerika di Jakarta dan menunjuk Duta Besar AS pertama untuk Indonesia, Horace
Merle Cochran. Pada 20 Februari 1950, Pemerintah Indonesia menunjuk Dr.
Ali Sastroamidjojo sebagai Duta Besar RI pertama untuk Amerika.
Selanjutnya kedua negara melakukan kerjasama di berbagai bidang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan kedua belah pihak.
Indonesia dan Amerika Serikat memiliki landasan kuat dalam melakukan
kerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak yang berlandaskan pada adanya
nilai-nilai dasar yang dihormati bersama (shared values), yaitu
demokrasi, good governance, penghormatan hak asasi manusia, dan
masyarakat yang plural dan toleran. Berdasarkan landasan tersebut, Indonesia
mengharapkan tercapainya hubungan yang lebih luas dan mendalam dengan
pemerintah AS di masa mendatang, berdasarkan prinsip equity, mutual respect dan
mutual benefit.
Landasan ini tidak serta
merta membuka peluang dan jalan mulus bagi Indonesia dalam melakukan
kerjasamanya dengan Amerika mengingat kedua belah pihak memiliki standar dan
kriteria berbeda khususnya norma dan budaya kelokalan yang dimiliki. Meskipun
telah disepakati kerja sama bersifat menyeluruh melalui dukungan terhadap
integritas teritorial, perkembangan demokrasi dan reformasi, serta upaya
Indonesia dalam menjaga stabilitas nasional yang tercatat dalam Joint
Statement Presiden RI dan Presiden AS pada saat kunjungan Presiden Bush ke
Indonesia, 20 November 2006, yang menyebutkan bahwa “...the two countries
are bound by a broad based-democratic partnership based on equality, mutual
respect, common interests and the shared values of freedom, pluralism and
tolerance...” .
Meskipun demikain,
terdapat beberapa bidang kerjasama yang selalu menghasilkan output yang
sama tanpa perbaikan yang nyata, bahkan bisa disebut sebagai agenda rutin
tahunan kerjasama kedua belah pihak. Bidang-bidang tersebut antara lain adalah pertama,
kerjasama
dalam mengatasi perubahan iklim. Kedua adalah kerja sama dalam
menciptakan dan melaksanakan prinsip-prinsip good governance yang bertumpu pada
pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal ini
dikarenakan KKN merupakan penyebab utama dari tidak berfungsinya hukum di
Indonesia sehingga memerlukan best practice yang telah berpengalaman
untuk memecahkan masalah tersebut. Dari hasil kerjasama yang bersifat rutin dan
stagnan perbaikan, setidaknya terdapat dua cara dalam memberantas KKN yaitu
mencegah (preventif) dan upaya penanggulangan (represif).
Ketiga bidang kerjsama lainnya
yang masih belum memerlukan peningkatan peran aktif dan kontribusi adalah kerjasama bidang
pendidikan, bidang energi, dan bidang penanganan bencana. Untuk
bidang energi, sebenarnya Indonesia dan AS ingin mengembangkan kerjasama di
bidang pembangunan bioenergi, atau biofuel sebagai energi alternatif.
Dalam hal ini Amerika Serikat telah siap untuk berbagi di bidang teknologi dan
hal–hal lain yang berkaitan dengan pengembangan energi alternatif khususnya biofuel,
akan tetapi msih belum bisa terwujud.
Selain kerja sama yang
menghasilkan dampak stagnan, terdapat kerja sama yang cukup baik dan perlu
mendapat prioritas, antara lain kerja sama dalam hal pengurangan emisi dari
lahan gambut dan LULUCF (Land Use, Land-Use Change and Forestry) melalui
lima program yaitu informasi dasar, kebijakan yang menyeluruh, peningkatan
kapasitas untuk pemangku kepentingan lokal, penerapan konsep yang telah
terbukti dan alokasi dana khusus untuk lahan gambut dan LULUCF.
Kerja sama lain yang
perlu mendapat prioritas adalah isu
Laut Cina Selatan. Kesepakatan kerja sama ini bersifat krusial,
sebab kedua negara secara langsung memiliki kepentingan vital di perairan
tersebut. Bagi Washington, terciptanya kebebasan bernavigasi di Laut Cina
Selatan merupakan hal yang tidak bisa dikompromikan. Adapun bagi Jakarta,
keutuhan wilayahnya di Laut Natuna yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan
yang diklaim pula oleh Beijing adalah suatu isu yang tidak bisa ditawar.
Selanjutnya, kerja sama
hubungan keagamaan dan pemberantasan terorisme di antara kedua belah
pihak mengingat warga negara di kedua negara yang bersifat majemuk dengan
berbagai macam aliran agama dan adanya gerakan-gerakan yang bersifat radikal.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Presiden AS Barack Obama yang menjanjikan
hubungan yang lebih baik dengan dunia Muslim khususnya Indonesia dan menyerukan
perang terhadap terorisme yang telah membunuh orang-orang tidak berdosa.
2.2 Hubungan Kerjasama Amerika dengan Indonesia
2.2.1 Bidang Ekonomi
Bagi Indonesia,
AS merupakan salah satu mitra dagang utama,yakni setelah Republik Rakyat Cina
dan Jepang. Total nilai ekspor Indonesia ke US mencapai $1.56 milyar, yang
terdiri dari $56 juta ekspor migas dan $1.5 juta ekspor non migas. Sebaliknya,
total ekspor AS ke Indonesia mengalami penurunan sebesar 7.84%, dengan
penurunan terbesar terjadi ekspor migas (mengalami penurunan lebih dari 50%).
Ekspor Indonesia ke US terdiri dari karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki
dan mesin listrik, sedangkan ekspor US ke Indonesia terdiri dari produk
pertanian, pesawat, mesin, dan kapas benang serta kain.
Amerika Serikat
juga turut serta memberikan berbagai macam bentuk bantuan bagi Indonesia.
Bantuan ini salah satunya dilakukan melalui United States Agency for
International Development (USAID). Terkait dengan bidang ekonomi,
terdapat beberapa aspek yang menjadi fokus dari bantuan Amerika Serikat ini,
diantaranya:
- Penguatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Bantuan terhadap Pemerintah Indonesia dan sektor swasta difokuskan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara meningkatkan iklim usaha dan investasi, memberantas korupsi, meningkatkan daya saing di sektor-sektor kunci, dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan.
- Pengembangan iklim usaha dan perusahaan. Usaha untuk mendorong peraturan terkait usaha yang transparan ditujukan untk mengurangi hidden cost dalam melakukan kegiatan usaha, mengurangi ketidakpastian, dan mendorong perdagangan, investasi, serta penciptaan lapangan pekerjaan. USAID memberikan bantuan teknis terhadap sektor-sektor industri untuk mendorong pertumbuhan, ekspor, pekerjaan, dan kesejahteraan. Diharapkan agar tindakan-tindakan ini dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional.
- Stabilitas dan kewajaran sektor keuangan. USAID berusaha membantu regulator untuk meningkatkan pengawasan terhadap lembaga keuangan bank dan non bank untuk mendorong stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan transparansi serta tata laksana (governance).
- Perbaikan kualitas jasa kebutuhan dasar. USAID Basic Human Services memberikan bantuan kepada Indonesia melalui strategi terintegrasi yang mengkombinasikan bidang kesehatan, pangan dan gizi, manajemen lingkungan, dan air di tingkat kecamatan dan kelurahan.
- Jasa lingkungan. Bantuan USAID ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi. Langkah nyata dukungan USAID ini salah satunya tercermin dari bantuan dalam proyek Air Rahmat, yang bertujuan untuk memberikan air minum yang aman untuk dikonsumsi bagi masyarakat miskin kota.
- Jasa kesehatan. Program USAID di bidang ini berfokus pada kesehatan ibu dan anak, termasuk kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, tubercolosis (TBC), malaria, dan proses desentralisasi sektorkesehatan. Tidak hanya itu, bantuan di bidang kesehatan juga tanggap melihat masalahmasalah kesehatan baru yang muncul di Indonesia. Sebagai contoh, selain program-program di atas, terdapat inisiatif baru untuk mengatasi masalah flu burung di Indonesia.
- Pangan dan gizi. Bantuan USAID di bidang pangan dan gizi juga menyentuh masyarakat miskin, dengan focus pada program yang memiliki dampak langsung terhadap wanita dan anak-anak. Salah satu bentuk nyata dari program ini adalah edukasi terhadap wanita dan anak-anak mengenai suplemen makanan dan gizi.
- Pinjaman/utang. Utang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman bilateral dari berbagai negara dan juga utang dari organisasi-organisasi internasional. Pinjaman bilateral yang berasal dari Amerika Serikat menempati peringkat kedua setelah pinjaman bilateral yang berasal dari Jepang.
2.2.2 Bidang Keamanan
Hubungan antara Indonesia dan
Amerika Serikat, hubungan keduanya telah berlangsung sejak lama dan mengalami
proses tarik-ulur dalam melakukan kerjasama antar keduanya, hubungan bilateral
terjadi bahkan sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaan. Selepas dari
pernyataan Indonesia tentang kemerdekaannya, tidak mendapatkan pengakuan langsung dari negara
jajahannya yaitu Belanda atas kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kemudian, berkat usaha Komisi
Jasa-Jasa Baik yang terdiri dari wakil-wakil Amerika Serikat, Australia, dan
Belgia akhirnya Belanda menyetujui Persetujuan Renville yang intinya memberi
janji kepada Republik untuk di kemudian hari menjadi negara bagian dari
Indonesia Serikat. Ketiga negara yakni AS, Australia, dan Belgia berusaha mencari
jalan keluar dari konflik Republik Indonesia dan Belanda sejak 1945. Namun,
hubungan Indonesia Amerika mengalami gejolak, kemunduran, dan memburuk ketika
AS demi strategi Perang Dinginnya berusaha memaksakan konsep politik luar
negerinya terhadap Indonesia.
Hubungan antara Indonesia dan
Amerika Serikat telah mengalami perkembangan dan gejolak sejak Proklamasi
Republik Indonesia tahun 1945. Sejak awal AS telah memberikan perhatian khusus
terhadap Indonesia, dimana saat itu AS sedang menghadapi situasi yang mencekam
dan memberlakukan strategi Perang Dingin terhadap blok Timur serta Politik Luar
Negeri Amerika Serikat diabdikan pada perang tersebut. Sedangkan hal yang
berbeda ditunjukkan oleh Indonesia, dimana Politik Luar Negeri Indonesia di
bawah Presiden Soekarno berpegang pada politik luar negeri yang “bebas aktif”.
Terutama dalam hal membela perdamaian dunia, bersamaan dengan itu memberikan
dukungan yang kuat pada perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk
menyatakan kemerdekaan nasional negara mereka.
Hubungan Indonesia dan Amerika
Serikat mengalami kepahitan ketika terjadi peristiwa Santa Cruz, Timor Timur,
saat itu AS menganggap bahwa Indonesia telah melanggar hak asasi manusia dalam
kejadian tersebut. Hubungan militer yang buruk antara Indonesia dan AS tidak
berlangsung lama, ketika terjadi tragedi 11 September 2001 yang dianggap oleh
pemerintahan AS saat itu adalah serangan terorisme, AS mengeluarkan kebijakan
untuk memerangi terorisme dan mengajak seluruh negara di dunia untuk ikut
memberantas aksi dari para teroris, tidak terkecuali dengan Indonesia.
Indonesia
dan Amerika Serikat dalam hubungan bilateralnya dalam bidang keamanan, terdapat
peluang dan tantangan dalam menjalin hubungan antara negara. Hubungan antara Indonesia dan AS
adalah satu hal yang sangat penting, baik bagi Indonesia maupun Amerika
Serikat. Berbagai faktor menunjukkan, seperti faktor geostrategi dan faktor
ekonomi, bahwa kedua negara berkepentingan memelihara hubungan yang baik dan
lancar. Akan tetapi, adalah satu kenyataan bahwa hubungan baik antara dua
negara sangat ditentukan oleh posisi dan kekuatan
kedua negara sehingga dapat tercipta kondisi kerjasama yang harmonis bagi
keduanya.
Amerika
Serikat bagi Indonesia merupakan negara yang patut di perhitungkan, dimana secara
teknologi dan perekonomian, Indonesia masih membutuhkan Amerika, seperti kebutuhan persenjataan
bagi militer seperti senjata,
pesawat tempur dan peralatan militer lainnya. Sedangkan Amerika Serikat memandang Indonesia adalah
negara yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya yang melimpah, yang membuat hal ini
semakin menarik terutama
bagi para investor AS yang ingin menanamkan investasinya di Indonesia. Selain itu, Indonesia
merupakan mitra kerjasama yang sangat penting di bidang minyak dan gas bagi AS, sekaligus sebagai penerima investasi di bidang pertambangan
yang cukup besar dari negara AS, hal ini ditunjukkan dengan terdapat berbagai
perusahaan asing milik investor AS di Indonesia seperti Freeport McMoran.
Dengan era
kepemimpinan Barack Obama di Amerika Serikat memberikan peluang yang cukup
signifikan bagi Indonesia. Diantaranya yaitu bagi Indonesia, sejarah masa kecil
Presiden AS di Indonesia, perekonomian yang mapan dimiliki oleh AS,
perlengkapan militer yang baik, pemegang hak veto pada Dewan Keamanan PBB,
serta memiliki tujuan yang sama yaitu memerangi terorisme dan kedatangan Obama
ke Indonesia, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya sebagai negara
berkembang yang demokratis dengan penduduk mayoritas Islam dalam percaturan dunia.
Dimana kepentingan Indonesia di antaranya normalisasi hubungan militer dan
dimungkinkannya Indonesia membeli suku cadang bagi persenjataan militer asal
AS, juga perdagangan komoditas asal Indonesia tidak diganggu dengan masalah
lingkungan hidup, tuduhan dumping atau tidak terpenuhinya standar ISO.
Sedangkan
bagi Amerika Serikat, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alamnya yang dapat memberikan keuntungan bagi AS sendiri, untuk mengatasi
masalah terorisme yang merupakan kebijakan AS pasca tragedi 11 September 2001,
memperbaiki citra AS tentang dunia Muslim di mata masyarakat Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga dapat merubah pendapat rakyat
Indonesia tentang AS dan dunia Barat. Tantangan dalam hubungan kerjasama dua
negara ini yaitu upaya dari negara Amerika untuk merubah pendapat Indonesia
bahwa kedatangan Obama ke Indonesia adalah suatu rencana untuk mendekati
Indonesia yang merupakan negara Muslim terbesar di dunia, sehingga memiliki
kemungkinan untuk dapat melobi negara-negara Muslim lainnya sangat besar. Selain
itu upaya perundingan untuk mengambil pandangan masyarakat yang kekayaan
alamnya di eksploitasi Amerika dan memberikan sumbangsih kepada masyarakat yang
tinggal di wilayah pertambangan tersebut.
2.3 Keterlibatan Amerika dalam Perjuangan Semesta
Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer
di Indonesia.
Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur pada
2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol
Ventje Sumual. Pusat pemberontakan ini berada di Makassar
yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Awalnya masyarakat Makassar
mendukung gerakan ini. Perlahan-lahan, masyarakat Makassar
mulai memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian, pada 1958 markas besar
Permesta dipindahkan ke Manado. Disini timbul kontak senjata dengan pasukan
pemerintah pusat sampai mencapai gencatan
senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak puas dengan keadaan
pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui bahwa
mereka juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination)
yang sesuai dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi.
Di antaranya adalah Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai
prosedur-prosedur dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.
Pemerintah pusat
Republik Indonesia
yang dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 kemudian menggunakan operasi-operasi militer untuk
menghentikan gerakan-gerakan pemberontakan yang mengarah kepada kemerdekaan.
Pada tanggal 2 Maret 1957 di Makassar,Letkol.Ventje
Sumual memproklamirkan berdirinya Piagam Perjuangan Semesta.Gerakan meliputi
hampir seluruh wilayah Indonesia Timur serta mendapat dukungan dari tokoh-tokoh Indonesia Timur.
Ketika itu keadaan Indonesia sangat bahaya dan hampir seluruh pemerintahan di
daerah diambil oleh militer. Selain itu mereka juga membekukan segala Aktivitas PKI (Partai Komunis
Indonesia), serta menangkap kader-kader PKI. Keadaan semakin
genting tatkala diadakan rapat di gedung Universitas
Permesta
yang membicarakan pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat. Pada pukul 07.00
diadakan pertemuan di ruang rapat gedung Universitas
Permesta di Sario Manado dengan tokoh
tokoh politik, masyarakat dan cendikiawan. Saat itu Kapten Wim Najoan, Panglima Komando
Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah, memberikan gambaran tentang
perkembangan di Sumatera
dan putusan agar dibentuknya PRRI. Selanjutnya ia memberikan sebuah pernyataan "Permesta
di Sulutteng menyatakan solider dan sepenuhnya mendukung pernyataan PRRI. Oleh
sebab itu, mulai saat ini juga Permesta memutuskan hubungan dengan Pemerintah
RI Kabinet Djuanda." Seketika pula para peserta rapat berdiri dan
menyambutnya dengan pekik: "Hidup PRRI! Hidup Permesta! Hidup Somba!"
Setelah itu
rapat diskors 30 menit untuk menyusun teks pemutusan hubungan dengan pusat oleh
3 orang Mayor Eddy
Gagola, Kapten
Wim Najoan dan kawan-kawan. Setelah selesai menyusun teks pemutusan hubungan
degan Pemerintah
Pusat rapat dilanjutkan dan teks
tersebut dibacakan kepada para hadirin. Respons perta rapat sangat antusias,
dengan ramai mereka mendengungkan pekik "Hidup Permesta! Hidup PRRI! Hidup
Somba-Sumual!" Setelah itu Mayor Dolf Runturambi bertanya kepada hadirin, "Bagaimana,
saudara saudara setuju?" Serentak dijawab: "Setuju! Setuju!"
Kembali suasana yang sangat ramai dari para hadirin. Setelah rapat tersebut, Kolonel D. J. Somba selaku pimpinan
Kodam Sulawesi Utara dan Tengah mengadakan rapat di lapangan sario Manado. Ia
membacakan teks pemutusan hubungan dangan Pemerintah Pusat yang isinya: "Rakyat
Sulawesi Utara dan tengah termasuk militer solider pada keputusan PRRI dan
memutuskan hubungan dengan pemerintah RI"
Hari itu juga
Pemerintah Pusat kemudian mengumumkan pemecatan dengan tidak hormat atas Letkol H.N. Ventje
Sumual, Mayor D.J.
Somba, dan kawan kawannya, dari Angkatan Darat. Saat itu pula para pelajar,
mahasiswa, pemuda dan ex-KNIL mendaftarkan diri untuk menjadi Pasukan dalam Angkatan
Perang Permesta. Bagi mereka yang telah mendatar langsung di beri latihan di Mapanget. dalam hal ini pula
keterlibatan Amerika Serikat benar benar terlihat,dengan
mendatangkan penasehat penasehat militernya.serta memberikan sejumlah bantuan
berupa Amunisi,
mitraliur anti pesawat terbang selain
itu untuk memperkuat Angkatan Perang Revolusioner (AUREV). mereka juga
mendatangkan sejumlah pesawat terbang antara lain pesawat
pengangkut DC-3 Dakota, pesawat pemburu P-51
Mustang, Beachcraft, Consolidated PBY Catalina dan pembom B-26 Invader. di sisi lain juga Permesta
membentuk suatu badan dan satua kepolisian yaitu 1.Polisi Revolusioner
2.Pasukan Wanita Permesta (PWP) 3.Permesta Yard yaitu sebuah badan intelejen.
Selain dari Amerika
Serikat Permesta juga mendapat bantuan dan dukungan dari Negara Negara pro
Barat seperti Taiwan,
Korea
Selatan, Philipina
serta Jepang.
dan dengan dukungan yang begitu besar sehingga Permesta tidak pernah kehabisan
perbekalan ketika bertempur Sejumlah besar anggota Komando Pemuda Permesta
wilayah Sulawesi
Utara dan Tengah dengan sukarela mendaftarkan
diri menjadi anggota pasukan Permesta Komando Pemuda Permesta. Sebelumnya tugas
Mereka, adalah untuk membantu pemerintah daerah guna mengerahkan tenaga dan
dana untuk melancarkan pembangunan di daerah daerah. Pergolakan inipun terus
berlanjut dan semakin menuju terjadinya Perang
Saudara. ketika itu Republik Indonesia yang baru berdiri kurang
lebih 10 tahun setelah pengakuan kedaulatan benar benar di ujung tanduk.
keutuhan Negara Republik Indonesia sangat membahayakan apalagi
saat itu di daerah lainnya juga muncul pemberontakan pemberontakan terhadap
Pemerintah RI yaitu 1. PRRI
(Pemerintahan Revolusioner Indonesia) 2. DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia) 3. Republik Maluku Selatan.
Selain itu juga
di dalam tubuh pemerintahan RI banyak terjadi pergolakan politik.terutama dengan silih
bergantinya Kabinet,seiring
dengan penerapan Demokrasi Liberal. di
sisi lain hubungan Dwi-Tunggal Soekarno dan
juga Hatta mengalami
keretakan.ini terjadi akibat dari kedekatan Soekarno dengan Partai Komunis Indonesia yang selalu
memusuhi Hatta. akhirnya dengan berat hati memundurkan diri dari jabatan
sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia
di kala suasana Negara yang kritis. Akibat pemutusan hubungan Permesta dengan
Pusat Kota Manado Menjadi
sangat mencekam.Kegelisahan meghantui setiap penjuru Manado. Warga
seakan tak bisa tenang untuk sesaatpun karena khawatir akan adanya serangan
dari Pemerintah Pusat yang diperkirakan tak lama lagi
bakal datang menyerbu daerah yang dikuasai Permesta. Banyak Masyarakat manado yang
mengungsi ke luar Kota
untuk menghindari Perang Saudara yang nampaknya akan menjadi sebuah
kenyataan, Di lain pihak juga dukungan terhadap Permesta semakin besar.
Dengan,masuknya Kolonel
Alexander Evert Kawilarang setelah
berhenti sebagai Atase Militer RI pada Kedubes RI di Washington,
DC, Amerika Serikat], kemudian ia berhenti dari dinas militer, dengan
Pangkat Brigadir Jenderal. Selanjutnya pulang ke Sulawesi
Utara untuk bergabung dengan Permesta. disana ia mendapat jabatan sebagai
Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI dan Kepala Staf
Angkatan Perang APREV (Angkatan Perang Revolusi) PRRI, dengan pangkat Mayor
jenderal.dan selanjutnya ia menjadi Panglima Besar Permesta. Presiden
Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk
mengirimkan 1 resimen marinir dan 1 skuadron pesawat tempur untuk merebut Morotai bersama
sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen Kung Chau menentang
gagasan itu.karena khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan ikut serta
membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan
memiliki alasan untuk mengintervensi. terhadap Taiwan. walaupun demikian.
Taiwan sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan
persenjataan dan dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk
Angkatan Udara Revolusioner Bantuan Taiwan akhirnya tercium oleh Pemerintah
Pusat. Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh
penduduk WNI asal Taiwan. dan sejumlah Surat Kabar, Sekolah ditertibkan.
Pemerintah Pusat melalui KSAD Mayor
Jenderal Nasution
melakukan pesiapan guna melakukan operasi
militer terhadap kedudukan Permesta di Sulawesi. operasi ini di sebut Operasi Saptamarga I dengan
pimpinan Letkol Soemarsono dengan rincian
sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah pada bulan Maret 1958 Palu dan Donggala telah
direbut oleh APRI (Angkatan Perang Republik
Indonesia) dan Pasukan Mobile Brigade, di bawah
pimpinan Kapten Frans Karangan Dikabarkan
bahwa komandan. Akhir Maret 1958, Permesta mendapatkan bantuan gerombolan Jan Timbuleng (Pasukan
Pembela Keadilan/PPK) juga turut bergabung gerombolan pemberontak lainnya,
kurang lebih 300 orang dari satu kelompok (Sambar Njawa) yang dipimpin Daan
Karamoy. Serta bekas istri Jan Timbuleng, Len Karamoy sebagai komandan pasukan,
menawarkan diri untuk melatih sebuah laskar wanita untuk Permesta (PWP). Serta
mereka Pula melakukan rencana untuk menyerang Jakarta. Namun secara bertahap.
rencana ini di beri nama Operasi Djakarta II. Rencana Operasi Djakarta II itu
adalah sebagai berikut: a. merebut kembali daerah Palu/Donggala yang telah
dikuasai Tentara pusat;lalu menyerang dan menduduki Balikpapan. b. sasaran
kedua adalah Bali; c. sasaran ketiga adalah Pontianak; d. sasaran terakhir
adalah Jakarta.
Operasi ini
bertujuan untuk menekan Pemerintah Pusat agar mau berunding dengan PRRI. dan pada 13 April
1958 pesawat pesawat milik AUREV menyerang lapangan udara Mandai Makassar serta
tempat tempat lainya seperti Ternate, Balikpapan dan Donggala dan
serangan yang paling fatal adalah serangan terhadap Kapal Hang Tuah
yang sedang bersandar di pelabuhan Balikpapan.menyebabkan
Kapal tersebut tenggelam. Pada tanggal 18 mei 1958 dilakukanlah Operasi Mena II
di bawah Komando Letkol.
KKO Huhnholz untuk merebut
lapangan udara Morotai
di sebelah utara Halmahera. mayor Soedomo selaku Kepala Staf memerintahkan tuk berlayar ke
Pulau Tiaga di lepas Pantai Ambon dengan di dukung Pesawat P-51 Mustang dan
B-26 serta Pasukan Gerak Cepat,Pasukan Angkatan Darat dan Gabungan Marinir.
Lalu Datanglah serangan dari Allen Pope menggunakan Pesawat B-26 Invader.
sebelumya ia telah menyerang Ambon setelah terbang dari Mapanget. Seketikapun Allen Pope
menukikan Pesawatnya untuk menyerang kedudukan Pasukan APRI. melihat tanda bahaya para awak
yang berada di dalam Kapal
dengan serentak melakukan tembakan balasan. hampir seluruh Pasukan yang ada
di dalam Kapal melakukanya. Mulai dengan Penagkis udara, Senapan Serbu, Senapan
Otomatis, Senapan Infanteri bahkan Pistol. di sisi lain bantuan untuk Pemerintah
Pusat pun datang dari penerbang bernama Ignatius
Dewanto dengan menggunakan Pesawat kopkit P-51. Dewanto langsung memacu
pesawatnya dan lepas landas. untuk membantu iring iringan ALRI yang diserang.
Tetapi Dia tidak menemukan B-26 AUREV. Ferry Tank (Tangki bahan bakar cadangan)
dilepas di laut. Lalu terlihatlah konvoi kawan kawanya yang diserang B-26 milik
AUREV buruannya. Dengan cepat ia mengejar Dewanto lalu mengambil posisi di
belakang lawan. Roket ditembakkan namun, berkali-kali lolos, disusul dengan
tembakan 6 meriam 12,7, karena jaraknya lebih dekat, memungkinkan ia dapat
mengenainaya lebih besar. Dewanto yakin tembakannya mengenai sasaran. Lalu
semua awak yang berada di dalam Kapal melihat pesawat milik AUREV itu terbakar.
lalu terlihatlah dua buah Parasut yang jatuh,ada yang jatuh di sebuah pohon,
serta luka terhempas karang. lalu kedua orang itu adalah Allen Pope dan Harry
Rantung, Pope adalah seorang penerbang bayaran asal Amerika
Serikat. yang sedang melakukan tugas untuk membantu Permesta dalm
Pemberontakan. Akibat semua ini adalah melemahnya kekuatan Permesta di udara.
menyebabkan Apri dengan mudah menguasai setiap Wilayah yang semula diduduki
Permesta. Kemudian Pasukan RPKAD bersiap untuk menyerang mapanget namun mengalami
Kegagalan serta menewaskan Miskan, seorang Prajurit dan Sersan Mayor Tugiman.
Setelah Pasukan
RPKAD gagal kemudian AURI menyerang Mapanget dengan Pesawat P-51 Mustang.
dengan sasaran menembak awak Canon anti Udara pertempuran sengit pun terjadi
para awak Canon anti udara, Permesta terus melakukan penembakan terhadap
pasukan AURI secara
Terus menerus. bahkan, dari merka ada yang sampai terpental namun tidak
mengalami luka, lalu kembali memegang Canon Anti Udara mereka maisng masing.
dari akhirnya serangan ini kembali tidak membuahkan hasil. para Canon Anti
Udara Permesta menjadi Pahlawan karena berhasil mengusir setiap serangan yang
selalu datang.sebelumnya,mereka juga sempat merontokan 3 pesawat milik
AURI.AURI pun mengakui keunggulan Pertahanan udara Permesta yang mereka nilai
paling tersulit selama Melakukan Operai Militer. kebanyakan dari mereka adalah
Pasukan Ex-KNIL jadi sudah sangat terlatih walaupun umur mereka banyak yang
sudah tua,namun berkat pengalaman yang mereka miliki. mereka dapat berbuat
banyak. Sementara itu Gubernur Sulawesi Andi Pangerang menyatakan Pembekuan
segala Aktivitas yang Berkaitan dengan Permesta. dan kemudian Amerika Serikat
menarik segala bantuanya terhadap Permesta. karena malu terhadap Pemerintah
Pusat setelah pesawat yang di kemudikan Pope terjatuh, yang membongkar segala
bantuan Amerika terhadap Permesta, Sebelum pesawat itu jatuh Amerika Serikat,
dengan sangat bersikeras menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak terlibat
dengan PRRI maupun Permesta.
Seperti yang
dikutip oleh John Foster Dulles “Apa yang terjadi di Sumatera
adalah urusan dalam negeri Indonesia. AS tidak ikut campur dalam urusan dalam
Negeri Negara lain” Kemudian, Eisenhower selaku Presiden Amerika Serikat,
mengadakan jumpa pers terkait Peristiwa yang terjadi di Sumatera dan
Sulawesi,serta penemuan beberapa senjata buatan AS. isi dari jumpa pers itu
adalah: “Senjata-senjata yang ditemukan oleh ABRI. adalah senjata yang dengan
mudah dapat ditemukan di pasar gelap dunia. Di samping itu, sudah biasa di mana
ada konflik pasti akan ditemukan tentara bayaran. Tetapi tuduhan bahwa Amerika
Serikat terlibat disini semakin nyata, setelah tubuh Pope digeledah dan
terdapat beberapa identitas tentang dirinya. seperti surat keterangan yang mengizinkan
Pope memasuki semua fasilitas militer AS di Philpina. Juga ada kartu klub
perwira di pangkalan itu.
Hal ini membuat
Amerika benar-benar kehilangan muka di dunia.bahkan segala buku yang
mengisahkan sepak terjang CIA selalu memojokan Amerika. Untuk meraih Hati
Presiden Soekarno. Amerika menawarkan bantuan senjata. serta bersedia mengimpor
beras kepada Indonesia dengan bayaran Rupiah,selain itu dengan sangat terpaksa,
Amerika menghentikan segala bantuannya kepada PRRI dan Permesta. sehingga
membuat keduannya semakin melemah. Sementara itu peperangan antara Pemerintah
pusat dan Permesta semakin gencar. saling menguasai beberapa tempat terjadi.
pada tanggal 17 Pebruary 1959 Permesta secara serentak melakukan serangan besar
besaran yang di beri nama operasi "Operation Djakarta Special One".
Tujuan dari serangan itu adalah. menduduki beberapa Kota Srategis seperti;
Langowan, Tondano dan Amurang-Tumpaan. untuk menhancurkan segala Prasarana
musuh. Namun demikian,operasi tersebut mengalami kegagalan walaupun Permesta
sempat menduduki beberapa tempat. namun hanya untuk beberpa jam saja. karena
tempat tersebut berhasil direbut oleh Pasukan APRI dan AURI.
Setelahnya
pasukan APRI dan AURI berhasil menduduki beberapa tempat yang sebelumnya
merupakan basis terkuat dari Permesta.
Pada tahun 1960 Pihak Permesta
Menyatakan kesediaanya, untuk berunding dengan Pemerintah Pusat. Perundingan
pun dilangsungkan Permesta diwakili oleh Panglima Besar Angkatan Perang
Permesta, Mayor Jenderal Alex Evert Kawilarang. serta Pemerintah Pusat diwakili
oleh Kepala Staf Angkatan Darat Nicolas Bondan. dari perundingan tersebut
tercapai sebuah kesepakatan yaitu: bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak
TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak Komunis di Jawa. Pada tahun 1961
Pemerintah Pusat melalui Keppres 322/1961. memberi Amnesti dan Abolisi Bagi
siapa saja yang terlibat PRRI dan Permesta. tapi bukan untuk itu saja bagi
anggota DI/TII baik, di Jawa Barat, Aceh, Jawa Tengah, Kalimntan Selatan dan
Sulawesi Selatan Juga berhak Menerimanya. Sesudah keluar keputusan itu, be
ramai-ramai banyak anggota Permesta yang keluar dari hutan-hutan Untuk
mendapatkan Amnesti dan Abolisi. Seperti Kolonel D.J. Somba, Mayor Jenderal
A.E. Kawilarang, Kolonel Dolf Runturambi, Kolonel Petit Muharto Kartodirdjo,
dan Kolonel Ventje Sumual beserta pasukannya menjadi kelompok paling akhir yang
keluar dari hutan hutan. untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. dan pada tahun
itu pula permesta dinyatakan bubar.
2.4 Keterlibatan Amerika dalam Penyelesaian Kasus Irian Barat
Peran politik yang paling penting
dan realistik dalam kancahnya di Irian Barat adalah politik intervensionis. Di
mana pada masa pasca Perang Dunia II, permasalahan Irian Barat itu sendiri
diintervensi oleh Amerika Serikat melalui pemerintahan kepresidenan Harry S.
Truman, Dwight D. Eisenhower, John Fitzgerald Kennedy dan sebagainya yang
terpengaruh oleh kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang terpengaruh dari
pemimpin-pemimpinnya tersebut. Dalam hal ini Soekarno dianggap sebagai seorang
diktator yang menghalangi kepentingan Amerika Serikat di Indonesia khususnya
Irian Barat pada masa pasca Perang Dingin tersebut.
Pada masa tahun 1950-an, kekecewaan
Pemerintah Republik Indonesia terhadap pihak Barat semakin memuncak karena kebijakan
Amerika Serikat yang berjanji untuk bersikap netral terhadap Resolusi PBB dalam
masalah Papua Barat membuat Pemerintah Indonesia mulai bergeser kepada Uni
Soviet untuk mendapatkan bantuan yang serupa. Pergeseran ini juga disebabkan
karena aspek teknologi dan politik, dimana kebijakan industrialisasi dan
teknologi dari Uni Soviet yang semakin mengejar keunggulan negara-negara Barat.
Dalam menyikapi isu Papua Barat yang masih terus bergulir hingga masa pemerintahan
John F. Kennedy pada tahun 1961, Amerika Serikat kembali menghadapi masalah
yang melibatkan salah satu sekutu Amerika Serikat di Eropa. Sikap pemerintahan
Eisenhower yang keras dan mendukung bantuan militer bagi pemberontakan di
Indonesia dianggap sudah usang dan digantikan dengan pemerintahan Kennedy yang
lebih akomodatif terhadap kepentingan bangsa Indonesia demi tercapainya
tujuan-tujuan jangka panjang. Howard Jones, yang menjabat Duta Besar AS untuk
Indonesia pada saat itu, menyadari bahwa seluruh kebijakan luar negeri
Indonesia dan sebagian besar kehidupan politik di Indonesia berkisar di seputar
topik yang sangat penting ini (Papua Barat).
Turunnya posisi Amerika Serikat di
mata publik Indonesia menjadi perhatian khusus bagi pemerintahan Kennedy pada
saat itu, terutama ketika sebagian besar. Kennedy mencari jalan keluar dari
kabinetnya yang terbagi atas dua perspektif. Menteri Luar Negeri AS Dean Rusk
mengatakan bahwa Amerika Serikat harus memandang serius masalah Papua Barat
sebagai bagian dari perjuangan global melawan komunisme seperti di Berlin,
Kongo, Laos, dan Selat Taiwan. Namun di sisi lain, Rusk mendukung bahwa Amerika
Serikat harus tetap terlihat akomodatif bagi kepentingan negara-negara dunia ketiga. Hal initentunya
sangat berkorelasi dengan kebijakan containment policy yang dianut oleh
Amerika Serikat pada masa itu, yang mewajibkan agar Amerika Serikat tidak boleh
kalah pamor dari Uni Soviet untuk membendung pengaruh Komunis.
Sikap Amerika Serikat terhadap
Papua Barat mulai berubah setelah pengangkatan Averell Harriman sebagai Asisten
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Timur Jauh pada 29 November
1961. Harriman dianggap berhasil untuk meyakinkan para policy-maker di
Washington untuk meninggalkan sikap netral yang pasif dan mengambil peran
aktif. Pergeseran kebijakan politik ini mempermudah adanya perundingan antara
Belanda dan Indonesia yang terjadi di kemudian hari. Pada tanggal 11 Februari
1962, Jaksa Agung Amerika Serikat Robert Kennedy meninggalkan Washington menuju
Jakarta, dengan “misi khusus” yang diberikan oleh Presiden Kennedy. Misi ini adalah
mencegah pecahnya perang antara Indonesia dan Belanda karena masalah Papua
Barat. Setelah ditekan oleh Robert Kennedy, Soekarno berhasil dibujuk untuk mengadakan
negosiasi dengan Belanda di bawah pengawasan PBB di Middleburg, Virginia.
Amerika Serikat menjadi mediator dalam negosiasi tersebut dan menunjuk
Ellsworth Bunker sebagai wakilnya. Negosiasi ini berakhir dengan ditandatanganinya
Persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962 di Markas Besar PBB.
Keterlibatan Amerika Serikat itu
sendiri tidak terlepas dari adanya peran Soekarno sebagai presiden pertama
Republik Indonesia yang baru merdeka pada tahun 1945. Pengaruh-pengaruh Blok
Timur di Indonesia mulai dikesampingkan oleh presiden Amerika Serikat pada saat
itu yaitu Harry S. Truman di mana konflik kependudukan dan geografi Irian Barat
itu sendiri berakar dari adanya kepentingan Amerika Serikat untuk tetap
menjadikan Indonesia sebagai bagian dari negara-negara penganut Blok Barat,
tetapi dengan adanya peran Soekarno yang bersikap tegas dan tidak mudah untuk
diatur, Amerika Serikat menggunakan kesempatan tersebut di mana pada saat itu
Indonesia sedang melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan terhadap
Belanda untuk membantu Belanda mengklaim Irian Barat sebagai daerah yang
diklaim Belanda dalam jajahannya agara Indonesia tetap condong ke Blok Barat di
bawah pengaruh Belanda.
Bentuk lain dari Doktrin Truman
yang berlaku di Eropa juga diaplikasikan dalam penolakan bantuan militer
terhadap Indonesia dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Hal ini
dikarenakan sikap Soekarno yang juga mendukung komunisme dalam masa Perang
Dingin sehingga adanya indikasi bahwa tidak percayanya Amerika Serikat terhadap
Indonesia untuk terus berada di Blok Barat. Sedangkan mempertahankan Irian
Barat dianggap sebagai suatu sikap atau bentuk perlawanan terhadap imperialisme
yang berkepanjangan antara negara-negara Blok Barat tersebut. Kembali ke
pemikiran-pemikiran neokonservatif yang dimiliki oleh institusi-institusi
Amerika Serikat itu sendiri, perlu diketahui bahwa demokrasi yang menjadi objek
penyebaran pemerintah Amerika Serikat, dipercaya menjadi jawaban bagi keinginan
masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik, dan demokrasi dipercaya oleh kaum
neokonservatif sebagai hak-hak dasar manusia walaupun kaum neokonservatif
sendiri mengabaikan nilai-nilai fungsi sipil yang kritis. Demokrasi juga
disalahpahami sebagai suatu sistem yang menguntungkan sebuah negara karena
dibebaskannya negara tersebut dari kediktatoran. Hal yang ingin ditekankan
adalah kasus Irian Barat dalam pandangan Truman merupakan suatu bentuk
kesempatan ataupun eksperimen untuk mempersatukan serta mengayomi pihak militer
Indonesia untuk melepaskan diri dari pihak Indonesia.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Hubungan RI dan Amerika Serikat (AS) telah terbina sejak sebelum Proklamasi
Kemerdekaan RI tahun 1945. Selanjutnya kedua negara melakukan kerjasama di
berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kedua belah pihak. Indonesia dan Amerika Serikat memiliki
landasan kuat dalam melakukan kerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak
yang berlandaskan pada adanya nilai-nilai dasar yang dihormati bersama (shared
values), yaitu demokrasi, good governance, penghormatan hak asasi
manusia, dan masyarakat yang plural dan toleran.
Bagi
Indonesia, AS merupakan salah satu mitra dagang utama,yakni setelah Republik
Rakyat Cina dan Jepang. Ekspor Indonesia ke US terdiri dari karet, tekstil dan
pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik, sedangkan ekspor US ke Indonesia
terdiri dari produk pertanian, pesawat, mesin, dan kapas benang serta kain.
Indonesia
dan Amerika Serikat dalam hubungan bilateralnya dalam bidang keamanan dilihat dari berbagai faktor
menunjukkan, seperti faktor geostrategi dan faktor ekonomi, bahwa kedua negara
berkepentingan memelihara hubungan yang baik dan lancar. Akan tetapi, adalah
satu kenyataan bahwa hubungan baik antara dua negara sangat ditentukan oleh posisi dan kekuatan
kedua negara sehingga dapat tercipta kondisi kerjasama yang harmonis bagi
keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Maranantha, Shinta. 2012. Kerjasama Indonesia-Amerika
(Indonesia-American Cooperation). Dalam
http://myworld-knowledge.blogspot.com/2012/04/kerjasama-indonesia-amerika-indonesia.html
[diakses pada 7 Mei 2014]
Ruagadi, Tri, dkk, 2011, Dampak Hubungan Indonesia dan Amerika
Serikat Terhadap Stabilitas Keamanan di Indonesia. Dalam http://repository.unhas.ac.id
[diakses pada 8 Mei 2012]
Anonim. 2012. Dampak Kerjasama
Antarnegara Terhadap Perekonomian Indonesia. Dalam
http://sharingwithmepartii.wordpress.com/2012/10/06/dampak-kerja-sama-antarnegara-terhadap-perekonomian-indonesia/
[diakses pada 8 Mei 2012]
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/254/ISI%20SKRIPSI.pdf?sequence=3
[diakses pada 8 Mei 2012]
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdjuangan_Semesta
[diakses
pada 8 Mei 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar