Senin, 26 Mei 2014

PERAN AMERIKA DALAM PEMBENTUKAN NEGARA INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara II
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd.







Oleh :

HAJAR RIZA ASYIYAH   (120210302051)
KELAS B






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Amerika dalam Pembentukan Negara Indonesia” dengan tepat waktu. Yang mana penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Amerika.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Suranto, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.




  
Jember, Mei 2014
Penyusun


DAFTAR ISI








BAB.1 PEMBAHASAN

1.1  Latar Belakang

Dalam dunia internasional, Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir seluruh negara di dunia termasuk Amerika Serikat. Dalam hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa Amerika Serikat meerupakan negara yang mempunyai kekuasaan besar yang sangat berpengaruh bagi seluruh negara di dunia, karena Amerika Serikat merupakan negara adikuasa. Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat sudah berlangsung lama. Hubungan ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Amerika Serikat telah banyak memberikan bantuan terhadap negara-negara di dunia khususnya di negara-negara berkembang. Bantuan luar negeri Amerika Serikat selalu memiliki tujuan ganda untuk melanjutkan kepentingan kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk memperluas demokrasi dan pasar bebas sekaligus meningkatkan kehidupan warga negara berkembang termasuk Indonesia.
Kawasan Asia merupakan salah satu wilayah yang telah lama menjadi perhatian utama Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena kepentingan Amerika Serikat di wilayah ini sangat besar baik secara ekonomi, politik maupun keamanan. Sejak perang dunia II Amerikat Serikat mempunyai kekuatan dominan dikawasan Asia pasifik, kehadiranya saat itu menjadi landasan terciptanya perdamaian dan stabilitas kawasan selama perang dunia.
Sebelum merdeka, bangsa Indonesia berpandangan positif terhadap Amerika karena Amerika Serikat dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang telah menjajah Indonesia. Amerika Serikat juga dinilai positif oleh Indonesia karena di Amerika Serikat banyak peluang bagi semua orang untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Banyak orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya untuk memilih hidup di Amerika. Faktor inilah yang menyebabkan citra baik Amerika Serikat dimata dunia sebagai negara adikuasa yang kuat dan kaya.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Bagaimana latar belakang kerjasama Amerika dengan Indonesia?
1.2.2        Bagaimana hubungan kerjasama Amerika dengan Indonesia dalam bidang ekonomi dan keamanan?
1.2.3        Bagaimana keterlibatan Amerika dalam perjuangan Semesta?
1.2.4        Bagaimana keterlibatan Amerika dalam penyelesaian kasus Irian Barat?

1.3      Tujuan

1.3.1        Untuk mengetahui latar belakang kerjasama Amerika dengan Indonesia.
1.3.2        Untuk mengetahui hubungan kerjasama Amerika dengan Indonesia dalam bidang ekonomi dan keamanan.
1.3.3        Untuk mengetahui keterlibatan Amerika dalam perjuangan Semesta.
1.3.4        Untuk mengetahui keterlibatan Amerika dalam penyelesaian kasus Irian Barat.


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Latar Belakang Kerjasama Amerika dengan Indonesia

Hubungan RI dan Amerika Serikat (AS) telah terbina sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Kemudian pada 28 Desember 1949, Amerika Serikat membuka Kedutaan Besar Amerika di Jakarta dan menunjuk Duta Besar AS pertama untuk Indonesia, Horace Merle Cochran. Pada 20 Februari 1950, Pemerintah Indonesia menunjuk Dr. Ali Sastroamidjojo sebagai Duta Besar RI pertama untuk Amerika.  Selanjutnya kedua negara melakukan kerjasama di berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kedua belah pihak.
Indonesia dan Amerika Serikat memiliki landasan kuat dalam melakukan kerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak yang berlandaskan pada adanya nilai-nilai dasar yang dihormati bersama (shared values), yaitu demokrasi, good governance, penghormatan hak asasi manusia, dan masyarakat yang plural dan toleran. Berdasarkan landasan tersebut, Indonesia mengharapkan tercapainya hubungan yang lebih luas dan mendalam dengan pemerintah AS di masa mendatang, berdasarkan prinsip equity, mutual respect dan mutual benefit. 
Landasan ini tidak serta merta membuka peluang dan jalan mulus bagi Indonesia dalam melakukan kerjasamanya dengan Amerika mengingat kedua belah pihak memiliki standar dan kriteria berbeda khususnya norma dan budaya kelokalan yang dimiliki. Meskipun telah disepakati kerja sama bersifat menyeluruh melalui dukungan terhadap integritas teritorial, perkembangan demokrasi dan reformasi, serta upaya Indonesia dalam menjaga stabilitas nasional yang tercatat dalam Joint Statement Presiden RI dan Presiden AS pada saat kunjungan Presiden Bush ke Indonesia, 20 November 2006, yang menyebutkan bahwa “...the two countries are bound by a broad based-democratic partnership based on equality, mutual respect, common interests and the shared values of freedom, pluralism and tolerance...” .
Meskipun demikain, terdapat beberapa bidang kerjasama yang selalu menghasilkan output yang sama tanpa perbaikan yang nyata, bahkan bisa disebut sebagai agenda rutin tahunan kerjasama kedua belah pihak. Bidang-bidang tersebut antara lain adalah pertama, kerjasama dalam mengatasi perubahan iklim. Kedua adalah kerja sama dalam menciptakan dan melaksanakan prinsip-prinsip good governance yang bertumpu pada pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal ini dikarenakan KKN merupakan penyebab utama dari tidak berfungsinya hukum di Indonesia sehingga memerlukan best practice yang telah berpengalaman untuk memecahkan masalah tersebut. Dari hasil kerjasama yang bersifat rutin dan stagnan perbaikan, setidaknya terdapat dua cara dalam memberantas KKN yaitu mencegah (preventif) dan upaya penanggulangan (represif). 
Ketiga bidang kerjsama lainnya yang masih belum memerlukan peningkatan peran aktif dan kontribusi adalah kerjasama bidang pendidikan, bidang energi, dan bidang penanganan bencana. Untuk bidang energi, sebenarnya Indonesia dan AS ingin mengembangkan kerjasama di bidang pembangunan bioenergi, atau biofuel sebagai energi alternatif. Dalam hal ini Amerika Serikat telah siap untuk berbagi di bidang teknologi dan hal–hal lain yang berkaitan dengan pengembangan energi alternatif khususnya biofuel, akan tetapi msih belum bisa terwujud.
Selain kerja sama yang menghasilkan dampak stagnan, terdapat kerja sama yang cukup baik dan perlu mendapat prioritas, antara lain kerja sama dalam hal pengurangan emisi dari lahan gambut dan LULUCF (Land Use, Land-Use Change and Forestry) melalui lima program yaitu informasi dasar, kebijakan yang menyeluruh, peningkatan kapasitas untuk pemangku kepentingan lokal, penerapan konsep yang telah terbukti dan alokasi dana khusus untuk lahan gambut dan LULUCF. 
Kerja sama lain yang perlu mendapat prioritas adalah isu Laut Cina Selatan. Kesepakatan kerja sama ini bersifat krusial, sebab kedua negara secara langsung memiliki kepentingan vital di perairan tersebut. Bagi Washington, terciptanya kebebasan bernavigasi di Laut Cina Selatan merupakan hal yang tidak bisa dikompromikan. Adapun bagi Jakarta, keutuhan wilayahnya di Laut Natuna yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan yang diklaim pula oleh Beijing adalah suatu isu yang tidak bisa ditawar.
Selanjutnya, kerja sama hubungan keagamaan dan pemberantasan terorisme di antara kedua belah pihak mengingat warga negara di kedua negara yang bersifat majemuk dengan berbagai macam aliran agama dan adanya gerakan-gerakan yang bersifat radikal. Hal ini seperti diungkapkan oleh Presiden AS Barack Obama yang menjanjikan hubungan yang lebih baik dengan dunia Muslim khususnya Indonesia dan menyerukan perang terhadap terorisme yang telah membunuh orang-orang tidak berdosa.

2.2  Hubungan Kerjasama Amerika dengan Indonesia

2.2.1        Bidang Ekonomi

Bagi Indonesia, AS merupakan salah satu mitra dagang utama,yakni setelah Republik Rakyat Cina dan Jepang. Total nilai ekspor Indonesia ke US mencapai $1.56 milyar, yang terdiri dari $56 juta ekspor migas dan $1.5 juta ekspor non migas. Sebaliknya, total ekspor AS ke Indonesia mengalami penurunan sebesar 7.84%, dengan penurunan terbesar terjadi ekspor migas (mengalami penurunan lebih dari 50%). Ekspor Indonesia ke US terdiri dari karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik, sedangkan ekspor US ke Indonesia terdiri dari produk pertanian, pesawat, mesin, dan kapas benang serta kain.
Amerika Serikat juga turut serta memberikan berbagai macam bentuk bantuan bagi Indonesia. Bantuan ini salah satunya dilakukan melalui United States Agency for International Development (USAID). Terkait dengan bidang ekonomi, terdapat beberapa aspek yang menjadi fokus dari bantuan Amerika Serikat ini, diantaranya:
  1. Penguatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Bantuan terhadap Pemerintah Indonesia dan sektor swasta difokuskan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara meningkatkan iklim usaha dan investasi, memberantas korupsi, meningkatkan daya saing di sektor-sektor kunci, dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan.
  2. Pengembangan iklim usaha dan perusahaan. Usaha untuk mendorong peraturan terkait usaha yang transparan ditujukan untk mengurangi hidden cost dalam melakukan kegiatan usaha, mengurangi ketidakpastian, dan mendorong perdagangan, investasi, serta penciptaan lapangan pekerjaan. USAID memberikan bantuan teknis terhadap sektor-sektor industri untuk mendorong pertumbuhan, ekspor, pekerjaan, dan kesejahteraan. Diharapkan agar tindakan-tindakan ini dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional.
  3. Stabilitas dan kewajaran sektor keuangan. USAID berusaha membantu regulator untuk meningkatkan pengawasan terhadap lembaga keuangan bank dan non bank untuk mendorong stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan transparansi serta tata laksana (governance).
  4. Perbaikan kualitas jasa kebutuhan dasar. USAID Basic Human Services memberikan bantuan kepada Indonesia melalui strategi terintegrasi yang mengkombinasikan bidang kesehatan, pangan dan gizi, manajemen lingkungan, dan air di tingkat kecamatan dan kelurahan.
  5. Jasa lingkungan. Bantuan USAID ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi. Langkah nyata dukungan USAID ini salah satunya tercermin dari bantuan dalam proyek Air Rahmat, yang bertujuan untuk memberikan air minum yang aman untuk dikonsumsi bagi masyarakat miskin kota.
  6. Jasa kesehatan. Program USAID di bidang ini berfokus pada kesehatan ibu dan anak, termasuk kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, tubercolosis (TBC), malaria, dan proses desentralisasi sektorkesehatan. Tidak hanya itu, bantuan di bidang kesehatan juga tanggap melihat masalahmasalah kesehatan baru yang muncul di Indonesia. Sebagai contoh, selain program-program di atas, terdapat inisiatif baru untuk mengatasi masalah flu burung di Indonesia.
  7. Pangan dan gizi. Bantuan USAID di bidang pangan dan gizi juga menyentuh masyarakat miskin, dengan focus pada program yang memiliki dampak langsung terhadap wanita dan anak-anak. Salah satu bentuk nyata dari program ini adalah edukasi terhadap wanita dan anak-anak mengenai suplemen makanan dan gizi.
  8. Pinjaman/utang. Utang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman bilateral dari berbagai negara dan juga utang dari organisasi-organisasi internasional. Pinjaman bilateral yang berasal dari Amerika Serikat menempati peringkat kedua setelah pinjaman bilateral yang berasal dari Jepang.

2.2.2        Bidang Keamanan

Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat, hubungan keduanya telah berlangsung sejak lama dan mengalami proses tarik-ulur dalam melakukan kerjasama antar keduanya, hubungan bilateral terjadi bahkan sebelum Indonesia menyatakan kemerdekaan. Selepas dari pernyataan Indonesia tentang kemerdekaannya, tidak  mendapatkan pengakuan langsung dari negara jajahannya yaitu Belanda atas kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kemudian, berkat usaha Komisi Jasa-Jasa Baik yang terdiri dari wakil-wakil Amerika Serikat, Australia, dan Belgia akhirnya Belanda menyetujui Persetujuan Renville yang intinya memberi janji kepada Republik untuk di kemudian hari menjadi negara bagian dari Indonesia Serikat. Ketiga negara yakni AS, Australia, dan Belgia berusaha mencari jalan keluar dari konflik Republik Indonesia dan Belanda sejak 1945. Namun, hubungan Indonesia Amerika mengalami gejolak, kemunduran, dan memburuk ketika AS demi strategi Perang Dinginnya berusaha memaksakan konsep politik luar negerinya terhadap Indonesia.
Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat telah mengalami perkembangan dan gejolak sejak Proklamasi Republik Indonesia tahun 1945. Sejak awal AS telah memberikan perhatian khusus terhadap Indonesia, dimana saat itu AS sedang menghadapi situasi yang mencekam dan memberlakukan strategi Perang Dingin terhadap blok Timur serta Politik Luar Negeri Amerika Serikat diabdikan pada perang tersebut. Sedangkan hal yang berbeda ditunjukkan oleh Indonesia, dimana Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Presiden Soekarno berpegang pada politik luar negeri yang “bebas aktif”. Terutama dalam hal membela perdamaian dunia, bersamaan dengan itu memberikan dukungan yang kuat pada perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk menyatakan kemerdekaan nasional negara mereka.
Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat mengalami kepahitan ketika terjadi peristiwa Santa Cruz, Timor Timur, saat itu AS menganggap bahwa Indonesia telah melanggar hak asasi manusia dalam kejadian tersebut. Hubungan militer yang buruk antara Indonesia dan AS tidak berlangsung lama, ketika terjadi tragedi 11 September 2001 yang dianggap oleh pemerintahan AS saat itu adalah serangan terorisme, AS mengeluarkan kebijakan untuk memerangi terorisme dan mengajak seluruh negara di dunia untuk ikut memberantas aksi dari para teroris, tidak terkecuali dengan Indonesia.
Indonesia dan Amerika Serikat dalam hubungan bilateralnya dalam bidang keamanan, terdapat peluang dan tantangan dalam menjalin hubungan antara negara. Hubungan antara Indonesia dan AS adalah satu hal yang sangat penting, baik bagi Indonesia maupun Amerika Serikat. Berbagai faktor menunjukkan, seperti faktor geostrategi dan faktor ekonomi, bahwa kedua negara berkepentingan memelihara hubungan yang baik dan lancar. Akan tetapi, adalah satu kenyataan bahwa hubungan baik antara dua negara sangat ditentukan oleh posisi dan kekuatan kedua negara sehingga dapat tercipta kondisi kerjasama yang harmonis bagi keduanya.
Amerika Serikat bagi Indonesia merupakan negara yang patut di perhitungkan, dimana secara teknologi dan perekonomian, Indonesia masih membutuhkan Amerika, seperti kebutuhan persenjataan bagi militer seperti senjata, pesawat tempur dan peralatan militer lainnya. Sedangkan Amerika Serikat memandang Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya yang melimpah, yang membuat hal ini semakin menarik terutama bagi para investor AS yang ingin menanamkan investasinya di Indonesia. Selain itu, Indonesia merupakan mitra kerjasama yang sangat penting di bidang minyak dan gas bagi AS, sekaligus sebagai penerima investasi di bidang pertambangan yang cukup besar dari negara AS, hal ini ditunjukkan dengan terdapat berbagai perusahaan asing milik investor AS di Indonesia seperti Freeport McMoran.
Dengan era kepemimpinan Barack Obama di Amerika Serikat memberikan peluang yang cukup signifikan bagi Indonesia. Diantaranya yaitu bagi Indonesia, sejarah masa kecil Presiden AS di Indonesia, perekonomian yang mapan dimiliki oleh AS, perlengkapan militer yang baik, pemegang hak veto pada Dewan Keamanan PBB, serta memiliki tujuan yang sama yaitu memerangi terorisme dan kedatangan Obama ke Indonesia, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya sebagai negara berkembang yang demokratis dengan penduduk mayoritas Islam dalam percaturan dunia. Dimana kepentingan Indonesia di antaranya normalisasi hubungan militer dan dimungkinkannya Indonesia membeli suku cadang bagi persenjataan militer asal AS, juga perdagangan komoditas asal Indonesia tidak diganggu dengan masalah lingkungan hidup, tuduhan dumping atau tidak terpenuhinya standar ISO.
Sedangkan bagi Amerika Serikat, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang dapat memberikan keuntungan bagi AS sendiri, untuk mengatasi masalah terorisme yang merupakan kebijakan AS pasca tragedi 11 September 2001, memperbaiki citra AS tentang dunia Muslim di mata masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga dapat merubah pendapat rakyat Indonesia tentang AS dan dunia Barat. Tantangan dalam hubungan kerjasama dua negara ini yaitu upaya dari negara Amerika untuk merubah pendapat Indonesia bahwa kedatangan Obama ke Indonesia adalah suatu rencana untuk mendekati Indonesia yang merupakan negara Muslim terbesar di dunia, sehingga memiliki kemungkinan untuk dapat melobi negara-negara Muslim lainnya sangat besar. Selain itu upaya perundingan untuk mengambil pandangan masyarakat yang kekayaan alamnya di eksploitasi Amerika dan memberikan sumbangsih kepada masyarakat yang tinggal di wilayah pertambangan tersebut.

2.3      Keterlibatan Amerika dalam Perjuangan Semesta

Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat pemberontakan ini berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Awalnya masyarakat Makassar mendukung gerakan ini. Perlahan-lahan, masyarakat Makassar mulai memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian, pada 1958 markas besar Permesta dipindahkan ke Manado. Disini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak puas dengan keadaan pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang sesuai dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai prosedur-prosedur dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.
Pemerintah pusat Republik Indonesia yang dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 kemudian menggunakan operasi-operasi militer untuk menghentikan gerakan-gerakan pemberontakan yang mengarah kepada kemerdekaan. Pada tanggal 2 Maret 1957 di Makassar,Letkol.Ventje Sumual memproklamirkan berdirinya Piagam Perjuangan Semesta.Gerakan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia Timur serta mendapat dukungan dari tokoh-tokoh Indonesia Timur. Ketika itu keadaan Indonesia sangat bahaya dan hampir seluruh pemerintahan di daerah diambil oleh militer. Selain itu mereka juga membekukan segala Aktivitas PKI (Partai Komunis Indonesia), serta menangkap kader-kader PKI. Keadaan semakin genting tatkala diadakan rapat di gedung Universitas Permesta yang membicarakan pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat. Pada pukul 07.00 diadakan pertemuan di ruang rapat gedung Universitas Permesta di Sario Manado dengan tokoh tokoh politik, masyarakat dan cendikiawan. Saat itu Kapten Wim Najoan, Panglima Komando Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah, memberikan gambaran tentang perkembangan di Sumatera dan putusan agar dibentuknya PRRI. Selanjutnya ia memberikan sebuah pernyataan "Permesta di Sulutteng menyatakan solider dan sepenuhnya mendukung pernyataan PRRI. Oleh sebab itu, mulai saat ini juga Permesta memutuskan hubungan dengan Pemerintah RI Kabinet Djuanda." Seketika pula para peserta rapat berdiri dan menyambutnya dengan pekik: "Hidup PRRI! Hidup Permesta! Hidup Somba!"
Setelah itu rapat diskors 30 menit untuk menyusun teks pemutusan hubungan dengan pusat oleh 3 orang Mayor Eddy Gagola, Kapten Wim Najoan dan kawan-kawan. Setelah selesai menyusun teks pemutusan hubungan degan Pemerintah Pusat rapat dilanjutkan dan teks tersebut dibacakan kepada para hadirin. Respons perta rapat sangat antusias, dengan ramai mereka mendengungkan pekik "Hidup Permesta! Hidup PRRI! Hidup Somba-Sumual!" Setelah itu Mayor Dolf Runturambi bertanya kepada hadirin, "Bagaimana, saudara saudara setuju?" Serentak dijawab: "Setuju! Setuju!" Kembali suasana yang sangat ramai dari para hadirin. Setelah rapat tersebut, Kolonel D. J. Somba selaku pimpinan Kodam Sulawesi Utara dan Tengah mengadakan rapat di lapangan sario Manado. Ia membacakan teks pemutusan hubungan dangan Pemerintah Pusat yang isinya: "Rakyat Sulawesi Utara dan tengah termasuk militer solider pada keputusan PRRI dan memutuskan hubungan dengan pemerintah RI"
Hari itu juga Pemerintah Pusat kemudian mengumumkan pemecatan dengan tidak hormat atas Letkol H.N. Ventje Sumual, Mayor D.J. Somba, dan kawan kawannya, dari Angkatan Darat. Saat itu pula para pelajar, mahasiswa, pemuda dan ex-KNIL mendaftarkan diri untuk menjadi Pasukan dalam Angkatan Perang Permesta. Bagi mereka yang telah mendatar langsung di beri latihan di Mapanget. dalam hal ini pula keterlibatan Amerika Serikat benar benar terlihat,dengan mendatangkan penasehat penasehat militernya.serta memberikan sejumlah bantuan berupa Amunisi, mitraliur anti pesawat terbang selain itu untuk memperkuat Angkatan Perang Revolusioner (AUREV). mereka juga mendatangkan sejumlah pesawat terbang antara lain pesawat pengangkut DC-3 Dakota, pesawat pemburu P-51 Mustang, Beachcraft, Consolidated PBY Catalina dan pembom B-26 Invader. di sisi lain juga Permesta membentuk suatu badan dan satua kepolisian yaitu 1.Polisi Revolusioner 2.Pasukan Wanita Permesta (PWP) 3.Permesta Yard yaitu sebuah badan intelejen.
Selain dari Amerika Serikat Permesta juga mendapat bantuan dan dukungan dari Negara Negara pro Barat seperti Taiwan, Korea Selatan, Philipina serta Jepang. dan dengan dukungan yang begitu besar sehingga Permesta tidak pernah kehabisan perbekalan ketika bertempur Sejumlah besar anggota Komando Pemuda Permesta wilayah Sulawesi Utara dan Tengah dengan sukarela mendaftarkan diri menjadi anggota pasukan Permesta Komando Pemuda Permesta. Sebelumnya tugas Mereka, adalah untuk membantu pemerintah daerah guna mengerahkan tenaga dan dana untuk melancarkan pembangunan di daerah daerah. Pergolakan inipun terus berlanjut dan semakin menuju terjadinya Perang Saudara. ketika itu Republik Indonesia yang baru berdiri kurang lebih 10 tahun setelah pengakuan kedaulatan benar benar di ujung tanduk. keutuhan Negara Republik Indonesia sangat membahayakan apalagi saat itu di daerah lainnya juga muncul pemberontakan pemberontakan terhadap Pemerintah RI yaitu 1. PRRI (Pemerintahan Revolusioner Indonesia) 2. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) 3. Republik Maluku Selatan.
Selain itu juga di dalam tubuh pemerintahan RI banyak terjadi pergolakan politik.terutama dengan silih bergantinya Kabinet,seiring dengan penerapan Demokrasi Liberal. di sisi lain hubungan Dwi-Tunggal Soekarno dan juga Hatta mengalami keretakan.ini terjadi akibat dari kedekatan Soekarno dengan Partai Komunis Indonesia yang selalu memusuhi Hatta. akhirnya dengan berat hati memundurkan diri dari jabatan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia di kala suasana Negara yang kritis. Akibat pemutusan hubungan Permesta dengan Pusat Kota Manado Menjadi sangat mencekam.Kegelisahan meghantui setiap penjuru Manado. Warga seakan tak bisa tenang untuk sesaatpun karena khawatir akan adanya serangan dari Pemerintah Pusat yang diperkirakan tak lama lagi bakal datang menyerbu daerah yang dikuasai Permesta. Banyak Masyarakat manado yang mengungsi ke luar Kota untuk menghindari Perang Saudara yang nampaknya akan menjadi sebuah kenyataan, Di lain pihak juga dukungan terhadap Permesta semakin besar. Dengan,masuknya Kolonel Alexander Evert Kawilarang setelah berhenti sebagai Atase Militer RI pada Kedubes RI di Washington, DC, Amerika Serikat], kemudian ia berhenti dari dinas militer, dengan Pangkat Brigadir Jenderal. Selanjutnya pulang ke Sulawesi Utara untuk bergabung dengan Permesta. disana ia mendapat jabatan sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI dan Kepala Staf Angkatan Perang APREV (Angkatan Perang Revolusi) PRRI, dengan pangkat Mayor jenderal.dan selanjutnya ia menjadi Panglima Besar Permesta. Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk mengirimkan 1 resimen marinir dan 1 skuadron pesawat tempur untuk merebut Morotai bersama sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen Kung Chau menentang gagasan itu.karena khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan ikut serta membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan memiliki alasan untuk mengintervensi. terhadap Taiwan. walaupun demikian. Taiwan sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan dan dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner Bantuan Taiwan akhirnya tercium oleh Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh penduduk WNI asal Taiwan. dan sejumlah Surat Kabar, Sekolah ditertibkan.
Pemerintah Pusat melalui KSAD Mayor Jenderal Nasution melakukan pesiapan guna melakukan operasi militer terhadap kedudukan Permesta di Sulawesi. operasi ini di sebut Operasi Saptamarga I dengan pimpinan Letkol Soemarsono dengan rincian sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah pada bulan Maret 1958 Palu dan Donggala telah direbut oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) dan Pasukan Mobile Brigade, di bawah pimpinan Kapten Frans Karangan Dikabarkan bahwa komandan. Akhir Maret 1958, Permesta mendapatkan bantuan gerombolan Jan Timbuleng (Pasukan Pembela Keadilan/PPK) juga turut bergabung gerombolan pemberontak lainnya, kurang lebih 300 orang dari satu kelompok (Sambar Njawa) yang dipimpin Daan Karamoy. Serta bekas istri Jan Timbuleng, Len Karamoy sebagai komandan pasukan, menawarkan diri untuk melatih sebuah laskar wanita untuk Permesta (PWP). Serta mereka Pula melakukan rencana untuk menyerang Jakarta. Namun secara bertahap. rencana ini di beri nama Operasi Djakarta II. Rencana Operasi Djakarta II itu adalah sebagai berikut: a. merebut kembali daerah Palu/Donggala yang telah dikuasai Tentara pusat;lalu menyerang dan menduduki Balikpapan. b. sasaran kedua adalah Bali; c. sasaran ketiga adalah Pontianak; d. sasaran terakhir adalah Jakarta.
Operasi ini bertujuan untuk menekan Pemerintah Pusat agar mau berunding dengan PRRI. dan pada 13 April 1958 pesawat pesawat milik AUREV menyerang lapangan udara Mandai Makassar serta tempat tempat lainya seperti Ternate, Balikpapan dan Donggala dan serangan yang paling fatal adalah serangan terhadap Kapal Hang Tuah yang sedang bersandar di pelabuhan Balikpapan.menyebabkan Kapal tersebut tenggelam. Pada tanggal 18 mei 1958 dilakukanlah Operasi Mena II di bawah Komando Letkol. KKO Huhnholz untuk merebut lapangan udara Morotai di sebelah utara Halmahera. mayor Soedomo selaku Kepala Staf memerintahkan tuk berlayar ke Pulau Tiaga di lepas Pantai Ambon dengan di dukung Pesawat P-51 Mustang dan B-26 serta Pasukan Gerak Cepat,Pasukan Angkatan Darat dan Gabungan Marinir. Lalu Datanglah serangan dari Allen Pope menggunakan Pesawat B-26 Invader. sebelumya ia telah menyerang Ambon setelah terbang dari Mapanget. Seketikapun Allen Pope menukikan Pesawatnya untuk menyerang kedudukan Pasukan APRI. melihat tanda bahaya para awak yang berada di dalam Kapal dengan serentak melakukan tembakan balasan. hampir seluruh Pasukan yang ada di dalam Kapal melakukanya. Mulai dengan Penagkis udara, Senapan Serbu, Senapan Otomatis, Senapan Infanteri bahkan Pistol. di sisi lain bantuan untuk Pemerintah Pusat pun datang dari penerbang bernama Ignatius Dewanto dengan menggunakan Pesawat kopkit P-51. Dewanto langsung memacu pesawatnya dan lepas landas. untuk membantu iring iringan ALRI yang diserang. Tetapi Dia tidak menemukan B-26 AUREV. Ferry Tank (Tangki bahan bakar cadangan) dilepas di laut. Lalu terlihatlah konvoi kawan kawanya yang diserang B-26 milik AUREV buruannya. Dengan cepat ia mengejar Dewanto lalu mengambil posisi di belakang lawan. Roket ditembakkan namun, berkali-kali lolos, disusul dengan tembakan 6 meriam 12,7, karena jaraknya lebih dekat, memungkinkan ia dapat mengenainaya lebih besar. Dewanto yakin tembakannya mengenai sasaran. Lalu semua awak yang berada di dalam Kapal melihat pesawat milik AUREV itu terbakar. lalu terlihatlah dua buah Parasut yang jatuh,ada yang jatuh di sebuah pohon, serta luka terhempas karang. lalu kedua orang itu adalah Allen Pope dan Harry Rantung, Pope adalah seorang penerbang bayaran asal Amerika Serikat. yang sedang melakukan tugas untuk membantu Permesta dalm Pemberontakan. Akibat semua ini adalah melemahnya kekuatan Permesta di udara. menyebabkan Apri dengan mudah menguasai setiap Wilayah yang semula diduduki Permesta. Kemudian Pasukan RPKAD bersiap untuk menyerang mapanget namun mengalami Kegagalan serta menewaskan Miskan, seorang Prajurit dan Sersan Mayor Tugiman.
Setelah Pasukan RPKAD gagal kemudian AURI menyerang Mapanget dengan Pesawat P-51 Mustang. dengan sasaran menembak awak Canon anti Udara pertempuran sengit pun terjadi para awak Canon anti udara, Permesta terus melakukan penembakan terhadap pasukan AURI secara Terus menerus. bahkan, dari merka ada yang sampai terpental namun tidak mengalami luka, lalu kembali memegang Canon Anti Udara mereka maisng masing. dari akhirnya serangan ini kembali tidak membuahkan hasil. para Canon Anti Udara Permesta menjadi Pahlawan karena berhasil mengusir setiap serangan yang selalu datang.sebelumnya,mereka juga sempat merontokan 3 pesawat milik AURI.AURI pun mengakui keunggulan Pertahanan udara Permesta yang mereka nilai paling tersulit selama Melakukan Operai Militer. kebanyakan dari mereka adalah Pasukan Ex-KNIL jadi sudah sangat terlatih walaupun umur mereka banyak yang sudah tua,namun berkat pengalaman yang mereka miliki. mereka dapat berbuat banyak. Sementara itu Gubernur Sulawesi Andi Pangerang menyatakan Pembekuan segala Aktivitas yang Berkaitan dengan Permesta. dan kemudian Amerika Serikat menarik segala bantuanya terhadap Permesta. karena malu terhadap Pemerintah Pusat setelah pesawat yang di kemudikan Pope terjatuh, yang membongkar segala bantuan Amerika terhadap Permesta, Sebelum pesawat itu jatuh Amerika Serikat, dengan sangat bersikeras menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak terlibat dengan PRRI maupun Permesta.
Seperti yang dikutip oleh John Foster Dulles “Apa yang terjadi di Sumatera adalah urusan dalam negeri Indonesia. AS tidak ikut campur dalam urusan dalam Negeri Negara lain” Kemudian, Eisenhower selaku Presiden Amerika Serikat, mengadakan jumpa pers terkait Peristiwa yang terjadi di Sumatera dan Sulawesi,serta penemuan beberapa senjata buatan AS. isi dari jumpa pers itu adalah: “Senjata-senjata yang ditemukan oleh ABRI. adalah senjata yang dengan mudah dapat ditemukan di pasar gelap dunia. Di samping itu, sudah biasa di mana ada konflik pasti akan ditemukan tentara bayaran. Tetapi tuduhan bahwa Amerika Serikat terlibat disini semakin nyata, setelah tubuh Pope digeledah dan terdapat beberapa identitas tentang dirinya. seperti surat keterangan yang mengizinkan Pope memasuki semua fasilitas militer AS di Philpina. Juga ada kartu klub perwira di pangkalan itu.
Hal ini membuat Amerika benar-benar kehilangan muka di dunia.bahkan segala buku yang mengisahkan sepak terjang CIA selalu memojokan Amerika. Untuk meraih Hati Presiden Soekarno. Amerika menawarkan bantuan senjata. serta bersedia mengimpor beras kepada Indonesia dengan bayaran Rupiah,selain itu dengan sangat terpaksa, Amerika menghentikan segala bantuannya kepada PRRI dan Permesta. sehingga membuat keduannya semakin melemah. Sementara itu peperangan antara Pemerintah pusat dan Permesta semakin gencar. saling menguasai beberapa tempat terjadi. pada tanggal 17 Pebruary 1959 Permesta secara serentak melakukan serangan besar besaran yang di beri nama operasi "Operation Djakarta Special One". Tujuan dari serangan itu adalah. menduduki beberapa Kota Srategis seperti; Langowan, Tondano dan Amurang-Tumpaan. untuk menhancurkan segala Prasarana musuh. Namun demikian,operasi tersebut mengalami kegagalan walaupun Permesta sempat menduduki beberapa tempat. namun hanya untuk beberpa jam saja. karena tempat tersebut berhasil direbut oleh Pasukan APRI dan AURI.
Setelahnya pasukan APRI dan AURI berhasil menduduki beberapa tempat yang sebelumnya merupakan basis terkuat dari Permesta. Pada tahun 1960 Pihak Permesta Menyatakan kesediaanya, untuk berunding dengan Pemerintah Pusat. Perundingan pun dilangsungkan Permesta diwakili oleh Panglima Besar Angkatan Perang Permesta, Mayor Jenderal Alex Evert Kawilarang. serta Pemerintah Pusat diwakili oleh Kepala Staf Angkatan Darat Nicolas Bondan. dari perundingan tersebut tercapai sebuah kesepakatan yaitu: bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak Komunis di Jawa. Pada tahun 1961 Pemerintah Pusat melalui Keppres 322/1961. memberi Amnesti dan Abolisi Bagi siapa saja yang terlibat PRRI dan Permesta. tapi bukan untuk itu saja bagi anggota DI/TII baik, di Jawa Barat, Aceh, Jawa Tengah, Kalimntan Selatan dan Sulawesi Selatan Juga berhak Menerimanya. Sesudah keluar keputusan itu, be ramai-ramai banyak anggota Permesta yang keluar dari hutan-hutan Untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. Seperti Kolonel D.J. Somba, Mayor Jenderal A.E. Kawilarang, Kolonel Dolf Runturambi, Kolonel Petit Muharto Kartodirdjo, dan Kolonel Ventje Sumual beserta pasukannya menjadi kelompok paling akhir yang keluar dari hutan hutan. untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. dan pada tahun itu pula permesta dinyatakan bubar.

2.4      Keterlibatan Amerika dalam Penyelesaian Kasus Irian Barat

Peran politik yang paling penting dan realistik dalam kancahnya di Irian Barat adalah politik intervensionis. Di mana pada masa pasca Perang Dunia II, permasalahan Irian Barat itu sendiri diintervensi oleh Amerika Serikat melalui pemerintahan kepresidenan Harry S. Truman, Dwight D. Eisenhower, John Fitzgerald Kennedy dan sebagainya yang terpengaruh oleh kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang terpengaruh dari pemimpin-pemimpinnya tersebut. Dalam hal ini Soekarno dianggap sebagai seorang diktator yang menghalangi kepentingan Amerika Serikat di Indonesia khususnya Irian Barat pada masa pasca Perang Dingin tersebut.
Pada masa tahun 1950-an, kekecewaan Pemerintah Republik Indonesia terhadap pihak Barat semakin memuncak karena kebijakan Amerika Serikat yang berjanji untuk bersikap netral terhadap Resolusi PBB dalam masalah Papua Barat membuat Pemerintah Indonesia mulai bergeser kepada Uni Soviet untuk mendapatkan bantuan yang serupa. Pergeseran ini juga disebabkan karena aspek teknologi dan politik, dimana kebijakan industrialisasi dan teknologi dari Uni Soviet yang semakin mengejar keunggulan negara-negara Barat. Dalam menyikapi isu Papua Barat yang masih terus bergulir hingga masa pemerintahan John F. Kennedy pada tahun 1961, Amerika Serikat kembali menghadapi masalah yang melibatkan salah satu sekutu Amerika Serikat di Eropa. Sikap pemerintahan Eisenhower yang keras dan mendukung bantuan militer bagi pemberontakan di Indonesia dianggap sudah usang dan digantikan dengan pemerintahan Kennedy yang lebih akomodatif terhadap kepentingan bangsa Indonesia demi tercapainya tujuan-tujuan jangka panjang. Howard Jones, yang menjabat Duta Besar AS untuk Indonesia pada saat itu, menyadari bahwa seluruh kebijakan luar negeri Indonesia dan sebagian besar kehidupan politik di Indonesia berkisar di seputar topik yang sangat penting ini (Papua Barat).
Turunnya posisi Amerika Serikat di mata publik Indonesia menjadi perhatian khusus bagi pemerintahan Kennedy pada saat itu, terutama ketika sebagian besar. Kennedy mencari jalan keluar dari kabinetnya yang terbagi atas dua perspektif. Menteri Luar Negeri AS Dean Rusk mengatakan bahwa Amerika Serikat harus memandang serius masalah Papua Barat sebagai bagian dari perjuangan global melawan komunisme seperti di Berlin, Kongo, Laos, dan Selat Taiwan. Namun di sisi lain, Rusk mendukung bahwa Amerika Serikat harus tetap terlihat akomodatif bagi kepentingan  negara-negara dunia ketiga. Hal initentunya sangat berkorelasi dengan kebijakan containment policy yang dianut oleh Amerika Serikat pada masa itu, yang mewajibkan agar Amerika Serikat tidak boleh kalah pamor dari Uni Soviet untuk membendung pengaruh Komunis.
Sikap Amerika Serikat terhadap Papua Barat mulai berubah setelah pengangkatan Averell Harriman sebagai Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Timur Jauh pada 29 November 1961. Harriman dianggap berhasil untuk meyakinkan para policy-maker di Washington untuk meninggalkan sikap netral yang pasif dan mengambil peran aktif. Pergeseran kebijakan politik ini mempermudah adanya perundingan antara Belanda dan Indonesia yang terjadi di kemudian hari. Pada tanggal 11 Februari 1962, Jaksa Agung Amerika Serikat Robert Kennedy meninggalkan Washington menuju Jakarta, dengan “misi khusus” yang diberikan oleh Presiden Kennedy. Misi ini adalah mencegah pecahnya perang antara Indonesia dan Belanda karena masalah Papua Barat. Setelah ditekan oleh Robert Kennedy, Soekarno berhasil dibujuk untuk mengadakan negosiasi dengan Belanda di bawah pengawasan PBB di Middleburg, Virginia. Amerika Serikat menjadi mediator dalam negosiasi tersebut dan menunjuk Ellsworth Bunker sebagai wakilnya. Negosiasi ini berakhir dengan ditandatanganinya Persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962 di Markas Besar PBB.
Keterlibatan Amerika Serikat itu sendiri tidak terlepas dari adanya peran Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia yang baru merdeka pada tahun 1945. Pengaruh-pengaruh Blok Timur di Indonesia mulai dikesampingkan oleh presiden Amerika Serikat pada saat itu yaitu Harry S. Truman di mana konflik kependudukan dan geografi Irian Barat itu sendiri berakar dari adanya kepentingan Amerika Serikat untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai bagian dari negara-negara penganut Blok Barat, tetapi dengan adanya peran Soekarno yang bersikap tegas dan tidak mudah untuk diatur, Amerika Serikat menggunakan kesempatan tersebut di mana pada saat itu Indonesia sedang melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan terhadap Belanda untuk membantu Belanda mengklaim Irian Barat sebagai daerah yang diklaim Belanda dalam jajahannya agara Indonesia tetap condong ke Blok Barat di bawah pengaruh Belanda.
Bentuk lain dari Doktrin Truman yang berlaku di Eropa juga diaplikasikan dalam penolakan bantuan militer terhadap Indonesia dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Hal ini dikarenakan sikap Soekarno yang juga mendukung komunisme dalam masa Perang Dingin sehingga adanya indikasi bahwa tidak percayanya Amerika Serikat terhadap Indonesia untuk terus berada di Blok Barat. Sedangkan mempertahankan Irian Barat dianggap sebagai suatu sikap atau bentuk perlawanan terhadap imperialisme yang berkepanjangan antara negara-negara Blok Barat tersebut. Kembali ke pemikiran-pemikiran neokonservatif yang dimiliki oleh institusi-institusi Amerika Serikat itu sendiri, perlu diketahui bahwa demokrasi yang menjadi objek penyebaran pemerintah Amerika Serikat, dipercaya menjadi jawaban bagi keinginan masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik, dan demokrasi dipercaya oleh kaum neokonservatif sebagai hak-hak dasar manusia walaupun kaum neokonservatif sendiri mengabaikan nilai-nilai fungsi sipil yang kritis. Demokrasi juga disalahpahami sebagai suatu sistem yang menguntungkan sebuah negara karena dibebaskannya negara tersebut dari kediktatoran. Hal yang ingin ditekankan adalah kasus Irian Barat dalam pandangan Truman merupakan suatu bentuk kesempatan ataupun eksperimen untuk mempersatukan serta mengayomi pihak militer Indonesia untuk melepaskan diri dari pihak Indonesia.

BAB 3. PENUTUP

3.1  Simpulan

Hubungan RI dan Amerika Serikat (AS) telah terbina sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Selanjutnya kedua negara melakukan kerjasama di berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kedua belah pihak. Indonesia dan Amerika Serikat memiliki landasan kuat dalam melakukan kerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak yang berlandaskan pada adanya nilai-nilai dasar yang dihormati bersama (shared values), yaitu demokrasi, good governance, penghormatan hak asasi manusia, dan masyarakat yang plural dan toleran.
Bagi Indonesia, AS merupakan salah satu mitra dagang utama,yakni setelah Republik Rakyat Cina dan Jepang. Ekspor Indonesia ke US terdiri dari karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik, sedangkan ekspor US ke Indonesia terdiri dari produk pertanian, pesawat, mesin, dan kapas benang serta kain.
Indonesia dan Amerika Serikat dalam hubungan bilateralnya dalam bidang keamanan dilihat dari berbagai faktor menunjukkan, seperti faktor geostrategi dan faktor ekonomi, bahwa kedua negara berkepentingan memelihara hubungan yang baik dan lancar. Akan tetapi, adalah satu kenyataan bahwa hubungan baik antara dua negara sangat ditentukan oleh posisi dan kekuatan kedua negara sehingga dapat tercipta kondisi kerjasama yang harmonis bagi keduanya.

DAFTAR PUSTAKA

Maranantha, Shinta. 2012. Kerjasama Indonesia-Amerika (Indonesia-American Cooperation). Dalam
Ruagadi, Tri, dkk, 2011, Dampak Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat Terhadap Stabilitas Keamanan di Indonesia. Dalam  http://repository.unhas.ac.id [diakses pada 8 Mei 2012]
Anonim. 2012. Dampak Kerjasama Antarnegara Terhadap Perekonomian Indonesia. Dalam









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.