Kamis, 25 Desember 2014

KAJIAN SOSIALISME KOMUNISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh
Hajar Riza Asyiyah   (120210302051)
Kelas B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A.    SOSIALISME
1.      Latar Belakang
Sebab-sebab tumbuhnya paham sosialisme dapat diuraikan sebagai berikut:
·         Sebagai reaksi terhadap liberalisme ekonomi
·         Terdapat golongan buruh sebagai pendukungnya
·         Nasib buruh-buruh pabrik di Inggris dan negara industri lainnya di Eropa sangat buruk. Upah rendah, jam kerja panjang, jaminan kesehatan dan keamanan, serta perumahan yang buruk
·         Akibat revolusi industri di Inggris.
Istilah sosialisme baru pertama kali dipakai pada tahun 1827 dalam suatu majalah perkoperasian. Istilah ini menunjuk pada orang-orang seperti Robert Owen (1771 – 1858) yang ingin meringankan kesengsaraan pekerja pabrik. Akan tetapi Karl Marx (1818 – 1883) yang hidup hampir setengah abad kemudian ingin membuat perbedaan yang jelas antara ajarannya dan pemikiran orang-orang seperti Robert Owen dengan menekankan sifat revolusionernya. Kemudian oleh Lenin (1870 – 1924) istilah sosialisme dihidupkan kembali untuk menunjuk pada apa yang oleh Karl Marx disebut tahap awal dari komunisme (the early of communism).
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan tentang sosialis, yaitu sebagai berikut
a.       Sutan Syahrir dalam Anwar (1966) menyatakan bahwa sosialisme adalah suatu ajaran dan gerakan untuk mencari keadilan di dalam kehidupan kemanusiaan.
b.      Ir. Sukarno (1963) menyatakan sosialisme adalah bukan saja merupakan suatu sistem masyarakat sosialisme juga suatu tuntutan perjuangan, yakni kemakmuran bersama.
c.       Keneth J. Arrow dalam Budiharjo (1984) menyatakan bahwa sosialisme adalah suatu sistem ekonomi dimana sebagian besar keputusan-keputusan di bidang ekonomi diambil dalam satuan-satuan yang dikuasai oleh berbagai bagian dari struktur negara atau para pekerja.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa sosialisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya kemakmuran bersama.
Mengenai latar belakang munculnya sosialisme dapat dikatakan bahwa sosialisme itu ada sejak lama, yakni sejak peradaban Romawi. Ini berarti sosialisme sudah setua dengan peradaban Barat. Adanya penemuan baru di bidang teknologi telah membuat cakrawala baru di bidang industri dan perdagangan. Selanjutnya muncullah golongan pengusaha pemilik modal yang hidup makmur (kapitalis), sebaliknya golongan buruh dengan upah yang sangat minim atau rendah hidup melarat dan menderita. Keadaan inilah yang kemudian menimbulkan kritik yang tajam terhadap sistem ekonomi kapitalis yang berdasarkan paham liberalisme. Kritik tersebut dilontarkan oleh golongan penganut paham sosialis.
Fungsi sosialisme yaitu antara lain :
a.       Sosialisme Sebagai Ideologi. Menurut marxisme, terutama Friedrich Engels, model dan gagasan sosialis dapat dirunut hingga ke awal sejarah manusia sebagai makhluk social sejak awal abad 18.sosialisme telah berkembang ke banyak aliran yang berbeda, yaitu :
·         Anarkisme
·         Anarko-sindikalisme
·         Komunisme
·         Marhaenisme
·         Marxisme
·         Sindikalisme
b.      Sosialisme Sebagai Sistem Ekonomi. Sosialisme sebagai sistem ekonomi sebenarnya cukup sederhana. Berpijak kepada konsep karl marx tentang penghapusan kepemilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme menekan agar status kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan masyarakat banyak seperti air,listrik,bahan pangan,dan sebagainya.
2.      Unsur-unsur pemikiran dan Kebijaksanaan Sosialisme
Unsur-unsur pemikiran dan kebijaksanaan sosialisme ketika lahir di Inggris yaitu sebagai berikut
a.       Agama. Gerakan sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang biarawan yaitu Frederick Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad ke-18 dan menjadi sumber penting untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis di kemudian hari. Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikristenkan dan kristianitas harus disosialisasikan.
b.      Idealisme Etis dan Estetis, menjadi sumber bagi sosialisme Inggris. Idelaisme yang diungkapkan oleh penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik maupun ekonomi, melainkan merupakan pemberontakan terhadap kemelaratan, kebebasan, dan kemiskinan hidup di bawah kapitalisme industri.
c.       Empirisme Febian. Merupakan ciri gerakan sosialis Inggris yang khas. Masyarakat Febian didirikan pada 1884 dan mengambil nama seorang Jenderal Romawi yaitu Quintitus Fabian Maximus Cuntator, si Penunda. Moto awal dari masyarakat tersebut adalah ”Engkau harus menunggu saat yang tepat kalau saat yang tepat itu tiba, engkau harus melakukan serangan yang dahsyat sebab jika tidak penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak membawa hasil.”
Masyarakat Fabian berangkat dari anggapan bahwa tidak akan ada kemajuan ke arah tatanan masyarakat yang adil kalau kepada kelas menengah dan kelas diatasnya tidak diperlihatkan kelogisan dan keadilan yang ditampilkan oleh seruan-seruan pokok dalam pemikiran dan kebijakan sosialis.
d.      Liberalisme, telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak negara. Di Inggris, Partai Liberal sebenarnya sudah lenyap dan kelihatannya Partai Buruh mewarisi sepertiga dari harta miliknya. Dari segi tempramen, banyak penganut liberal yang memenuhi kesulitan untuk bergabung dengan gerakan sosialis. Adanya kebebasan individu dan perbedaan individu menjadi adat yang paling khas dari Kaum Liberal.
Liberalisme telah memberikan sumbangan-sumbangan yang dapat tahan lama bagi sosialisme Inggris. Karena pengaruh sosialisme para pemimpin lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin. Liberalisme telah mengubah Partai Buruh menjadi sebuah Partai Nasional dan bukannya menjadi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga mewariskan kepada Partai Buruh pesan Kaum Liberal bahwa pembaharuan akan tercapai tanpa kedengkian dan kebencian.
3.      Konsep Pemikiran Tokoh-Tokoh Sosialis
Sosialisme timbul di Eropa pada awal abad ke-19 karena keprihatinan dari Revolusi Industri. Pada awal abad ke-19 kemajuan-kemajuan dan penemuan-penemuan baru di bidang teknologi telah berkembang dengan pesat dan membuka cakrawala baru di bidang produksi dan perdagangan. Perubahan-perubahan terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Akan tetapi perubahan-perubahan tersebut juga membawa kesengsaraan yang luar biasa terutama bagi rakyat kecil yaitu petani di daerah pedesaan dan pengrajin di kota-kota.
Berangkat dari inilah kemudian muncul tokoh-tokoh yang ingin memperjuangkan, menghapus kesengsaraan, dan memperbaiki keadaan.
a.       Tokoh Sosialis Utopis
Beberpa cendekiawan Prancis dan Inggris diantaranya Saint Simon, Charles Fourier dan Robert Owen tergugah oleh kesengsaraan dan ingin memperbaiki keadaan. Saint Simon (1760 – 1825) menginginkan agar alat-alat produksi menjadi milik masyarakat tetapi tidak bermaksud menghapuskan sama sekali milik pribadi selama merupakan hasil kerja sendiri, artinya bukan warisan atau hasil eksploitasi terhadap orang lain. Fourier (1772 – 1837) berpendapat bahwa suatu kehidupan yang sehat hanya dapat dicapai dalam kesatuan-kesatuan kecil yang dinamakan ”Phalanx”. Setiap phalanx adalah otonom, swasembada, dan berbentuk sebagai semacam koperasi.
Di Inggris, Robert Owen (1771 – 1858) seorang industriawan perusahaan melaksanakan ajarannya dalam praktik. Di suatu pabrik tekstilnya di New Lanark, Skotlandia, Owen mengurangi jam kerja dari 17 menjadi 10 jam sehari dan melarang anak dibawah umur 10 tahun untuk bekerja. Owen memperbaiki upah buruh dan menggunakan sebagian keuntungannya untuk memperbaiki nasib para pekerja.
Tiga orang ini tidak berhasil dalam menerapkan cita-cita mereka. Mereka tidak menyadari bahwa tanpa konsepsi yang jelas mengenai bentuk masyarakat yang ingin dicapai serta mengenai upaya untuk mencapainya, cita-cita akan tetap angan-angan saja. Tidak mengherankan jika mereka diberi julukan ”sosialis utopi”.
b.      Tokoh Sosialis Ilmiah
Seorang yang juga terkesan oleh kesengsaraan yang ditimbulkan oleh Revolusi Industri Karl Marx (1818 – 1883) seorang Yahudi Jerman. Dia berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat diperbaiki secara tambal sulam, tetapi sendi-sendinya perlu dirombak secara radikal sampai terjadi transformasi total. Menurut Marx, kaum proletar akan memainkan peranan historis untuk merombak keadaan masyarakat dengan cara merebut kekuasaan dari kaum kapitalis revolusi dengan menguasai alat-alat produksi.
Revolusi akan mengawali diktator proletar yang revolusioner yang merupakan transisi ke masyarakat komunis. Masyarakat komunis pun mengenal suatu tahap awal yang kemudian oleh Lenin disebut ”tahap sosialisme”.
4.      Perkembangan Sosialisme Dewasa Ini
Jika sosialisme di Dunia Pertama telah banyak berubah sejak lahirnya pada abad pertengahan abad ke-19, di Dunia Kedua pun banyak perubahan yang terjadi. Sesudah Stalin meninggal pada tahun 1953, penggantinya Khrushchev dengan dukungan dari anggota-anggota teras partai komunis melancarkan gerakan de-stalinisasi pada tahun 1956. Dalam proses ini Stalin dikecam keras dengan tuduhan telah melakukan kesalahan-kesalahan besar yang merugikan rakyat dan dianggap telah mengembangkan pemujaan terhadap dirinya atau yang biasa dinamakan ”kultus individu” (personality cult).
Proses de-stalinisasi menimbulkan keresahan yang luas di negara-negara komunis lainnya, terutama di Eropa Timur dengan akibat yang sangat jauh. Kepatuhan negara-negara komunis pada pimpinan dunia komunis yang bermarkas di Moskow mulai kendor dan timbul gagasan bahwa setiap negara mestinya diperbolehkan mengembangkan komunisme yang lebih sesuai dengan kepentingan nasional masing-masing negara.
B.     KOMUNISME
1.      Pengertian Komunisme
Istilah komunisme pada mulanya mengandung dua pengertian yakni, pertama ada hubungannya dengan komune, yaitu satuan dasar bagi suatu wilayah negara yang berpemerintahan sendiri. Kedua, istilah komunis menunjukkan hak milik atau kepunyaan bersama. Kemudian dalam perkembangannya istilah komunis diartikan sebagai suatu gerakan yang berdasarkan pada Marxisme-Leninisme. Ajaran ideologi komunis tertuang dalam Dialektis Materialistis. Materi inilah yang menjadi sumber keberadaan benda-benda alamiah yang senantiasa bergerak dan berubah tanpa henti.
Dengan demikian komunisme sekaligus bersifat atheis, inti orientasi atheis ini adalah tidak diterimanya kekuatan dan dasar lain kecuali materi. Oleh karena itulah pemerintah selalu memberantasnya dengan mencanangkan propaganda yang antireligius, seperti agama sebagai pelarian atau agama sebagai candu masyarakat.
Fungsi komunis yaitu :
a)      Komunisme sebagai anti kapitalisme. Komunisme sebagai anti kapitalisme yang menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme disebut juga anti liberal.
b)      Komunisme sebagai ideology. Komunisme sebagai ideology mulai diterapkan saat meletusnya revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 191. Sejak saat itu komunisme di terapkan sebagai sebuah ideology dan disebarluaskan ke Negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan Laos.

Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan besar komunisme dunia. Kelahiran PKI pada tahun 1920an adalah kelanjutan fase awal dominasi komunisme di Negara tersebut, bahkan di asia. Tokoh komunisme internasional seperti  Tan Malaka misalnya, ia menjadi salah satu tokoh yang tak bisa di lupakan dalam perjuangan diberbagai Negara yaitu China, Indonesia, Thailand, dan Filiphina. Di Indonesia perubuhan komunisme juga terjadi dengan insiden berdarah dan dilanjutkan dengan pembantaian yang banyak menimbulkan korban jiwa. Dan tidak berakhir disana, para tersangka pengikut komunisme juga di ganjar ekstapol oleh pemerintahan orde baru dan mendapatkan pembatasan dalam melakukan ikhtiar hidup mereka.
2.      Komunisme Menurut Lenin
Diantara para pengikut Marx di Rusia, Lenin (1870 – 1924) adalah seorang teoritikus yang terkemuka dan sekaligus politikus yang paling cerdas dan berhasil. Sumbangan Lenin yang paling penting untuk teori komunisme dapat ditemukan dalam pamfletnya yang berjudul ”What Is to Be Done” (1902) yang merupakan konsep tentang kaum revolusioner yang profesional.
Menurut Lenin kegiatan komunis harus dilakukan melalui dua jalur, yaitu sebagai berikut:
a.       Kaum pekerja harus membentuk organisasi buruh tersendiri dan kalau perlu partai komunis beroperasi secara terbuka, sesuai dengan hukum yang berlaku dan melibatkan publik sejauh kondisinya memungkinkan.
b.      Untuk mendampingi organisasi seperti itu perlu diciptakan berbagai kelompok kecil yang merupakan tenaga revolusioner yang profesional yang dibentuk menurut organisasi tentara dan polisi yang selektif dan bersifat rahasia.
Lenin juga menyerukan kepada kaum profesional revolusioner untuk mengadakan penyusupan atau infiltrasi dan membentuk sel-sel di dalam lembaga-lembaga sosial, politik, pendidikan dan ekonomi di tengah masyarakat seperti sekolah, gereja, serikat buruh, serta partai politik. Lenin dengan jelas juga mengungkapkan bahwa kelompok komunis harus bergabung atau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang ilegal.
C.    PERBEDAAN SOSIALISME DAN KOMUNISME
Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakan untuk mengubah kapitalis menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan perubahan kapitalisme dapat dilakukan dengan cara damai dan demokratis. Paham ini juga mengutamakan perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap dalam hal keikutsertaan dalam pemerintah yang belum seluruhnya menganut sistem sosialis. Sedangkan paham komunis berkeyakinan bahwa perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi, dan pemerintahan oleh diktator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara di bawah diktator proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil alih selanjutnya oleh negara. Paham sosialisme banyak diterapkan di negara-negara Eropa Barat. Sedangkan paham komunis pernah diterapkan di bekas negara Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Kini paham komunis masih diterapkan di RRC (Republik Rakyat Cina), Vietnam, dan Korea Utara.



DAFTAR PUSTAKA
Agung S, Leo. 2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Tuan Guru. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Paham Sosialisme. Dalam http://www.tuanguru.com/2012/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-paham-sosialisme.html
Marsa, Meisarah. 2013. Ideologi Marxisme, Sosialisme, dan Komunisme. Dalam  http://marsyaholmes.blogspot.com/2013/04/ideologi-marxisme-sosialisme-dan-komunisme-6537.html


KAJIAN FASISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh  :
Hajar Riza Asyiyah   (120210302051)
Kelas B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Latar Belakang Lahirnya Fasisme
Fasisme adalah pengorganisasian pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh suatu kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris, dan imperialis. Fasisme adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi masa suatu bangsa dan terciptanya ”manusia baru” yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan termasuk eugenika kebijakan keluarga. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat. Pemerintah fasis melarang dan menekan oposisi terhadap negara.
Fasis menginginkan kekerasan, perang dan militerisme sebagai pemberian perubahan positif dalam masyarakat, dalam memberikan renovasi spiritual, pendidikan, menanamkan sebuah keinginan untuk mendominasi dalam karakter orang, dan menciptakan persaudaraan nasional melalui dinas militer. Fasis melihat kekerasan dan perang sebagai tindakan yang menciptakan regenerasi semangat, nasional dan vitalitas.
Fasisme merupakan paham anti komunisme, anti demokratis, anti individualis, anti liberal, anti parlemen, anti konservatif, anti boorjuis, anti proletar, dan dalam banyak kasus anti kapitalis. Fasisme menolak konsep-konsep egalitarianisme, materialisme, dan rasionalisme yang mendukung tindakan disiplin, hirarki, semangat, dan semangat keinginan. Dalam ilmu ekonomi fasis menentang liberalisme (sebagai gerakan borjuis) dan marxisme (sebagai gerakan proletar) untuk menjadi eksklusif ekonomi berbasis kelas gerakan fasis.
Di Eropa, Italia merupakan negara pertama yang menjadi fasis (1922), menyusul Jerman (1933) dan kemudian Spanyol (1936). Di Asia, Jepang berubah menjadi negara fasis pada tahun 1930-an melalui perubahan secara berangsur-angsur ke arah lembaga-lembaga totaliter setelah menyimpang dari warisan budaya aslinya. Di Argentina tahun 1943, setelah terjadi pemberontakan para tentara yang tidak puas dan sebuah kediktatoran, fasis kemudia dibentuk di bawah pimpinan kolonel (kemudian menjadi jenderal) Paron yang berlangsung hingga 1955. Dengan demikian jelaslah bahwa jika komunis adalah suatu bentuk sistem totaliter yang secara khas berkaitan dengan negara-negara miskin dan terbelakang (Rusia di Eropa dan Cina di Asia), maka fasisme muncul dan berkembang di negara-negara yang relatif lebih makmur dan secara teknologi lebih maju (Jerman di Eropa dan Jepang di Asia).
Jika komunis pada umumnya merupakan produk dari masyarakat-masyarakat pra-demokrasi dan pra-industri maka fasisme merupakan produk dari masyarakat-masyarakat pasca demokrasi (post democratic) dan pasca indutri (post industrial). Kaum fasis tidak mungkin merebut kekuasaan di negara-negara yang tidak memiliki pengalaman demokrasi sama sekali. Dalam masyarakat tersebut, kediktatoran mungkin ditunjang oleh militer, birokrasi, prestise pribadi seorang diktator. Namun demikian kediktatoran itu kurang unsur antusiasisme dan dukungan masa. Padahal dukungan masa tidak selalu mayoritas salah satu ciri fasisme. Sistem fasis tidak akan berkembang di negara-negara yang tidak memiliki tradisi demokrasi, maka kemungkinan fasisme mencapai keberhasilan di negara-negara yang sejak dulu telah memiliki tradisi demokrasi.
Dari latar belakang sosialnya fasisme menarik minat 2 kelompok secara kelompok secara khusus. Pertama sistem ini menarik sekelompok kecil kaum industriawan dan tuan tanah yang bersedia membiayai gerakan-gerakan fasis dengan harapan bahwa sistem tersebut dapat melenyapkan serikat-serikat buruh bebas. Sumber dukungan utama kedua bagi fasisme dan secara kuantitas sangat penting adalah kelas menengah bawah (lower midle class), terutama di kalangan pegawai negeri.
Ciri-ciri Fasisme
1.      Nasionalisme militan, menyatakan keunggulan ras dan budaya kelompok etnis dominan dan menegaskan hak yang melekat bahwa kelompok mendapat posisi dominan khusus atas orang lain baik di dalam negeri dan tatanan internasional
2.      Pemujaan pemimpin nasional tunggal karismatik dan menjadi representasi paling sejati dari cita-cita budaya nasional.
3.      Penekanan pada kebutuhan mutlak persatuan nasional yang lengkap, yang membutuhkan sebuah organisasi negara yang sangat kuat dan disiplin (terutama sebuah polisi rahasia yang luas dan aparatus sensor), tak terbatas dengan pembatasan konstitusional atau persyaratan hukum dan di bawah dominasi absolut dari pemimpin dan gerakan politik atau partai.
4.      Militan anti-Komunisme ditambah dengan keyakinan dalam ancaman ekstrim dan nyata terhadap keamanan nasional dari pasukan Komunis kuat dan ditentukan baik di dalam maupun luar negeri.
5.      Penghinaan untuk sosialisme demokratis, kapitalisme demokratis, liberalisme, dan segala bentuk individualisme, dengan menyatakan bahwa negara di atas segala-galanya.
6.      Pemuliaan kekuatan fisik, loyalitas pribadi fanatik terhadap pemimpin.
7.      Sebuah alat yang canggih untuk propaganda sistematis penduduk untuk menerima nilai-nilai dan ide-ide melalui manipulasi terampil dari media massa, yang benar-benar dimonopoli oleh rezim sekali gerakan datang ke kekuasaan
8.      Sebuah kecenderungan menuju mengejar kebijakan luar negeri militeristik dan agresif.
9.      Ketat regulasi dan pengendalian ekonomi oleh rezim melalui beberapa bentuk perencanaan ekonomi korporatis dimana bentuk hukum kepemilikan pribadi industri nominal diawetkan tetapi di mana kedua pekerja dan kapitalis wajib menyerahkan rencana mereka dan tujuan untuk negara yang paling rinci peraturan dan upah yang luas dan kontrol harga, yang dirancang untuk memastikan prioritas tujuan kepemimpinan politik atas kepentingan ekonomi pribadi rakyat.
Teori dan Praktik Fasisme
Fasisme seperti halnya komunisme, timbul dimana-mana tetapi fasisme tidak memiliki pernyataan yang mengikat tentang prinsip-prinsip seperti yang dimiliki komunisme. Unsur pokok dalam pandangan fasis antara lain :
1.      Ketidakpercayaan akan kemampuan akal
Hal ini merupakan ciri fasisme yang paling menonjol. Fasisme menolak tradisi peradaban Barat dan secara terang-terangan bersikap antirasional. Dalam urusan kemanusiaan fasisme tidak mengandalkan akal tetapi mengutamakan irasional. Secara psikologis fasisme bersifat fanatik, dogmatik dan tertutup. Selama rezim fasis berkuasa di Italia (1923 – 1945) gambar Musolini dipasang di setiap ruang kelas dan dibawah gambar itu tertera tulisan ”Musolini selalu benar”.
2.      Pengingkaran terhadap derajat persamaan manusia
Pengingkaran terhadap derajat persamaan manusia ini adalah ciri umum yang terdapat di dalam gerakan atau negara fasis. Masyarakat fasis tidak hanya menerima kenyataan mengenai ketidaksamaan derajat manusia, tetapi malah melangkah lebih jauh lagi dengan menjadikan ketidaksamaan itu sebagai idealisme. Konsep persamaan derajat manusia berpangkal pada tiga akar peradaban Barat. Pertama Pemikiran Yahudi, mengenai Tuhan yang satu mengantar kepada pemikiran tentang kemanusiaan yang satu pula karena semua orang sebagai anak-anak Tuhan adalah saudara dan merupakan satu kesatuan. Kedua Pemahaman Kristiani, tentang jiwa manusia yang tidak terpisahkan dari manusia dan sifatnya tidak dapat dapat binasa melahirkan cita-cita tentang persamaan moral dasar, persamaan derajat pada setiap manusia. Ketiga Konsep Yunani, tentang kemampuan akal yang mengantarkan pada pemikiran mengenai ketunggalan umat manusia yang didasarkan pada kemampuan akal budi sebagai ikatan paling sejati karena dimiliki setiap manusia.
Fasisme menolak konsep persamaan derajat manusia dari tradisi Yahudi-Kristen dan Yunani tersebut dan mempertengkarkannya dengan konsep ketidaksamaan martabat manusia dalam wujud pertentangan antara yang super dengan yang yang inferior. Karena itu dalam tatanan masyarakat fasis kaum pria melebihi kaum wanita, militer melebihi kelompok sipil, anggota partai melebihi yang bukan anggota partai, kebangsaan seseorang melebihi kebangsaan yang lain.
3.      Kode perilaku yang didasarkan atas dusta dan kekerasan
Kode etik fasisme tentang perilaku menekankan pada kedustaan dan kekerasan dalam semua bentuk hubungan antar manusia, di dalam negara, dan antar bangsa. Dalam pandangan, fasis politik dicirikan oleh hubungan kawan dan lawan. Dalam cara berpikir, fasis politik berawal dan berakhir dengan kemungkinan adanya musuh dan permusuhan musuh sampai tuntas. Kaum fasis hanya mengenal musuh bukan oposan karena musuh merupakan penjelmaan yang jahat maka satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah memusnahkan sampai tuntas.
4.      Pemerintahan oleh kelompok elite
Konsep yang mengatakan hanya ada suatu kelompok minoritas penduduk yang terpandang karena asal-usul, pendidikan, dan statusnya dalam masyarakat yang mampu memahami apa yang terbaik untuk seluruh anggota masyarakat dan hanya mereka pula yang mampu mewujudkannya. Prinsip kepemimpinan fasis mengungkapkan bentuk yang ekstrem dari konsep elite. Dalam konsep elite tercermin penekanan yang irasional dalam politik fasis. Pemimpin selalu dianggap benar dan mendapat wahyu serta kemampuan mistik. Kalau ada pertentangan antara rakyat dan pemimpin maka yang berlaku adalah kehendak pemimpin.
5.      Totaliterisme
Totaliterisme dalam semua bentuk hubungan antar manusia mencerminkan fasisme sebagai suatu pandangan hidup dan bukan hanya sekedar sistem pemerintahan. Fasisme bersifat totaliter karena digunakannya kekuasaan dan kekerasan pada semua bentuk hubungan masyarakat, baik hubungan politik maupun bukan. Menyangkut kaum wanita, fasisme menganut prinsip antifeminis. Wanita menurut Nazi harus tetap pada kedudukannya dan hanya berurusan dengan 3 K yaitu Kinder (anak-anak : melahirkan dan mengurus anak), Kuche (dapur : memasak), dan Kirche (gereja : urusan peribadatan).
6.      Rasialisme dan imperialisme
Rasialisme mengungkapkan dua ciri dasar yaitu ketidaksamaan martabat manusia dan kekerasan yang diterapkan pada bangsa-bangsa. Menurut doktrin fasis dalam suatu negara elite lebih unggul daripada kelompok masa dan karena itu dapat memaksakan kehendaknya dengan kekerasan kepada rakyatnya. Demikian pula dalam pergaulan antarbangsa, bangsa elite lebih unggul daripada bangsa-bangsa lainnya dan mempunyai hak untuk memerintah mereka.
7.      Menentang hukum dan ketertiban internasional
Menentang hukum dan ketertiban internasional merupakan konsekuensi logis dari keyakinan fasis pada ketidaksamaan martabat manusia, kekerasan elitisme, dan imperialisme. Sementara kaum nonfasis melihat perang sebagai suatu kenyataan yang tragis dan harus dihapuskan, maka kaum fasis mengangkat derajat perang ke tingkat idealisme. Negara-negara fasis membatasi bahkan menarik diri dari partisipasinya dalam organisasi internasional yang membuat mereka menghadapi kemungkinan untuk tunduk kepada keputusan mayoritas dan pembuatan keputusan yang dilakukan dengan jalan musyawarah dan bukan dengan kekerasan.
Perbandingan Negara-negara Fasis
A.    Italia
Italia adalah negara awal berkembangnya fasisme. Gerakan fasis di Italia adalah sebuah gerakan spontanitas massa yang masif, dengan para pemimpin baru yang berasal dari rakyat biasa. Gerakan fasis Italia berasal dari gerakan plebian (catatan: plebian berarti berasal dari rakyat biasa), disetir dan dibiayai oleh kekuatan borjuis besar. Fasisme berkembang dari kaum borjuis kecil, kaum lumpenproletar, bahkan pada tingkatan tertentu dari massa proletar. Perkembangan Fasis di Italia dipimpin oleh Musolini dengan mendirikan partai.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia, antara lain :
·         Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
·         Memperkuat angkatan perang.
·         Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
·         Menduduki Ethiopia dan Albania.
Setelah Perang Dunia Ke I, pemerintahan di Italia dipegang oleh Kaisar Victor Emmanuel III yang lemah, tidak tegas dan tidak disukai rakyatnya. Dalam keadaan sperti itu muncul golongan Ultra Nasionalis yang mendapat dukungan besar dari rakyat. Pada tahun 1919 golongan Ultra Nasionalis berhasil mendirikan Partai Fasis dibawah pimpinan Benito Mussolini. Tahun 1922 Mussolini berhasil merebut pemerintahan stelah berkuasa, Benito Mussolini menjalankan tugas panggilan suci yaitu mengembalikan masa kejayaan Romawi Kuno yang diberi nama Italia La Prima. Kebaktian yang mutlak kepada bangsa dan Negara menjadi prinsip dasar bagi pendidikan fasisme di Italia. Pada tahun 1922 itu Partai Fasis yang dipimpin oleh Benito Mussolini dan beranggotakan 50 ribu orang mengadakan long march ke Roma dengan tujuan menuntut Perdana Menteri Italia untuk mengundurkan diri. Raja Italia menunjuk Mussolini sebagai perdana menteri, mulailah pemerintahan dictator Mussolini (1922 – 1944). Dengan paham fasisnya, Mussolini melaksanakan tindakan - tindakannya sebagai berikut :
a.       Diadakannya perjanjian Lateran (1929) dengan Sri Paus di Roma, yang menghasilkan terbentuknya Negara Vatikan seluas 44 ha. Selesailah soal Roma, yaitu pertentangan antara Paus dan pemerintahan Italia.
b.      Untuk melaksanakan Italia Irredenta-nya, pada tahun 1934, Italia bersahabat dengan Perancis karena khawatir terhadap kekuasaan Jerman.
c.       Pada tahun 1936, Italia dapat menduduki Ethiopia sehingga Kaisar Ethiopia mengajukan protes ke LBB, akhirnya Italia keluar dari LBB.
d.      Membantu Jendral Franco dalam perang saudara di Spanol (1936 – 1939).
e.       Italia menjalin kerjasama dengan Jerman untuk tidak saling mengganggu dalam mencapai cita–citanya. Dalam waktu singtkat Italia dibawah Mussolini berkembang menjadi Negara kuat berpahamkan Fasisme.
Mussolini yang berkuasa kemudian bertindak secara diktator seperti :
a.       Mengangkat dirinya menjadi perdana menteri merangkap menjdi panglima angkatan perang
b.      Menempatkan anggota partai fasis dalam jabatan penting di pemerintahan.
c.       Menyingkirkan kaum oposisi dengan kekerasan senjata
d.      Menghapuskan dewan perwakilan rakyat gaya lama
e.       Membuat undang - undang berdasarkan dekrit dari pusat
f.       Menghapuskan hak - hak asasi manusia
g.      Melarang emigrasi, perceraian, dan pembatasan kelahiran agar jumlah penduduk bertambah cepat.
h.      Membatasi wewenang badan legislative
i.        Sri Paus diakui kekuasaannya sebagai kepala gereja yang berkedudukan di Vatikan.
Setelah merasa kuat Mussolini segera melancarkan politik ekspansionisme dengan menyerang dan menduduki Abessinia dan Ethiopia pada tahun 1935. Untuk memperkuat kedudukannya Italia menjalin kerjasama yang erat dengan Jerman dibawah Hitler. Fasisme di Italia mempunyai kesamaan dengan Naziisme di Jerman, yaitu bersifat Ultra Nasionalisme, militerisme, antiliberalisme, diktatorisme, antiindividualisme, dan antikomunisme, bagi Fasisme berlaku semboyan semua untuk Negara. Dalam perkembangannya Fasisme kemudian menjadi penyebab meletusnya Perang Dunia ke II.
B.     Jerman
Jerman menjadi negara fasis setelah keruntuhan kekaisaran Jerman akibat kekalahan di Perang Dunia I. Setelah itu muncul NSDAP (Nazi) yang dipimpin Adolf Hitler yang mampu menggulingkan kaisar dan membentuk pemerintahan republik. Faham yang diutarakan Hitler disebut sebagai naziisme (faham Nazi). Naziisme adalah
a)      Paham yang mengutamakan kepentingan Negara diatas segala-galanya, karena itu terbentuk negara totaliter.
b)      Paham kemasyarakatan yang nasional sosialistis (satu buat semua, semua buat satu, tetapi hanya untuk Jerman).
c)      Untuk membentuk Negara totaliter pemerintahan harus dipimpin oleh satu pemimpin yang bertanggung jawab atas segala-galanya artinya pemerintahan harus disusun secara Diktaktor. Adolf Hitler selalu menekankan kepada pemuda Jerman bahwa bangsa Jerman adalah bangsa yang besar yang ditakdirkan untuk memerintah dunia (Deucland Uber Aless) karena bangsa Jerman adalah bangsa berdarah Arya, yang merupakan pangkal kekuatan jerman. Namun kekuatan itu sedang terbelenggu oleh kekuatan asing, yaitu bangsa Yahudi dan Komunis. Orang Yahudi sebagai penyebab semua itu harus dimusnahkan.
Selanjutnya, kata Adolf Hitler untuk melepaskian diri dari penderitaan dan meluaskan ruang hidup, Jerman harus membentuk angkatan perang yang sangat kuat yang dipimpin oleh seorang Fuhrer (pemimpin besar). Setelah Perang Dunia I Negara Jerman yang semula berbentuk Kerajaan berubah menjadi Republik. Akan tetapi, masa pemerintahan republic ini tidak berhasil mengatasi kekacauan ekonomi sebagai akibat Perang Dunia I. Lebih lebih lagi Jerman berada di pihak yang kalah. Dengan adanya hal tersebut. Timbullah ketidakpuasan rakyat yang menimbulkan kekacauan-kekacauan, bahkan pemberontakan- pemberontakan. Sementara itu Partai Nasionalis Jerman atau National Sozialistische Deutsche Arbeiter. (NSDAP) yang disingkat dengan Nazi berkembang menjadi partai yang kuat dipimpin oleh Adolf Hitler. Nazi berusaha merebut kekuasaan tetapi gagal. Hitler dipenjarakan. Dipenjara itulah Hitler menulis buku Mein Kamf (Perjuanganku) isinya mengenai paham – paham Nazi. Dalam waktu singkat Partai Nazi yang dipimpin Hitler maju dengan pesat. Pada tahun 1933 Adolf Hitler diangkat menjadi Perdana Menteri (Kanselor) oleh Presiden Hindenburg.
Kebijaksanaan Hitler sebagai perdana menteri yaitu.
a)      Jerman keluar dari LBB karena usahanya mengenai penambahan jumlah militer Jerman ditolak.
b)      Membatalkan semua perjanjian internasionalnya, termasuk Perjanjian Versailles yang dianggapnya sangat merugikan pihak Jerman.
c)      Memperkuat armada militernya untuk merebut kembali sungai Rijn.
d)     Membangun industrinya termasuk industri perang.

C.    Jepang
Munculnya fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat Restorasi Meiji, Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat. Majunya industri tersebut membawa Jepang menjadi negara imperialis. Jepang menjadi negara fasis dan menganut Hakko I Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito melakukan beberapa hal berikut.
a.       Mengagungkan semangat bushido.
b.      Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
c.       Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
d.      Memodernisasi angkatan perang.
e.       Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh Jepang.

D.    Spanyol
Fasisme di Spanyol dipimpin oleh Jendral Franco. Ebenstein mencatat bahwa ideology fasisme di Spanyol bertindak lebih moderat, karena pada awalnya ia hanya merupakan bentuk perkembangan kepentingan nasionalisme. Jendral Franco sendiri juga pada awalnya bukanlah seorang fasis, melainkan hanya militer biasa. Ia justru memanfaatkan kelompok Phalangis dalam menjalankan kekuasaannya. Berbeda dengan Fasisme Jerman dan Itali, dimana partailah yang memanfaatkan militer.
Bertahannya gerakan “fasis” franco lebih disebabkan karakter Spanyol yang agak berbeda dengan fasisme di Jerman maupun Italia. Di Spanyol, franco menjadi penguasa karena kemenangannya dalam perang saudara melawan kelompok republik. Ia juga mendapatkan dukungan kaum gerejawan, yang dipinggirkan dalam pemerintahan republik. Lebih penting, franco berkuasa atas negara yang baru mengembangkan industri dan baru bangkit sehabis perang, sehingga ketika Perang Dunia II terjadi, ia memilih untuk tidak melibatkan diri dalam persekutuan fasisme Italia-Jerman dan Jepang. Ketidak ikutsertaannyalah yang membuat rezim Franco mampu bertahan. Bahkan hingga kematiannya, ia masih di elukan oleh rakyatnya.
Namun demikian, pada akhirnya fasisme di Spanyol justru tumbang secara konstitusional dengan tahap kompromi yang lebih lunak. Dalam hal ini kelompok monarki Raja Juan Carlos memainkan hal yang penting, dan ternyata rakyat Spanyol juga tidak terlampau bereaksi karena perubahan yang ada. Lambat laun, Spanyol memasuki system liberalisme dan menjadi bagian masyarakat eropa.



DAFTAR PUSTAKA
Agung S, Leo. 2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

.