Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh :
Hajar
Riza Asyiyah (120210302051)
Kelas
B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Akar-Akar Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda) yang berarti bangsa.
Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki
hasrat serta kemauan untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita dan
tujuan.
Kohn (1986) menyatakan bahwa
nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi
individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Slamet Muljana (1986)
menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan
bernegara atau semangat bernegara. Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo
menjelaskan bahwa nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban
terhadap kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu.
Nasionalisme (dalam arti
modern) untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada abad ke-18. Lahirnya paham
nasionalisme ini diikuti dengan terbentuknya negara-negara nasional atau negara
kebangsaan. Kebangsaan yang dibentuk atas dasar paham nasionalisme lebih
menekankan kemauan untuk hidup bersama dalam negara kebangsaan. Pada akhir abad
ke-18 nasionalisme dalam arti modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara
umum. Nasionalisme ini semakin lama semakin kuat peranannya dalam membentuk
semua segi kehidupan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi. Baru
akhir-akhir ini telah berlaku syarat bahwasannya setiap bangsa harus membentuk
suatu negara sendiri dan negara itu harus meliputi seluruh negara.
Akar-akar nasionalisme tumbuh
di atas tanah yang sama dengan peradaban Barat yakni dari bangsa-bangsa Ibrani
Purba dan Yunani Purba. Kedua bangsa ini mempunyai kesadaran yang tegas bahwa
mereka berbeda dari bangsa-bangsa lainnya: bangsa Ibrani dari bangsa-bangsa
yang bukan Ibrani (Gentile) dan bangsa Yunai dari bangsa-bangsa yang bukan
Yunai (Barbarian). Pendukung kesadaran golongan ini bukanlah Raja atau kaum
Padri melainkan rakyat secara keseluruhan yakni setiap orang Ibrani atau setiap
orang Yunani.
Nasionalisme di Eropa
Nasionalisme Eropa lahir dalam
masa peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Proses peralihan
ini terjadi pada abad ke-18 yakni didahului dengan lahirnya liberalisme dan
kapitalisme. Lahirnya liberalisme dan kapitalisme karena pengaruh Revolusi
Industri dan Revolusi Prancis. Dengan semangat persaingan bebas dari paham
liberalis dan dibesarkan dalam masyarakat yang bercorak industri-kapitalis maka
nasionalisme yang demikian akhirnya tumbuh menjadi suatu aliran yang penuh
emosi dan sentimen atau menjadi chauvinisme.
Nasionalisme Asia Afrika
Yang dimaksud dengan
nasionalisme Asia dan Afrika ialah aliran yang mencerminkan bangunnya
bangsa-bangsa Asia dan Afrika sebagai reaksi terhadap imperialisme dan
kolonialisme bangsa-bangsa Barat. Dengan demikian nasionalisme Asia dan Afrika
merupakan gerakan untuk menentang imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat.
Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Asia Afrika:
1.
Kenangan kejayaan masa lampau. Bangsa-bangsa
Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan
berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia pernah mengalami masa kejayaan
sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa lampau mendorong
semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia kenangan
kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan kejayaan pada masa
kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana
pada masa Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh Nusantara, sedangkan
masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
2.
Faktor yang mendorong rasa nasionalisme bangsa Asia
bukanlah akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap
bangsa Asia, Afrika, melainkan rasa persatuan itu sudah dimiliki sejak zaman
dahulu kala terutama sesama ras, ataupun kerjasama perdagangan yang telah
saling melengkapi antara suku produsen benda yang berlainan (sehingga terjadi
pertukaran tanpa adanya keserakahan seperti yang dilakukan bangsa barat).
Mereka saling menghormati dan menjaga.Namun kedatangan bangsa barat yang
menjajah mengakibatkan mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin
menentang imperialisme barat.
3.
Kemajuan di bidang politik, sosial, ekonomi, dan
budaya. Dalam bidang
politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi masyarakat
pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi manusia.
Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia. Dalam
bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi
asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Dalam bidang
budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan mengembalikan
budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing di
Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta
menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
4.
Timbulnya golongan terpelajar. Perkembangan
pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat maupun pendidikan
Indonesia sendiri.Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya organisasi
pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk melawan
penjajahan.
5.
Kemenangan Jepang atas Rusia. Pada tahun
1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil
mengalahkan Rusia.Hal ini dikarenakan, modernisasi yang dilakukan Jepang yang
telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer.Awalnya
dengan kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan
beberapa daerah di Rusia.Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang
mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit melawan
bangsa asing di negerinya.
Aspek dan Tujuan Nasionalisme
Asia Afrika:
1.
Aspek politik, yakni bertujuan untuk
mengusir imperialisme atau penjajahan asing guna mendapatkan kemerdekaan
2.
Aspek sosial ekonomi, yang berusaha untuk
menghentikan eksploitasi ekonomi asing dan bertujuan untuk membangun masyarakat
baru yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan
3.
Aspek budaya, berusaha untuk menggali dan
menghidupkan kembali budaya asli warisan nenek moyang yang kemudian disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
Nasionalisme Indonesia
Semangat kebangsaan dan
nasionalisme bangsa Indonesia secara resmi baru lahir pada permulaan abad
ke-20. Ia lahir terutama sebagai reaksi atau perlawanan terhadap kolonialisme.
Unsur-unsur nasionalime Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:
a)
Kesatuan (unity)
yang mentransformasikan hal-hal yang bhineka menjadi seragam sebagai
konsekuensi dari proses integrasi. Akan tetapi persatuan dan kesatuan tidak boleh
disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.
b)
Kebebasan (liberty)
yang merupakan keniscayaan bagi negeri-negeri yang terjajah agar bebas dari
dominasi asing secara politik dan eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari
kebijakan yang menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.
c)
Kesamaan (equality)
yang merupakan bagian emplisit dari masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu
yang berlawanan dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter.
d)
Kepribadian (identity)
yang lenyap disebabkan ditiadakan, dimarginalkan secara sistematis oleh
pemerintah kolonial Belanda.
e)
Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan
inspirasi dan kebanggan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk
berjuang menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di tengah bangsa.
Sedangkan unsur-unsur yang
membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut :
a)
Kesatuan sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam
perjalanan sejarahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya sampai munculnya
penjajahan VOC dan Belanda.
b)
Kesatuan nasib, bangsa Indonesia terbentuk karena
adanya persamaan nasib yaitu penderitaan selama penjajahan dan perjuangan
merebut kemerdekaan secara terpisah sehingga dapat memproklamsikan kemerdekaan.
c)
Kesatuan kebudayaan, walaupun bangsa Indonesia
memiliki keragaman budaya dan mengant agama yang berbeda namun keseluruhannya
itu merupakan satu kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan satu sama
lain.
d)
Kesatuan wilayah, bangsa ini hidup dan mencari
penghidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah darah Indonesia.
e)
Kesatuan asas kerohanian, bangsa ini memiliki
kesamaan cita-cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar dalam
pandangan hidup.
Kehidupan nasionalisme
Indonesia yang dilahirkan dalam kancah perjuangan perintis kemerdekaan pada
masa kolonial dan diteruskan oleh perjuangan fisik selama revolusi menuntut
suatu kontinuitas di masa depan, tidak lain karena prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya masih memerlukan pemantapan selama proses
nation-building di Indonesia masih berjalan terus.
a)
Kepribadian Nasional
Kepribadian bangsa Indonesia
terdiri dari beberapa unsur antara lain, kebudayaan nasional, identitas
nasional, etos bangsa, dan nasionalisme. Pengalaman kolektif bangsa atau
sejarahnya mengkristalisasi pula pada kepribadian nasionalnya. Ciri-ciri
kepribadian ini bersama-sama membentuk identitasnya sehingga identitas nasional
sebagai totalitas karakteristik-karakteristik bangsa dapat dipandang pula
sebagai simbol kepribadian nasional. Disamping itu kepribadian bangsa juga
sangat dipengaruhi oleh etos kerja bangsa, yaitu totalitas nilai-nilai hidup
yang membentuk pola kelakuan serta gaya hidup bangsa. Apabila nilai-nilai
Pancasila sepenuhnya dapat dihayati serta melembaga dalam kehidupan bangsa,
maka terbentuklah etos Pancasila.
b)
Kesadaran Nasional
Dalam setiap proses sosialisasi
atau inkulturasi warga negara untuk nation-building sangatlah sentral fungsi
kesadaran nasional, suatu kesadaran yang menempatkan pengalaman, perilaku serta
tindakan-tindakan dalam rangka nasional, jadi suatu perubahan radikal orientasi
wawasan serta pandangan. Dalam hal ini kesadaran sejarahlah yang mampu
memperkuat kesadaran nasional karena eksistensi nasional dewasa ini hanya dapat
diterangkan dengan pengungkapan perkembangan historisnya. Dengan sejarah akan
terungkap pengalaman kolektif bangsa, nasib bersama, dan suka dukanya. Pendek
kata, sejarah akan memupuk solidaritas dan integrasi bangsa.
Tidak berlebihan apabila
dikatakan bahwa sejarah nasional menempatkan simbol identitas nasional sehingga
mempunyai fungsi kunci dalam pendidikan nasional. Nasionalisme menimbulkan national pride dan national obligation. Yang kedua bertumpu pada yang pertama,
sedangkan yang pertama hanya dapat diciptakan berdasarkan inspirasi dan
aspirasi nasional. Seperti telah dinyatakan di atas bahwa kedua hal ini
bersumber pada kesadaran nasional beserta kesadaran sejarahnya. Dengan demikian
jelaskan bahwa sejarah memegang peranan penting atau kunci dalam nation building.
Nasionalisme di Timur Tengah
Perang Dunia I menyempurnakan
pecah belahnya imperium Ottoman (Turki). Diantara reruntuhan itu nasionalisme
Yunani berhasrat menciptakan kembali Yunani Raya zaman purba dan imperium
Byzantium. Penyerbuan dalam jantung negara Turki ini mengakibatkan semangat
nasionalisme diantara kaum petani Turki. Menjelang Perang Dunia I hanya ada
tiga negara Islam yang merdeka, diantaranya Turki, Iran, dan Afghanistan.
Nasionalisme di India
Penjajahan Inggris membawa
sebab perubahan hebat khususnya di India. Politik dan cara-cara Inggris
membangkitkan hasrat untuk mendapatkan kemerdekaan individual dan pemerintahan
sendiri yang dahulu tidak dikenal di Timur. Tepat 50 tahun kemudian, pada akhir
tahun 1885 Kongres Nasional India pertama bersidang di Bombay. Kongres ini
dibangun berdasarkan saran-saran seorang Inggris liberal yang tujuannya ialah
untuk melebur semua anasir yang dari dahulu saling bermusuhan dan merupakan
rakyat India supaya mejadi satu bangsa yang utuh dan untuk memperkuat tali yang
menghubungkan Inggris dan India dengan jalan merubah semua yang tidak adil dan
merugikan India.
Meskipun dengan demikian
nasionalisme merupakan suatu unsur yang ada di seluruh dunia, namun
nasionalisme merupakan tenaga yang memecah jika tidak dilunakkan oleh semangat
liberal yang berupa toleransi dan kompromi atau universalisme humaniter agama
yang bersifat non-politik.kecenderungannya untuk memberi arti yang terlalu besar
kepada kedaulatan nasional dan khususnya budaya, membuat nasionalisme tidak
bisa banyak menyumbang dalam memajukan kerjasama antara rakyat-rakyat, justru
pada waktu itu kemajuan di lapangan ekonomi dan teknologi membuat bangsa-bangsa
semakin lama semakin saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agung
S, Leo. 2013. Sejarah Intelektual.
Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme Arti
dan Sejarahnya. Jakarta: PT. Pembangunan dan Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar