Kamis, 25 Desember 2014

KAJIAN NASIONALISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh  :
Hajar Riza Asyiyah   (120210302051)
Kelas B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Akar-Akar Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda) yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita dan tujuan.
Kohn (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Slamet Muljana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara. Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo menjelaskan bahwa nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu.
Nasionalisme (dalam arti modern) untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada abad ke-18. Lahirnya paham nasionalisme ini diikuti dengan terbentuknya negara-negara nasional atau negara kebangsaan. Kebangsaan yang dibentuk atas dasar paham nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama dalam negara kebangsaan. Pada akhir abad ke-18 nasionalisme dalam arti modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara umum. Nasionalisme ini semakin lama semakin kuat peranannya dalam membentuk semua segi kehidupan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi. Baru akhir-akhir ini telah berlaku syarat bahwasannya setiap bangsa harus membentuk suatu negara sendiri dan negara itu harus meliputi seluruh negara.
Akar-akar nasionalisme tumbuh di atas tanah yang sama dengan peradaban Barat yakni dari bangsa-bangsa Ibrani Purba dan Yunani Purba. Kedua bangsa ini mempunyai kesadaran yang tegas bahwa mereka berbeda dari bangsa-bangsa lainnya: bangsa Ibrani dari bangsa-bangsa yang bukan Ibrani (Gentile) dan bangsa Yunai dari bangsa-bangsa yang bukan Yunai (Barbarian). Pendukung kesadaran golongan ini bukanlah Raja atau kaum Padri melainkan rakyat secara keseluruhan yakni setiap orang Ibrani atau setiap orang Yunani.
Nasionalisme di Eropa
Nasionalisme Eropa lahir dalam masa peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Proses peralihan ini terjadi pada abad ke-18 yakni didahului dengan lahirnya liberalisme dan kapitalisme. Lahirnya liberalisme dan kapitalisme karena pengaruh Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. Dengan semangat persaingan bebas dari paham liberalis dan dibesarkan dalam masyarakat yang bercorak industri-kapitalis maka nasionalisme yang demikian akhirnya tumbuh menjadi suatu aliran yang penuh emosi dan sentimen atau menjadi chauvinisme.
Nasionalisme Asia Afrika
Yang dimaksud dengan nasionalisme Asia dan Afrika ialah aliran yang mencerminkan bangunnya bangsa-bangsa Asia dan Afrika sebagai reaksi terhadap imperialisme dan kolonialisme bangsa-bangsa Barat. Dengan demikian nasionalisme Asia dan Afrika merupakan gerakan untuk menentang imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat. Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Asia Afrika:
1.      Kenangan kejayaan masa lampau. Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia kenangan kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh Nusantara, sedangkan masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
2.      Faktor yang mendorong rasa nasionalisme bangsa Asia bukanlah akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika, melainkan rasa persatuan itu sudah dimiliki sejak zaman dahulu kala terutama sesama ras, ataupun kerjasama perdagangan yang telah saling melengkapi antara suku produsen benda yang berlainan (sehingga terjadi pertukaran tanpa adanya keserakahan seperti yang dilakukan bangsa barat). Mereka saling menghormati dan menjaga.Namun kedatangan bangsa barat yang menjajah mengakibatkan mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme barat.
3.      Kemajuan di bidang politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia. Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
4.      Timbulnya golongan terpelajar. Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat maupun pendidikan Indonesia sendiri.Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk melawan penjajahan.
5.      Kemenangan Jepang atas Rusia. Pada tahun 1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia.Hal ini dikarenakan, modernisasi yang dilakukan Jepang yang telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer.Awalnya dengan kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di Rusia.Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit melawan bangsa asing di negerinya.
Aspek dan Tujuan Nasionalisme Asia Afrika:
1.      Aspek politik, yakni bertujuan untuk mengusir imperialisme atau penjajahan asing guna mendapatkan kemerdekaan
2.      Aspek sosial ekonomi, yang berusaha untuk menghentikan eksploitasi ekonomi asing dan bertujuan untuk membangun masyarakat baru yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan
3.      Aspek budaya, berusaha untuk menggali dan menghidupkan kembali budaya asli warisan nenek moyang yang kemudian disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nasionalisme Indonesia
Semangat kebangsaan dan nasionalisme bangsa Indonesia secara resmi baru lahir pada permulaan abad ke-20. Ia lahir terutama sebagai reaksi atau perlawanan terhadap kolonialisme. Unsur-unsur nasionalime Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:
a)      Kesatuan (unity) yang mentransformasikan hal-hal yang bhineka menjadi seragam sebagai konsekuensi dari proses integrasi. Akan tetapi persatuan dan kesatuan tidak boleh disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.
b)      Kebebasan (liberty) yang merupakan keniscayaan bagi negeri-negeri yang terjajah agar bebas dari dominasi asing secara politik dan eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari kebijakan yang menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.
c)      Kesamaan (equality) yang merupakan bagian emplisit dari masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu yang berlawanan dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter.
d)     Kepribadian (identity) yang lenyap disebabkan ditiadakan, dimarginalkan secara sistematis oleh pemerintah kolonial Belanda.
e)      Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi dan kebanggan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk berjuang menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di tengah bangsa.
Sedangkan unsur-unsur yang membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut :
a)      Kesatuan sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan sejarahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya sampai munculnya penjajahan VOC dan Belanda.
b)      Kesatuan nasib, bangsa Indonesia terbentuk karena adanya persamaan nasib yaitu penderitaan selama penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah sehingga dapat memproklamsikan kemerdekaan.
c)      Kesatuan kebudayaan, walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman budaya dan mengant agama yang berbeda namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan satu sama lain.
d)     Kesatuan wilayah, bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah darah Indonesia.
e)      Kesatuan asas kerohanian, bangsa ini memiliki kesamaan cita-cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup.
Kehidupan nasionalisme Indonesia yang dilahirkan dalam kancah perjuangan perintis kemerdekaan pada masa kolonial dan diteruskan oleh perjuangan fisik selama revolusi menuntut suatu kontinuitas di masa depan, tidak lain karena prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya masih memerlukan pemantapan selama proses nation-building di Indonesia masih berjalan terus.
a)      Kepribadian Nasional
Kepribadian bangsa Indonesia terdiri dari beberapa unsur antara lain, kebudayaan nasional, identitas nasional, etos bangsa, dan nasionalisme. Pengalaman kolektif bangsa atau sejarahnya mengkristalisasi pula pada kepribadian nasionalnya. Ciri-ciri kepribadian ini bersama-sama membentuk identitasnya sehingga identitas nasional sebagai totalitas karakteristik-karakteristik bangsa dapat dipandang pula sebagai simbol kepribadian nasional. Disamping itu kepribadian bangsa juga sangat dipengaruhi oleh etos kerja bangsa, yaitu totalitas nilai-nilai hidup yang membentuk pola kelakuan serta gaya hidup bangsa. Apabila nilai-nilai Pancasila sepenuhnya dapat dihayati serta melembaga dalam kehidupan bangsa, maka terbentuklah etos Pancasila.
b)      Kesadaran Nasional
Dalam setiap proses sosialisasi atau inkulturasi warga negara untuk nation-building sangatlah sentral fungsi kesadaran nasional, suatu kesadaran yang menempatkan pengalaman, perilaku serta tindakan-tindakan dalam rangka nasional, jadi suatu perubahan radikal orientasi wawasan serta pandangan. Dalam hal ini kesadaran sejarahlah yang mampu memperkuat kesadaran nasional karena eksistensi nasional dewasa ini hanya dapat diterangkan dengan pengungkapan perkembangan historisnya. Dengan sejarah akan terungkap pengalaman kolektif bangsa, nasib bersama, dan suka dukanya. Pendek kata, sejarah akan memupuk solidaritas dan integrasi bangsa.
Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa sejarah nasional menempatkan simbol identitas nasional sehingga mempunyai fungsi kunci dalam pendidikan nasional. Nasionalisme menimbulkan national pride dan national obligation. Yang kedua bertumpu pada yang pertama, sedangkan yang pertama hanya dapat diciptakan berdasarkan inspirasi dan aspirasi nasional. Seperti telah dinyatakan di atas bahwa kedua hal ini bersumber pada kesadaran nasional beserta kesadaran sejarahnya. Dengan demikian jelaskan bahwa sejarah memegang peranan penting atau kunci dalam nation building.
Nasionalisme di Timur Tengah
Perang Dunia I menyempurnakan pecah belahnya imperium Ottoman (Turki). Diantara reruntuhan itu nasionalisme Yunani berhasrat menciptakan kembali Yunani Raya zaman purba dan imperium Byzantium. Penyerbuan dalam jantung negara Turki ini mengakibatkan semangat nasionalisme diantara kaum petani Turki. Menjelang Perang Dunia I hanya ada tiga negara Islam yang merdeka, diantaranya Turki, Iran, dan Afghanistan.
Nasionalisme di India
Penjajahan Inggris membawa sebab perubahan hebat khususnya di India. Politik dan cara-cara Inggris membangkitkan hasrat untuk mendapatkan kemerdekaan individual dan pemerintahan sendiri yang dahulu tidak dikenal di Timur. Tepat 50 tahun kemudian, pada akhir tahun 1885 Kongres Nasional India pertama bersidang di Bombay. Kongres ini dibangun berdasarkan saran-saran seorang Inggris liberal yang tujuannya ialah untuk melebur semua anasir yang dari dahulu saling bermusuhan dan merupakan rakyat India supaya mejadi satu bangsa yang utuh dan untuk memperkuat tali yang menghubungkan Inggris dan India dengan jalan merubah semua yang tidak adil dan merugikan India.
Meskipun dengan demikian nasionalisme merupakan suatu unsur yang ada di seluruh dunia, namun nasionalisme merupakan tenaga yang memecah jika tidak dilunakkan oleh semangat liberal yang berupa toleransi dan kompromi atau universalisme humaniter agama yang bersifat non-politik.kecenderungannya untuk memberi arti yang terlalu besar kepada kedaulatan nasional dan khususnya budaya, membuat nasionalisme tidak bisa banyak menyumbang dalam memajukan kerjasama antara rakyat-rakyat, justru pada waktu itu kemajuan di lapangan ekonomi dan teknologi membuat bangsa-bangsa semakin lama semakin saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain.




DAFTAR PUSTAKA
Agung S, Leo. 2013. Sejarah Intelektual. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta: PT. Pembangunan dan Erlangga.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.