Kamis, 25 Desember 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.




Oleh  :
HAJAR RIZA ASYIYAH   (120210302051)
KELAS B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)
A.    Hakekat Metode Problem Based Instruction
Esensi PBI memperkenalkan kepada siswa tentang situasi masalah yang sebenarnya dan bermakna yang dapat sebagai sarana untuk investigation (penyelidikan) dan inquiry (pemeriksaan). Berdasarkan prinsip tersebut dapat dinyatakan bahwa PBI merupakan salah satu pendekatan untuk siswa aktif (active learning). Teori-teori pendukung PBI adalah : Teori Dhewey dan kelas yang demokratis, Teori Piaget, Teori Vygotsky, Teori Bruner (Discovery Learning).
Problem Based Instruction (PBI) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1966, oleh Faculty of Health of Mc Master University di Kanada (Trianto,2007) perkembangan Problem Based Instruction (PBI) di pengaruhi oleh tiga fikiran utama yaitu:
1.      John Dewey dan kelas Demokrasi. John Dewey dalam Ibrahim & Nur (2000:15) mengemukakan pandangan pentingnya demokrasi dan pendidikan, siswa dalam pandngan Dewey hendaknya diberi kebebasan untuk menganalisis masalah intelektual dan sosial yang ada dalam masyarakat, kemudian memecahkan permaslahan di sekolah. Pandangan Dewey merupakan pandangan filosofis perkembangan  Problem Based Instruction (PBI).
2.      Piaget, Vygotsky dan kontruktivisme. Jean Piaget dalam Ibrahim & Nur (2000:17) mengemukakan pandangan mengenai kontruktivis-kognitif, menurut Piaget siswa dalam segala usia aktif dalam memperoleh informasi dan pembangunan pengetahuan sendiri. Pengetahuan akan bertambah dan berubah (termodifikasi) jika melalui pengalaman baru. Menurut Piaget dalam Ibrahim & Nur (2000:17) pedagogi yang baik harus melibatkan pemberian anak dengan situasi-situasi dimana anak itu mandiri melakukan eksperimen, dalam arti yang paling luas dari itu, dan mencoba sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda-tanda, memanipulasi simbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang ditemukan dengan tean yang lain, dan membandingkan temuan dengan teman yang lain. Vygotsty dalam pembelajaran mempunyai pemikiran yang sama dengan Piaget tetapi lebih menekankan pada interaksi sosial, menurut Vygotsty interaki sosial dengan guru maupun teman sejawat penting dalam memacu terbentuknya ide baru maupun memperkaya perkembangan intelektual siswa. Teori perkembangan kontruktivisme-kognitif dasar ilmiah untuk Problem Based Instruction (PBI).
3.      Bruner dalam Pembelajaran Penemuan. Jerome Bruner mengemukakan teori pembelajaran penemuan, teori ini menyatakan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. Teori pembelajaran Bruner menemukan pada penalaran induktif dan inkuiri yang merupakan ciri pendekatan ilmiah. Tidak seperti pada pembelajaran langsung dimana siswa diberikan ide-ide tetapi dengan memberikan pembelajaran berdasarkan masalah atau penemuan dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk menemukan teori mereka sendiri.
Ciri pembelajaran PBI adalah (a) memberikan pertanyaan atau masalah, (b) difokuskan pada interdisipliner ilmu, (c) investigasi sebenarnya, (d) kolaborasi, dan (e) hasil kerja siswa dalam bentuk artifacts dan exhibits (artifacts adalah benda atau barang hasil kecerdasan manusia, seperti perkakas, senjata, dan lain-lain, sedangkan exhibits adalah barang atau kemampuan yang dapat dipamerkan). Istilah-istilah lain Problem-Based Instruction adalah Project-Based Teaching, Experiented-Based Education, Authentic Learning, Anchored Instruction, dan Problem-Based Learning.
PBI mengorganisasi pembelajaran antara pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah (baik secara personal dan social) sehingga penting dan bermakna bagi siswa. PBI menunjukkan sesuatu yang sebenarnya, situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan hanya melengkapi jawaban yang sudah ada. Walaupun mungkin dalam PBI terfokus pada mata pelajaran tertentu (sains, matematika, dan social), investigasi masalah yang actual harus dipilih. Dalam melakukan investigasi untuk mencari jawaban masalah, tidak jarang siswa memerlukan penyelidikan di berbagai bidang studi (interdisciplinary focus). Misalnya ketika siswa memecahkan masalah tentang polusi, maka diperlukan kajian bidang biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintah.
PBI mengharuskan bahwa siswa melaksanakan penyelidikan sebenarnya untuk mencari jawaban sebenarnya dari permasalahan nyata yang diberikan. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis (dugaan) dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika sesuai), menyimpulkan, dan menggambarkan kesimpulan. Investigasi yang dilaksanakan tergantung pada kompleks tidaknya, sulit mudahnya, dan lama tidaknya permasalahan yang dipelajari.
PBI mengharuskan siswa untuk mengkonstruk bentuk-bentuk presentasi yang dapat menjelaskan jawaban mereka (melalui artifact dan exhibits). Hasilnya dapatberupa laporan, model fisik, video atau program computer. Jika ingin dideskripsikan setelahnya, siswa dapat merancang demonstrasi lebih lanjut tentang apa yang akan mereka pelajari, sehingga hasil tersebut dapat dipergunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang serupa dengan menyediakan alternatif lain.
Sebagaimana cooperative learning, PBI juga dikarakteristikkan oleh bekerjasamanya siswa dengan yang lain dalam pasangan atau kelompok kecil. Dengan bekerjasama akan memotivasi siswa saling terlibat dan saling menyempurnakan dalam menyelesaikan tugas yang kompleks. Disamping itu juga untuk meningkatkan kesempatan saling share (berbagi) dalam memeriksa dan berdialog. Begitu pula untuk pengembangan berfikir dan kemampuan social.
PBI tidak didesain untuk membantu guru dalam hal menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI didesain utamanya untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan kemampuan intelektual, belajar peran orang dewasa melalui pengalaman melalui situasi nyata maupun simulasi, dan menjadi tidak tergantung, belajar otodidak.
Sintaksis
PBI biasanya berisi 5 fase utama yang dimulai dengan orientasi guru yang mengarahkan siswa tentang situasi masalah dan akhirnya presentasi dan analisis hasil pekerjaan dan artifacts siswa. Jika masalah yang diberikan skopnya sempit, maka 5 fase diselesaikan dalam satu periode di kelas, namun jika skop masalahnya luas dan kompleks, mungkin memerlukan waktu yang lebih banyak.
Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen
Lingkungan belajar dan system manajemen PBI adalah open (terbuka), proses demokrasi, dan siswa aktif. Seluruh proses pada dasarnya membantu siswa untuk independent, siswa yang otodidak percaya diri dengan kemampuan intelektualnya, aktif dalam keterlibatan pembentukan intelektualnya sendiri, dan lingkungan yang berorientasi pada inquiry.
B.     Alasan Memilih Metode Problem Based Instruction
Menurut pendapat saya, metode pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) ini cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran sejarah dengan cara melatih siswa mencari tahu dan mebangun sendiri pengetahuannya tentang materi yang pada saat itu sedang diajarkan. Selain itu dengan menggunakan metode ini siswa akan diajari untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada. Metode ini merupakan metode yang mengacu pada pendekatan saintifik sehingga sesuai diterapkan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013.
C.    Langkah-Langkah Metode Problem Based Instruction
Sintak PBI
Fase
Aktivitas Guru
Fase 1
Mengarahkan siswa kepada masalah
Guru memeriksa tujuan pembelajaran, mendeskripsikan pentingnya pemenuhan logistic, dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam aktivitas problem solving yang dipilih sendiri.
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas-tugas yang ada kaitannya dengan masalah.
Fase 3
Membantu independent dan group investigation (penyelidikan kelompok)
Guru mendorong siswa untuk menyimpan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, dan mencari penjelasan-penjelasan dan jawaban-jawaban
Fase 4
Mengembangkan dan mempresentasikan artifacts dan exhibits
Guru menbantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artifacts yang sesuai, seperti laporan, video, dan model-model dan membantu mereka share dengan temannya.
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk merefleksi investigasi mereka dan proses yang mereka pergunakan.
Melaksanakan Pembelajaran Problem Based Instruction
       Dalam melaksanakan PBI, langkah-langkah pembelajaran mengacu pada sintaks, lingkungan belajar dan system manajemen.
Merencanakan Tugas-Tugas
1.      Menentukan tujuan. PBI dapat didesain untuk membantu menuju beberapa keberhasilan, seperti meningkatkan intelektual dan kemampuan investigasi, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk dapat belajar otodidak.
2.      Mendesain situasi masalah yang sesuai. Situasi masalah yang baik adalah yang otentik, membuat “bingung” (puzzling), dan ill defined, memungkinkan kolaborasi, bermakna dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
Tugas-Tugas Interaktif
1.      Mengarahkan siswa kepada masalah. Siswa perlu diberitahu bahwa PBI tidak memberika suatu informasi baru yang luas, melainkan untuk menginvestigasi masalah yang penting dan menjadi siswa yang belajar secara independent. Cara bagus untuk mempresentasikan masalah adalah dengan discrepant event (situasi dimana hasilnya diluar dugaan dan mengejutkan) yang menciptakan suatu pengertian misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah.
2.      Mengorganisasi siswa untuk belajar. Belajar investigasi dapat dibentuk antar teman dekat atau berdasarkan pada kesamaan social atau kepandaian.
3.      Membantu independent dan investigasi kelompok.
4.      Mengembangkan dan mempresentasikan artifacts dan exhibits.
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Lingkungan Belajar dan Manajemen Tugas
       Berikut diberikan beberapa hal penting terkait dengan lingkungan belajar dan manajemen tugas dalam PBI, antara lain:
1.      Berhadapan dengan situasi multitask (tugas banyak)
2.      Lakukan penyesuaian ke level penyelesaian berbeda
3.      Memonitor dan mengatur kerja siswa
4.      Mengatur materi dan peralatan
5.      Mengatur pergerakan dan tingkah laku siswa, jika kegiatan diluar kelas
Kelebihan Metode Problem Based Instruction
1.      Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2.      Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3.      Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4.      Siswa berperan aktif dalam KBM
5.      Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
6.      Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi 
7.      Pembelajaran lebih bermakna
8.      Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
9.      Menjadikan siswa lebih mandiri
10.  Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain
11.  Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
Kelemahan Metode Problem Based Instruction
1.      Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2.      Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3.      Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
4.      Membutuhkan waktu yang banyak
5.      Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI
6.      Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
7.      Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
8.      Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa perkelas.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan    : SMK/MAK
Mata Pelajaran          : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester         : X/1
Pertemuan                 : 1 x 15 menit (1 kali pertemuan)
Materi Pokok            : Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Proto Melayu
Kompetensi Inti
1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.4  Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1  Mengahayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.
2.1  Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman pra-aksara, Hindu Budha dan Islam.
3.3  Menganalisis asal usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutro Melayu dan Melanesoid)
3.3.3        Menganalisis jalur masuk kedatangan bangsa Proto Melayu
3.3.4        Menganalisis ciri-ciri bangsa Proto Melayu
3.3.5        Menganalisis keturunan suku bangsa Proto Melayu
3.3.6        Menganalisis hasil peninggalan bangsa Proto Melayu
4.3  Menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari informasi mengenai asal usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutro Melayu dan Melanesoid) dalam bentuk lisan.
Tujuan Pembelajaran
       Setelah kegiatan pembelajaran siswa dapat :
·         Menganalisis jalur masuk kedatangan bangsa Proto Melayu
·         Menganalisis ciri-ciri bangsa Proto Melayu
·         Menganalisis keturunan suku bangsa Proto Melayu
·         Menganalisis hasil peninggalan bangsa Proto Melayu
Materi Pembelajaran
·         Jalur masuk kedatangan bangsa Proto Melayu
·         Ciri-ciri bangsa Proto Melayu
·         Keturunan suku bangsa Proto Melayu
·         Hasil peninggalan bangsa Proto Melayu
Metode Pembelajaran
Pendekatan     : Saintifik
Model              : Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
Media, Alat dan Sumber Belajar
Alat/bahan                   : peta
Sumber belajar            : buku Sejarah Indonesia kelas X serta buku-buku penunjang lainnya
Langkah-Langkah Pembelajaran
       Pembelajaran ini secara umum dibagi tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup
No
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
1
Kegiatan Pendahuluan
1.      Guru memimpin doa
2.      Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan.
3.      Guru menyampaikan topik pembelajaran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki kepada siswa
4.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5 menit
2
Kegiatan Inti
1.      Guru membagikan peta kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
2.      Guru menjelaskan tentang peta kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
3.      Siswa diminta untuk mengamati dengan cermat
4.      Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok
5.      Guru kemudian menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Masing-masing kelompok akan membahas materi berikut, kelompok 1 memecahkan masalah yang terkait dengan ciri-ciri bangsa Proto Melayu, kelompok 2 terkait dengan keturunan suku bangsa Deutro Melayu, kelompok 3 terkait dengan hasil peninggalan bangsa Melanesoid.
6.      Masing-masing kelompok mendiskusikan materi yang sudah ditentukan.
7.      Guru meminta perwakilan dari salah satu kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok.
8 menit
3
Kegiatan Penutup
1.      Guru meminta salah satu kelompok untuk membacakan kesimpulan dari materi pembelajaran hari ini
2.      Guru dapat menanyakan apakah peserta didik sudah memahami materi tersebut
3.      Sebagai refleksi, guru bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung
4.      Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi selanjutnya
5.      Guru menutup pelajaran.
2 menit
Sumber Belajar
Buku sumber Sejarah SMK Kelas X :
·         Djoened Poesponegoro, Marwati dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
·         Soekmono. 2004. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: KANISIUS.
·         White board/papan flannel
·         Power point
·         LCD
·         Internet
·         Kartu pembelajaran
·         Peta Sejarah














Mengetahui,                                                                Jember, 23 Oktober 2014
Kepala SMK N 5 Jember                                            Guru Mata Pelajaran


     Hajar Riza Asyiyah, S.Pd
                                    


Drs. Rinoto, M.M
NIP. 19581222 198503 1 014                                       NIM    120210302051
               





ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
(PROTO MELAYU)
1.      Asal Usul Bangsa Proto Melayu
Proto Melayu atau Melayu Tua adalah istilah untuk Melayu "gelombang" pertama dari dua "gelombang" migrasi yang dulu diperkirakan terjadi dalam pendudukan Nusantara oleh penutur bahasa Austronesia. Teori ini tidak lagi diakui penggunaannya, karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak ada dasar arkeologis yang berarti yang menunjukkan adanya perbedaan antara Proto Melayu dan Deutero Melayu. Di Malaysia, istilah Proto-Melayu masih digunakan untuk sebuah suku yang bernama Orang Asli.
a)      Jalur kedatangan bangsa Proto Melayu
Bangsa Proto Melayu masuk Indonesia tahun 1500 sampai dengan 500 SM melalui jalan barat dan jalan timur. Jalan barat melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong.. Sementara jalan ke timur penyebarannya melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi..
b)     Ciri-ciri bangsa Proto Melayu
Bangsa Proto Melayu ini mempunyai cirri-ciri fisik kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang.
c)      Keturunan Suku Bangsa Proto Melayu
Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).
d)     Peninggalan Bangsa Proto Melayu
Peninggalan kebudayaannya adalah kapak lonjong dan dan kapak persegi yang merupakan hasil kebudayaan Neolitikum. Kapak lonjong dengan garis penampangnya memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong, kapak ini ada yang berukuran besar dan kecil. Pada umumnya kapak lonjong terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman, cara pembuatannya adalah dengan diumpan sampai halus. Kapak lonjong ini ditemukan oleh para ahli sejarah di daerah Maluku, Papua, dan sebagaian daerah Sulawesi Utara, sedangkan diluar wilayah Indonesia kapak lonjong ditemukan di kepulauan Filipina, Taiwan, dan Cina.
Pemberian nama kapak lonjong berdasarkan pada bentuk. Bentuk alat ini yaitu garis penampang memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong. Sedangkan bentuk kapaknya sendiri bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan di ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ada dua ukuran kapak lonjong yaitu ukuran yang besar disebut dengan walzeinbeil dan kleinbel untuk ukuran kecil. Kapak lonjong masuk ke dalam kebudayaan Neolitihikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua (Irian). Kapak ini ditemukan pula di daerah-daerah lainnya, yaitu di Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak.
Pemberian nama kapak persegi didasarkan pada bentuknya. Bentuk kapak ini yaitu batu yang garis irisannya melintangnya memperlihatkan sebuah bidang segi panjang atau ada juga yang berbentuk trapesium. Jenis lain yang termasuk dalam katagori kapak persegi seperti beliung atau pacul untuk yang ukuran besar, dan untuk ukuran yang kecil bernama tarah. Tarah berfungsi untuk mengerjakan kayu. Pada alat-alat tersebut terdapat tangkai yang diikatkan. Orang yang pertama memberikan nama Kapak Persegi yaitu von Heine Geldern. Daerah-daerah tempat ditemukannya kapak persegi yaitu di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Batu api dan chalcedon merupakan bahan yang dipakai untuk membuat kapak persegi. Kapak persegi kemungkinan sudah menjadi barang yang diperjualbelikan.



Lembar Diskusi Siswa (LDS)
Judul                           : Asal usul Nenek Moyang Bangsa Proto Melayu
Mata Pelajaran            : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester            : X/1
Waktu                         : 1 X15 menit (1 kali pertemuan)
Nama Kelompok         :
1.       
2.       
3.       
4.       
5.       
6.       
Soal !
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1.      Sebutkan dengan lengkap ciri bangsa Proto Melayu !
2.      Sebutkan macam-macam keturunan suku bangsa Proto Melayu !

3.      Sebut dan jelaskan hasil peninggalan bangsa Proto Melayu !             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.