PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh :
HAJAR
RIZA ASYIYAH (120210302051)
KELAS
B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)
A.
Hakekat
Metode Problem Based Instruction
Esensi
PBI memperkenalkan kepada siswa tentang situasi masalah yang sebenarnya dan
bermakna yang dapat sebagai sarana untuk investigation
(penyelidikan) dan inquiry
(pemeriksaan). Berdasarkan prinsip tersebut dapat dinyatakan bahwa PBI
merupakan salah satu pendekatan untuk siswa aktif (active learning). Teori-teori pendukung PBI adalah : Teori Dhewey
dan kelas yang demokratis, Teori Piaget, Teori Vygotsky, Teori Bruner (Discovery Learning).
Problem Based Instruction (PBI)
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1966, oleh Faculty of Health of Mc Master
University di Kanada (Trianto,2007) perkembangan Problem Based Instruction
(PBI) di pengaruhi oleh tiga fikiran utama yaitu:
1. John Dewey dan kelas Demokrasi. John
Dewey dalam Ibrahim & Nur (2000:15) mengemukakan pandangan pentingnya
demokrasi dan pendidikan, siswa dalam pandngan Dewey hendaknya diberi kebebasan
untuk menganalisis masalah intelektual dan sosial yang ada dalam masyarakat,
kemudian memecahkan permaslahan di sekolah. Pandangan Dewey merupakan pandangan
filosofis perkembangan Problem Based Instruction (PBI).
2. Piaget, Vygotsky dan kontruktivisme.
Jean Piaget dalam Ibrahim & Nur (2000:17) mengemukakan pandangan mengenai
kontruktivis-kognitif, menurut Piaget siswa dalam segala usia aktif dalam
memperoleh informasi dan pembangunan pengetahuan sendiri. Pengetahuan akan
bertambah dan berubah (termodifikasi) jika melalui pengalaman baru. Menurut
Piaget dalam Ibrahim & Nur (2000:17) pedagogi yang baik harus melibatkan
pemberian anak dengan situasi-situasi dimana anak itu mandiri melakukan
eksperimen, dalam arti yang paling luas dari itu, dan mencoba sesuatu untuk
melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda-tanda, memanipulasi simbol,
mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang
ditemukan dengan tean yang lain, dan membandingkan temuan dengan teman yang
lain. Vygotsty dalam pembelajaran mempunyai pemikiran yang sama dengan Piaget
tetapi lebih menekankan pada interaksi sosial, menurut Vygotsty interaki sosial
dengan guru maupun teman sejawat penting dalam memacu terbentuknya ide baru
maupun memperkaya perkembangan intelektual siswa. Teori perkembangan
kontruktivisme-kognitif dasar ilmiah untuk Problem
Based Instruction (PBI).
3. Bruner dalam Pembelajaran Penemuan.
Jerome Bruner mengemukakan teori pembelajaran penemuan, teori ini menyatakan
bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. Teori
pembelajaran Bruner menemukan pada penalaran induktif dan inkuiri yang
merupakan ciri pendekatan ilmiah. Tidak seperti pada pembelajaran langsung
dimana siswa diberikan ide-ide tetapi dengan memberikan pembelajaran
berdasarkan masalah atau penemuan dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk menemukan teori mereka sendiri.
Ciri
pembelajaran PBI adalah (a) memberikan pertanyaan atau masalah, (b) difokuskan
pada interdisipliner ilmu, (c) investigasi sebenarnya, (d) kolaborasi, dan (e)
hasil kerja siswa dalam bentuk artifacts
dan exhibits (artifacts adalah benda atau barang hasil kecerdasan manusia,
seperti perkakas, senjata, dan lain-lain, sedangkan exhibits adalah barang atau kemampuan yang dapat dipamerkan).
Istilah-istilah lain Problem-Based
Instruction adalah Project-Based Teaching,
Experiented-Based
Education, Authentic Learning, Anchored Instruction, dan Problem-Based
Learning.
PBI
mengorganisasi pembelajaran antara pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah
(baik secara personal dan social) sehingga penting dan bermakna bagi siswa. PBI
menunjukkan sesuatu yang sebenarnya, situasi kehidupan nyata yang menghindari
jawaban sederhana dan hanya melengkapi jawaban yang sudah ada. Walaupun mungkin
dalam PBI terfokus pada mata pelajaran tertentu (sains, matematika, dan
social), investigasi masalah yang actual harus dipilih. Dalam melakukan
investigasi untuk mencari jawaban masalah, tidak jarang siswa memerlukan
penyelidikan di berbagai bidang studi (interdisciplinary
focus). Misalnya ketika siswa memecahkan masalah tentang polusi, maka diperlukan
kajian bidang biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintah.
PBI
mengharuskan bahwa siswa melaksanakan penyelidikan sebenarnya untuk mencari
jawaban sebenarnya dari permasalahan nyata yang diberikan. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis (dugaan) dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika sesuai), menyimpulkan, dan menggambarkan kesimpulan. Investigasi yang
dilaksanakan tergantung pada kompleks tidaknya, sulit mudahnya, dan lama
tidaknya permasalahan yang dipelajari.
PBI
mengharuskan siswa untuk mengkonstruk bentuk-bentuk presentasi yang dapat menjelaskan
jawaban mereka (melalui artifact dan exhibits). Hasilnya dapatberupa laporan,
model fisik, video atau program computer. Jika ingin dideskripsikan setelahnya,
siswa dapat merancang demonstrasi lebih lanjut tentang apa yang akan mereka
pelajari, sehingga hasil tersebut dapat dipergunakan dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang serupa dengan menyediakan alternatif lain.
Sebagaimana
cooperative learning, PBI juga
dikarakteristikkan oleh bekerjasamanya siswa dengan yang lain dalam pasangan
atau kelompok kecil. Dengan bekerjasama akan memotivasi siswa saling terlibat
dan saling menyempurnakan dalam menyelesaikan tugas yang kompleks. Disamping
itu juga untuk meningkatkan kesempatan saling share (berbagi) dalam memeriksa dan berdialog. Begitu pula untuk
pengembangan berfikir dan kemampuan social.
PBI
tidak didesain untuk membantu guru dalam hal menyampaikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI didesain utamanya untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan kemampuan intelektual,
belajar peran orang dewasa melalui pengalaman melalui situasi nyata maupun
simulasi, dan menjadi tidak tergantung, belajar otodidak.
Sintaksis
PBI
biasanya berisi 5 fase utama yang dimulai dengan orientasi guru yang
mengarahkan siswa tentang situasi masalah dan akhirnya presentasi dan analisis
hasil pekerjaan dan artifacts siswa. Jika masalah yang diberikan skopnya
sempit, maka 5 fase diselesaikan dalam satu periode di kelas, namun jika skop
masalahnya luas dan kompleks, mungkin memerlukan waktu yang lebih banyak.
Lingkungan Belajar dan Sistem
Manajemen
Lingkungan
belajar dan system manajemen PBI adalah open (terbuka), proses demokrasi, dan
siswa aktif. Seluruh proses pada dasarnya membantu siswa untuk independent,
siswa yang otodidak percaya diri dengan kemampuan intelektualnya, aktif dalam
keterlibatan pembentukan intelektualnya sendiri, dan lingkungan yang
berorientasi pada inquiry.
B.
Alasan
Memilih Metode Problem Based Instruction
Menurut
pendapat saya, metode pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) ini cocok digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sejarah dengan cara melatih siswa mencari tahu dan mebangun
sendiri pengetahuannya tentang materi yang pada saat itu sedang diajarkan.
Selain itu dengan menggunakan metode ini siswa akan diajari untuk memecahkan
suatu permasalahan yang ada. Metode ini merupakan metode yang mengacu pada pendekatan saintifik sehingga sesuai
diterapkan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013.
C.
Langkah-Langkah
Metode Problem Based Instruction
Sintak PBI
Fase
|
Aktivitas
Guru
|
Fase
1
Mengarahkan siswa kepada masalah
|
Guru memeriksa tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
pentingnya pemenuhan logistic, dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri
dalam aktivitas problem solving yang dipilih sendiri.
|
Fase
2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas-tugas yang ada kaitannya dengan masalah.
|
Fase
3
Membantu independent dan group
investigation (penyelidikan kelompok)
|
Guru mendorong siswa untuk menyimpan
informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, dan mencari
penjelasan-penjelasan dan jawaban-jawaban
|
Fase
4
Mengembangkan dan mempresentasikan
artifacts dan exhibits
|
Guru menbantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan artifacts yang sesuai, seperti laporan, video, dan model-model
dan membantu mereka share dengan temannya.
|
Fase
5
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk merefleksi
investigasi mereka dan proses yang mereka pergunakan.
|
Melaksanakan Pembelajaran Problem
Based Instruction
Dalam melaksanakan PBI, langkah-langkah
pembelajaran mengacu pada sintaks, lingkungan belajar dan system manajemen.
Merencanakan Tugas-Tugas
1. Menentukan
tujuan. PBI dapat didesain untuk membantu menuju beberapa keberhasilan, seperti
meningkatkan intelektual dan kemampuan investigasi, memahami peran orang
dewasa, dan membantu siswa untuk dapat belajar otodidak.
2. Mendesain
situasi masalah yang sesuai. Situasi masalah yang baik adalah yang otentik,
membuat “bingung” (puzzling), dan ill
defined, memungkinkan kolaborasi, bermakna dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
Tugas-Tugas Interaktif
1. Mengarahkan
siswa kepada masalah. Siswa perlu diberitahu bahwa PBI tidak memberika suatu
informasi baru yang luas, melainkan untuk menginvestigasi masalah yang penting
dan menjadi siswa yang belajar secara independent.
Cara bagus untuk mempresentasikan masalah adalah dengan discrepant event (situasi dimana hasilnya diluar dugaan dan
mengejutkan) yang menciptakan suatu pengertian misteri dan keinginan untuk
memecahkan masalah.
2. Mengorganisasi
siswa untuk belajar. Belajar investigasi dapat dibentuk antar teman dekat atau
berdasarkan pada kesamaan social atau kepandaian.
3. Membantu
independent dan investigasi kelompok.
4. Mengembangkan
dan mempresentasikan artifacts dan exhibits.
5. Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Lingkungan Belajar dan Manajemen
Tugas
Berikut diberikan beberapa hal penting
terkait dengan lingkungan belajar dan manajemen tugas dalam PBI, antara lain:
1. Berhadapan
dengan situasi multitask (tugas banyak)
2. Lakukan
penyesuaian ke level penyelesaian berbeda
3. Memonitor
dan mengatur kerja siswa
4. Mengatur
materi dan peralatan
5. Mengatur
pergerakan dan tingkah laku siswa, jika kegiatan diluar kelas
Kelebihan Metode
Problem Based Instruction
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4. Siswa berperan aktif dalam KBM
5. Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab
mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
6. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
7.
Pembelajaran lebih
bermakna
8.
Siswa dapat
merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang diselesaikan
merupakan masalah sehari-hari
9.
Menjadikan siswa
lebih mandiri
10. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain
11. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih
mengemukakan pendapat
Kelemahan Metode Problem Based Instruction
1. Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak
dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
ini.
4.
Membutuhkan waktu
yang banyak
5. Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI
6.
Membutuhkan
fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi
untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
7. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih
matang.
8. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya
maksimal 30 siswa perkelas.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan
Pendidikan : SMK/MAK
Mata
Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Pertemuan : 1 x 15 menit (1 kali
pertemuan)
Materi
Pokok : Asal Usul Nenek Moyang
Bangsa Proto Melayu
Kompetensi Inti
1. Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4.4 Mengolah,
menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1 Mengahayati
keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.
2.1 Menunjukkan
sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman
pra-aksara, Hindu Budha dan Islam.
3.3 Menganalisis
asal usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutro Melayu dan Melanesoid)
3.3.3
Menganalisis jalur masuk kedatangan
bangsa Proto Melayu
3.3.4
Menganalisis ciri-ciri bangsa Proto
Melayu
3.3.5
Menganalisis keturunan suku bangsa Proto
Melayu
3.3.6
Menganalisis hasil peninggalan bangsa Proto
Melayu
4.3 Menyajikan
kesimpulan-kesimpulan dari informasi mengenai asal usul nenek moyang bangsa
Indonesia (Proto, Deutro Melayu dan Melanesoid) dalam bentuk lisan.
Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran siswa dapat
:
·
Menganalisis jalur masuk kedatangan bangsa
Proto Melayu
·
Menganalisis ciri-ciri bangsa Proto
Melayu
·
Menganalisis keturunan suku bangsa Proto
Melayu
·
Menganalisis hasil peninggalan bangsa Proto
Melayu
Materi Pembelajaran
·
Jalur masuk kedatangan bangsa Proto
Melayu
·
Ciri-ciri bangsa Proto Melayu
·
Keturunan suku bangsa Proto Melayu
·
Hasil peninggalan bangsa Proto Melayu
Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Instruction)
Media, Alat dan Sumber Belajar
Alat/bahan : peta
Sumber belajar : buku Sejarah Indonesia kelas X
serta buku-buku penunjang lainnya
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Pembelajaran ini secara umum dibagi tiga
tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup
No
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Alokasi Waktu
|
1
|
Kegiatan
Pendahuluan
1. Guru
memimpin doa
2. Guru
bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan
alat serta buku yang diperlukan.
3. Guru
menyampaikan topik pembelajaran dan tujuan serta kompetensi yang perlu
dimiliki kepada siswa
4. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
|
5 menit
|
2
|
Kegiatan
Inti
1.
Guru membagikan peta kedatangan
nenek moyang bangsa Indonesia
2.
Guru menjelaskan tentang peta
kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
3.
Siswa diminta untuk mengamati
dengan cermat
4.
Guru membagi siswa menjadi 3
kelompok
5.
Guru kemudian menjelaskan cara
kerja masing-masing kelompok. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan
pembelajaran berbasis masalah. Masing-masing kelompok akan membahas materi
berikut, kelompok 1 memecahkan masalah yang terkait dengan ciri-ciri bangsa
Proto Melayu, kelompok 2 terkait dengan keturunan suku bangsa Deutro Melayu,
kelompok 3 terkait dengan hasil peninggalan bangsa Melanesoid.
6.
Masing-masing kelompok mendiskusikan
materi yang sudah ditentukan.
7.
Guru meminta perwakilan dari
salah satu kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok.
|
8 menit
|
3
|
Kegiatan
Penutup
1. Guru
meminta salah satu kelompok untuk membacakan kesimpulan dari materi
pembelajaran hari ini
2. Guru
dapat menanyakan apakah peserta didik sudah memahami materi tersebut
3. Sebagai
refleksi, guru bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja
berlangsung
4. Guru
memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi selanjutnya
5. Guru
menutup pelajaran.
|
2 menit
|
Sumber Belajar
Buku
sumber Sejarah SMK Kelas X :
·
Djoened Poesponegoro, Marwati dan
Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah
Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
·
Soekmono. 2004. Pengantar Sejarah
Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: KANISIUS.
·
White board/papan flannel
·
Power point
·
LCD
·
Internet
·
Kartu pembelajaran
·
Peta Sejarah
Mengetahui, Jember,
23 Oktober 2014
Kepala
SMK N 5 Jember Guru
Mata Pelajaran
Drs. Rinoto, M.M
NIP. 19581222 198503 1 014 NIM 120210302051
ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
(PROTO MELAYU)
1.
Asal Usul Bangsa Proto
Melayu
Proto
Melayu atau Melayu Tua adalah istilah untuk Melayu
"gelombang" pertama dari dua "gelombang" migrasi yang dulu
diperkirakan terjadi dalam pendudukan Nusantara oleh penutur bahasa Austronesia. Teori ini tidak lagi diakui
penggunaannya, karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak
ada dasar arkeologis yang berarti yang menunjukkan adanya perbedaan antara Proto
Melayu dan Deutero Melayu. Di Malaysia, istilah Proto-Melayu
masih digunakan untuk sebuah suku yang bernama Orang Asli.
a)
Jalur kedatangan bangsa
Proto Melayu
Bangsa Proto Melayu masuk
Indonesia tahun 1500 sampai dengan 500 SM melalui jalan barat dan jalan timur.
Jalan barat melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi,
dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong.. Sementara jalan ke timur
penyebarannya melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa,
dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi..
b) Ciri-ciri bangsa Proto Melayu
Bangsa
Proto Melayu ini mempunyai cirri-ciri fisik kulit sawo matang, rambut lurus,
badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang.
c)
Keturunan Suku Bangsa
Proto Melayu
Yang
termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak
(Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat
Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).
d) Peninggalan Bangsa Proto Melayu
Peninggalan
kebudayaannya adalah kapak lonjong dan dan kapak persegi yang merupakan hasil
kebudayaan Neolitikum. Kapak
lonjong dengan garis
penampangnya memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong, kapak ini ada
yang berukuran besar dan kecil. Pada umumnya kapak lonjong terbuat dari batu
kali yang berwarna kehitam-hitaman, cara pembuatannya adalah dengan diumpan
sampai halus. Kapak lonjong ini ditemukan oleh para ahli sejarah di
daerah Maluku, Papua, dan sebagaian daerah Sulawesi Utara, sedangkan diluar
wilayah Indonesia kapak lonjong ditemukan di kepulauan Filipina, Taiwan, dan
Cina.
Pemberian
nama kapak lonjong berdasarkan pada bentuk. Bentuk alat ini yaitu garis
penampang memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong. Sedangkan bentuk
kapaknya sendiri bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai
dan di ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ada dua ukuran kapak
lonjong yaitu ukuran yang besar disebut dengan walzeinbeil dan kleinbel
untuk ukuran kecil. Kapak lonjong masuk ke dalam kebudayaan
Neolitihikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua (Irian).
Kapak ini ditemukan pula di daerah-daerah lainnya, yaitu di Seram, Gorong,
Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak.
Pemberian
nama kapak persegi didasarkan pada
bentuknya. Bentuk kapak ini yaitu batu yang garis irisannya melintangnya
memperlihatkan sebuah bidang segi panjang atau ada juga yang berbentuk
trapesium. Jenis lain yang termasuk dalam katagori kapak persegi seperti
beliung atau pacul untuk yang ukuran besar, dan untuk ukuran yang kecil bernama
tarah. Tarah berfungsi untuk mengerjakan kayu. Pada alat-alat tersebut terdapat
tangkai yang diikatkan. Orang yang pertama memberikan nama Kapak Persegi yaitu von Heine Geldern. Daerah-daerah
tempat ditemukannya kapak persegi yaitu di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Batu api dan chalcedon merupakan bahan yang dipakai untuk membuat kapak
persegi. Kapak persegi kemungkinan sudah menjadi barang yang diperjualbelikan.
Lembar
Diskusi Siswa (LDS)
Judul : Asal usul Nenek
Moyang Bangsa Proto Melayu
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Waktu : 1 X15 menit (1 kali
pertemuan)
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Soal
!
Jawablah
pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Sebutkan
dengan lengkap ciri bangsa Proto Melayu !
2. Sebutkan macam-macam keturunan suku bangsa Proto
Melayu !
3. Sebut dan jelaskan hasil peninggalan bangsa
Proto Melayu !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar