Kamis, 25 Desember 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.




Oleh
HAJAR RIZA ASYIYAH   (120210302051)
KELAS B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A.    Hakekat Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok dikembangkan oleh Sholomo dan Yael Sharon di Universitas Tel Aviv (Slavin, 1955:11). Investigasi kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Seperti pada strategi belajar kooperatif lainnya, investigasi kelompok menggunakan atau memanfaatkan bantuan dan kerjasama siswa sebagai alat dasar belajar. Satu hal yang berbeda bahwa investigasi kelompok mempunyai focus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu objek atau topic khusus (Eggen & Kauchak, 1996:304).
Investigasi kelompok dikembangkan berdasarkan pada pendapat beberapa pemikir pendidikan terdahulu. John Dewey (dalam Eggen & Kauchan, 1996:304) memandang kelas sebagai mikrokosmos dari masyarakat. Sekolah perlu membantu siswa untuk belajar bekerjasama dengan siswa yang lain dalam suatu proyek yang bermakna, sehingga siswa dapat melakukan hal yang sama dalam masyarakat. Peran guru dalam proses ini adalah membantu siswa untuk mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang bermakna bagi siswa. Investigasi kelompok diyakini dapat mencapai tujuan tersebut.
Herbert Thelen (dalam Eggen & Kauchak, 1996:304) adalah ahli pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan model investigasi kelompok. Thelen menekankan pentingnya penemuan secara aktif dalam belajar siswa. Belajae menurutnya akan sangat efektif jika melibatkan pencarian jawaban atau selesaian terhadap suatu pertanyaan atau masalah. Seperti Dhewey, Thelen berpendapat bahwa penemuan akan sangat bermakna jika dilakukan dalam konteks social. Investigasi kelompok menyediakan kesempatan pada siswa untuk mengejar pertanyaan yang bermakna dari teman-temannya jika berada dalam kelompok.
Sharon dan Sharon (dalam Eggen & Kauchak, 1996:304) telah menggunakan investigasi kelompok untuk meningkatkan kohesi social antar kelompok yang berbeda. Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa investigasi kelompok dapat menjadi efektif dalam membantu siswa dari berbagai latar belakang berbeda untuk belajar bekerjasama. Investigasi kelompok menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenal dirinya sendiri dan orang lain.
Guru yang menggunakan investigasi kelompok paling sedikit mempunyai tiga tujuan yang saling berkaitan. Pertama, investigasi kelompok membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topic secara sistematik dan analitik. Hal ini berakibat pada pengembangan keterampilan penemuan dan membantu untuk mencapai tujuan. Kedua, yaitu pemahaman yang mendalam terhadap topic yang diberikan. Ketiga, dalam investigasi kelompok siswa belajar bagaimana bekerja secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Belajar untuk bekerja sama merupakan keterampilan (life skill) yang berharga dalam bidang bermasyarakat. Jadi guru dalam menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok dapat mencapai tiga hal yaitu siswa belajar dengan penemuan, belajar isi, dan belajar untuk bekerja secara kooperatif.
B.     Alasan Memilih Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Alasan saya memilih model pembelajaran investigasi kelompok ini karena model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. Melalui negosiasi para siswa belajar pengetahuan akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial.
Dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif. Jadi menurut pendapat saya, model pembelajaran investigasi kelompok ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran sejarah yang mengacu pada pendekatan saintifik dan konstruktivisme dalam penerapan Kurikulum 2013.
C.    Langkah-Langkah Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Setiawan (2006:10) mendeskripsikan fase-fase dalam pembelajaran GI yaitu sebagai berikut:
1.      Fase membaca, menerjemahkan, dan memahami masalah. Pada fase ini siswa harus memahami permasalahnnya dengan jelas. Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam kelompoknya, yang kemudian didiskusikan dengan kelompok lain. Jadi pada fase ini siswa memperlihatkan kecakapan bagaimana ia memulai pemecahan suatu masalah, dengan:
·         Menginterpretasikan soal berdasarkan pengertiannya
·         Membuat suatu kesimpulan tentang apa yang harus dikerjakannya.
2.      Fase pemecahan masalah. Pada fase ini mungkin siswa menjadi bingung apa yang harus dikerjakan pertama kali, maka peran guru sangat diperlukan, misalnya memberikan saran untuk memulai dengan suatu cara, hal ini dimaksudkan untuk memberikan tantangan atau menggali pengetahuan siswa, sehingga mereka terangsang untuk mecoba mencari cara-cara yang mungkin untuk digunakan dalam pemecahan soal tersebut, misalnya dengan membuat gambar, mengamati pola atau membuat catatan-catatan penting. Pada fase ini siswa diharapkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
·         Mendiskusikan dan memilih cara atau strategi untuk menangani permasalahan
·         Memilih dengan tepat materi yang diperlukan
·         Menggunakan berbagai macam strategi yang mungkin diterapkan
·         Mencoba ide-ide yang mereka dapatkan pada fase pertama
·         Memilih cara-cara yang sistematis
·         Mencatat hal-hal penting
·         Bekerja secara bebas atau bekerja bersama-sama (atau kedua-duanya)
·         Bertanya kepada guru untuk mendapatkan gambaran strategi untuk penyelesaian
·         Membuat kesimpulan sementara
·         Mengecek kesimpulan sementara yang didapat sehingga yakin akan kebenarannya
3.      Fase menjawab dan mengkomunikasikan jawaban. Setelah memecahkan masalah, siswa harus diberikan pengertian untuk mengecek kembali hasilnya, apakah jawaban yang diperoleh itu cukup komunikatif atau dapat dipahami oleh orang lain, baik tulisan, gambar, ataupun penjelasannya. Pada intinya fase ini siswa diharapkan berhasil:
·         Mengecek hasil yang diperoleh
·         Mengevaluasi pekerjannya
·         Mencatat dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh dengan berbagai cara
·         Mentransfer keterampilan untuk diterapkan pada persoalan yang lebih kompleks
Sejalan dengan pendapat Setiawan di atas, Sharen et.al (Krismanto, 2003:8) mendisain model pembelajaran investigasi kelompok menjadi enam tahapan, yaitu:
1)      Tahap mengidentifikasi topik dan pengelompokan. Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok pada pembelajaran ini heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
2)      Tahap merencakan penyelidikan kelompok. Para siswa beserta guru merencakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah pertama.
3)      Tahap melaksakan penyelidikan. Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika deperlukan.
4)      Tahap menyiapkan laporan akhir. Para siswa menganalisis dan mengsintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c. dan merencakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yan menarik di depan kelas.
5)      Tahap menyajikan laporan. Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
6)      Tahap evaluasi. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok dan bahkan kedua-duanya
4.      Kelebihan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
·         Secara Pribadi :
a)      Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
b)      Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
c)      Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
d)     Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
·         Secara Sosial/Kelompok
a)      Meningkatkan belajar bekerja sama
b)      Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
c)      Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
d)     Belajar menghargai pendapat orang lain
e)      Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
5.      Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
a)      Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
b)      Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c)      Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran investigasi kelompok, model pembelajran investigasi kelompok cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
d)     Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran investigasi kelompok tersebut, jelas bahwa model pembelajaran investigasi kelompok mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama (Setiawan, 2006:9).
Hal ini sesuai dengan pendapat Pieget (Sagala, 2007:24) bahwa dalam proses perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak terjadi proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi merupakan penyesuaian atau mencocokan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui. Sedangkan proses akomodasi adalah anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik. Sementara itu menurut Suherman (2003:36) bahwa proses asimilasi dan akomodasi merupakan perkembangan skemata. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak.
Kemudian jika dilihat dari fase-fse pembelajaran investigasi kelompok, terlihat adanya proses interaksi antara siswa dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara berkelompok dalam menyelidiki, menemukan, dan memecahkan masalah. Dengan demikian diharapkan kompetensi penalaran siswa dapat lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Pieget (Sagala, 2007:190) bahwa pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat distimulasi oleh konfrontasi kritis, khususnya dengan teman-teman setingkat. Oleh karena itu diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok ini, kompetensi penalaran siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran secara ekspositori.
DAFTAR PUSTAKA
Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center for Society Studies (CSS).

Anonim. 2011. Model Pembelajaran Group Investigation (GI). Dalam http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.