Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh :
HAJAR
RIZA ASYIYAH (120210302051)
KELAS
B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Berpikir Ilmiah” dengan tepat
waktu. Penulisan makalah ini, kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata
Belajar Mengajar kuliah Strategi Bidang Studi.
Terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Suranto, M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi. Kami juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan
motivasi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah
ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Jember,
Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir merupakan ciri utama manusia yang
membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia mengembangkan
berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam
keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam
memecahkan masalah. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi
berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran
yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya,
sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola dan sarana
tertentu secara teratur.
Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan
langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis,
pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua
langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut
harus didukung dengan alat atau sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang
kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Berpikir
ilmiah merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka
bumi. Manusia diberi akal untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya
sendiri. Namun demikian, berpikir yang benar adalah berpikir melalui metode
ilmiah, sehingga hasil akan benar pula. Oleh karena itu penting untuk dikaji
tentang berpikir ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah pengertian berpikir ilmiah?
1.2.2
Bagaimanakah ciri-ciri berpikir ilmiah?
1.2.3
Bagaimanakah langkah-langkah berpikir
ilmiah?
1.2.4
Apakah kelebihan dan kelemahan berpikir
ilmiah?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian berpikir
ilmiah.
1.3.2
Untuk mengetahui ciri-ciri berpikir
ilmiah.
1.3.3
Untuk mengetahui langkah-langkah
berpikir ilmiah.
1.3.4
Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan
berpikir ilmiah.
1.4 Manfaat
Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk
menambah wawasan atau pengetahuan bagi pembaca tentang berpikir ilmiah sehingga
dapat diaplikasikan dalam kehiduapan sehari-hari.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berpikir Ilmiah
Berpikir merupakan sebuah proses yang
membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam
mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau
kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang
di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum.
Menurut Salam (1997:139), pengertian
berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:
·
Proses atau aktivitas
manusia untuk menemukan atau mendapatkan
ilmu.
·
Proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Berpikir
merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir
ilmiah adalah kegiatan (akal) yang menggabungkan induksi dan deduksi. Metode berpikir ilmiah tidak lepas
dari fakta kejadian alam yang kebenarannya selalu ada hubungannya dengan hasil
uji eksperimental. Jika suatu teori tidak bisa dibuktikan dengan uji
eksperimental maka dikatakan bahwa teori itu tidak bisa diyakini kebenarannya
karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains.
(Goldstein, 1980)
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran
atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu.
Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus
melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam
berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang didalamnya
menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan
untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.
Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di
lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah.
Berpikir ilmiah juga sangat penting
dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan
sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai
dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan
suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan
berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu
menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap
pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak
berpendapat yang omong kosong. Setiap manusia disamping berpikir
ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang
yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan
diterima oleh semua orang.
Manfaat berpikir ilmiah, yaitu sebagai
berikut :
a)
Seseorang yang
selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah percaya terhadap sesuatu.
b)
Pendapatnya akan
dapat dipercaya dan diterima orang lain.
c)
Dalam memecahkan
masalah tidak dengan emosi.
Berpikir imiah
bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang sungguh-sungguh.
Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana seseorang yang tidak akan
membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah namun
semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu dalam hal ini
adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir sungguh-sungguh adalah
cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan
antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing – masing penalaran ini
berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme.
1.
Metode
Induksi
Metode Induksi adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang
bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individu) menuju kepada hal
yang besifat umum (universal). Jadi cara induksi dimulai dari penelitian
tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan
abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan umu.
Metode induksi ini memang paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun,
utamanya ilmu pengetahuan alam, yang dijalankan dengan cara observasi
dan eksperimentasi. Jadi metode ini berdasarkan kepada fakta – fakta
yagn dapat diuji kebenarannya.
2.
Metode
Deduksi
Metode deduksi adalah dkebalikan dari induksi. Kalau induksi
bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, maka metode deduksi
sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal)
kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus. Cara deduksi
ini banyak dipakai dalam logika klasik Aristoteles, yaitu dalam
membentuk Syllogisme yang menarik kesimpulan berdasarkan atas dua premis
mayor dan minor sebelumnya. Contohnya yang paling klasik :
·
Semua
manusia bisa mati
·
Socrates adalah manusia
·
Jadi,
Socrates bisa mati
Dari apa yang diuraikan diatas terlihat bahwa antara Induksi
dan Deduksi (meskipun kelihatannya bertentangan) mempunyai kaitan yang erat.
Kaitan itu dapat dilihat pada kenyataan bahwa kesimpulan umum yang diperoleh
dengan jalan Induksi (misalnya semua logam dapat memuli bila dipanasi) dapat
dijadikan sebagai titik tolak bagi analisa Deduktif. Seperti yang dikatakan
oleh John Stuart Mill, dalam bukunya “ A system of logic “, bahwa
setiap tangga besar didalam deduksi memerlukan deduksi bagi penyususn pikiran
mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi kedua-duanya bukan
merupakan bagian yang saling tepisah tapi sebetulnya saling menyokong seperti
aur dengan tebing.
Memang terdapat kritikan terhadap metode ilmiah ini,
khususnya pada apa yang disebut general truth, yaitu kesimpulan umum
yang terdapat dari hasil penyelidikan atau metode berpikir induktif. David
Home, seorang filosof skotlandia, menekankan bahwa dari sejumlah
fakta betapun banyaknya dan betapun besarnya secara logis tidak pernah
diperoleh atau disimpulkan suatu kebenaran umu (general truth).
Alasannya, karena tidak pernah ada keharusan logis bahwa fakta-fakta yang
sampai sekarang selalu berlangsugn dengan cara yagn sama, besok juga akan
terjadi dengan sama pula. Misalnya, tidak ada kepastian logis bahwa besok pagi
matahari akan terbit dari timur. Sehingga dari kejadian-kejadian masa lampau
tidak pernah dapat disimpulkan sesuatu pun tentang masa depan.
Kritikan ini pernah dijawab oleh Karl R. Popper, seorang
filosof inggris abad XX ini, dengan mengatakan bahwa sesuatu ucapan atau teori
tidak bersifat ilmiah karena sudah dibuktikan, melainkan karena dapat diuji (testable).
Ucapan “semua logam akan memuai kalau dipanasi” dapat dianggap ilmiah kalau
dpat diuji dengan percobaan-percobaan sistematis untuk menyangkalnya. Dan kalau
suatu toeri tetap tahan setelah diuji, maka berarti bahwa kebenarannya diperkokoh
(corroborasion). Makin besar kemungkinan untuk menguji dan menyangkal
suatu etori, makin koloh pula kebenarannya jika toeri itu bertahan terus.
2.2 Ciri-ciri Berpikir Ilmiah
Cara
berpikir itu tidak saja terkait dalam kegiatan riset, atau pada saat mengikuti
perkuliahan di ruang kelas, tetpi juga dalam segala tindakan sehari-hari. Ada
empat ciri berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut :
1.
Harus obyektif
Seorang ilmuwan
dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir
obyektif selalu menggunakan data yang benar. Disebut sebagai data yang benar,
apabila data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar. Sebaliknya data yang tidak benar oleh karena
diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya data
yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak
kurang dan tidak lebih.
Ternyata untuk
mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data
palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari
data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu
sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena
mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti
ini, maka seorang yang berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.
2.
Rasional
atau Masuk Akal
Seorang
berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa
mengenali kejadian atau peristiwa mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala
sesuatu selalu mengikuti hukum sebab dan
akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi
berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi
marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab
itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar
kebiasaan, atau tidak masuk akal.
Orang
berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak
masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu
berikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu
tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu
atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka
seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti
itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
3.
Terbuka
Ia selalu memposisikan
diri bagaikan gelas yang terbuka dan
masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap
mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga
data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera
menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu
mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak
akan tertutup dan apalagi menutup diri.
4.
Berorientasi pada Kebenaran
Seorang
yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah.
Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan
dirinya merasa rendah. Seorang yang
berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan.
Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir
ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak
bersikap emosional, subyektif, dan tertutup.
Jadi,
berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya pendapat atau tindakannya
melalui penelitian; pendapatnya sesuai kebenaran; terdapat data-data atau bukti
dalam menunjukkan hasilnya; dan tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar
pendapat.
2.3 Langkah-langkah Berpikir Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific
method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris,
dan terkontrol. Langkah-Langkah Metode
Ilmiah :
1. Merumuskan masalah.
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan
kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam
bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan
memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya. Permusan
masalah adalah sebuah keharusan.
- Merumuskan hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang
masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam
metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting.
Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya
dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang
peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan
hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang
benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
- Mengumpulkan data.
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari
tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan
data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan
pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung
pada data yang dikumpulkan.
- Menguji hipotesis.
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban
sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada
hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau
langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan
hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
- Merumuskan kesimpulan.
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah
metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus
bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau
simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas.
Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah
yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena
banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada
hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
2.4 Kelebihan
dan Kelemahan Berpikir Ilmiah
Metode
berpikir ilmiah memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan-kelebihan
berpikir ilmiah, diantaranya:
1.
Metode ilmiah
lebih bisa dipertanggung jawabkan, dikarenakan adanya bukti-bukti yang konkret
dan ada ukuran yang jelas;
2.
Jelas, dapat di
buktikan dan dapat diamati langsung oleh alat indra pada manusia;
3.
Dapat dijadikan
satuan atau tolok ukur untuk penelitian-penelitian selanjutnya, bila tidak
terdapat kesalahan;
4.
Mengajarkan pada
manusia untuk menatap realita dan segala sesuatu yang ada;
5.
Operasional,
dapat di gunakan dan di amalkan dalam kehidupan keseharian; dan
6.
Logis, karena
dapat di buktikan oleh semua orang.
Adapun kelemahan-kelemahan dari berpikir ilmiah yaitu yang pertama, metode berpikir ilmiah tidak
dapat digunakan kecuali pada kajian objek-objek material yang dapat diindra.
Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara
memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang
bukan kondisi dari faktor yang asli. Melakukan pengamatan terhadap materi
tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun
yang telah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian
ditarik suatu kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera.
Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya
penghapuasan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan
mengabaikan keberadaannya. Kemudian
memulai pengematan dan percobaan
atas materi. Setelah melakuakan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya
adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan
kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak
pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga
diungkapkan dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu menyadari bahwa
masalah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat
dalam dunia fisik yang nyata. Secara entologi, ilmu membatasu dirinya pada
pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang
membedakan antara ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup permasalahan yang
dihadapinya juga menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan masalah
tersebut”.
BAB
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir
merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir Ilmiah
merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan
dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain.
Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan
menyangkut kebenaran.
Berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran
secara deduktif dan induktif. Masing – masing penalaran ini berkaitan erat
dengan rasionalisme atau empirisme. Cara berpikir itu
tidak saja terkait dalam kegiatan riset, atau pada saat mengikuti perkuliahan
di ruang kelas, tetpi juga dalam segala tindakan sehari-hari. Ada empat ciri
berpikir ilmiah, yaitu harus obyektif, rasional
atau masuk akal, terbuka, dan berorientasi pada kebenaran. Jadi,
berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya pendapat atau tindakannya
melalui penelitian; pendapatnya sesuai kebenaran; terdapat data-data atau bukti
dalam menunjukkan hasilnya; dan tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar
pendapat.
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific
method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris,
dan terkontrol. Langkah-langkah metode
ilmiah antara lain merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym.
2012. Empat Cara Berpikir Ilmiah.
Dalam http://uin-malang.ac.id:8080/index.php?option=com_content&view=article&id=3393:empat-ciri-berpikir-ilmiah&catid=25:artikel-imam-suprayogo
Arman,
Gus. 2013. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Ilmiah. Dalam http://pikiranmhsw.blogspot.com/2011/05/kelebihan-dan-keterbatasan-metode.html
Halubangga,
Raran. Metode dan Langkah-Langkah
Berpikir Ilmiah. Dalam https://www.academia.edu/6886898/Metode_and_Langkah_Langkah_Berpikir_Ilmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar