Kamis, 25 Desember 2014


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.





Oleh  :
HAJAR RIZA ASYIYAH   (120210302051)
KELAS B


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Berpikir Ilmiah” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini, kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata Belajar Mengajar kuliah Strategi Bidang Studi.
Terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Suranto, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.




Jember, Oktober 2014
Penyusun



DAFTAR ISI







BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Berpikir merupakan ciri utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola dan sarana tertentu secara teratur.
Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat atau sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Berpikir ilmiah merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidupnnya di muka bumi. Manusia diberi akal untuk berpikir, bahkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Namun demikian, berpikir yang benar adalah berpikir melalui metode ilmiah, sehingga hasil akan benar pula. Oleh karena itu penting untuk dikaji tentang berpikir ilmiah.




1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Apakah pengertian berpikir ilmiah?
1.2.2        Bagaimanakah ciri-ciri berpikir ilmiah?
1.2.3        Bagaimanakah langkah-langkah berpikir ilmiah?
1.2.4        Apakah kelebihan dan kelemahan berpikir ilmiah?

1.3  Tujuan

1.3.1        Untuk mengetahui pengertian berpikir ilmiah.
1.3.2        Untuk mengetahui ciri-ciri berpikir ilmiah.
1.3.3        Untuk mengetahui langkah-langkah berpikir ilmiah.
1.3.4        Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan berpikir ilmiah.

1.4  Manfaat

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan atau pengetahuan bagi pembaca tentang berpikir ilmiah sehingga dapat diaplikasikan dalam kehiduapan sehari-hari.



BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Berpikir Ilmiah

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Menurut Salam (1997:139), pengertian berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:
·         Proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan atau mendapatkan ilmu.
·         Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Berpikir merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan (akal) yang menggabungkan induksi dan deduksi. Metode berpikir ilmiah tidak lepas dari fakta kejadian alam yang kebenarannya selalu ada hubungannya dengan hasil uji eksperimental. Jika suatu teori tidak bisa dibuktikan dengan uji eksperimental maka dikatakan bahwa teori itu tidak bisa diyakini kebenarannya karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains.  (Goldstein, 1980)
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah.
Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong. Setiap manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang.
Manfaat berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut :
a)      Seseorang yang selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah percaya terhadap sesuatu.
b)      Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima orang lain.
c)      Dalam memecahkan masalah tidak dengan emosi.
Berpikir imiah bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana seseorang yang tidak akan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah namun semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu dalam hal ini adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan.
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing – masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme.
1.      Metode Induksi
Metode Induksi adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individu) menuju kepada hal yang besifat umum (universal). Jadi cara induksi dimulai dari penelitian tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan umu.  Metode induksi ini memang paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun, utamanya ilmu pengetahuan alam, yang dijalankan dengan cara observasi dan eksperimentasi. Jadi metode ini berdasarkan kepada fakta – fakta yagn dapat diuji kebenarannya.

2.      Metode Deduksi
Metode deduksi adalah dkebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, maka metode deduksi sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus. Cara deduksi ini banyak dipakai dalam logika klasik Aristoteles, yaitu dalam membentuk Syllogisme yang menarik kesimpulan berdasarkan atas dua premis mayor dan minor sebelumnya. Contohnya yang paling klasik :
·         Semua manusia bisa mati
·          Socrates adalah manusia
·         Jadi, Socrates bisa mati
Dari apa yang diuraikan diatas terlihat bahwa antara Induksi dan Deduksi (meskipun kelihatannya bertentangan) mempunyai kaitan yang erat. Kaitan itu dapat dilihat pada kenyataan bahwa kesimpulan umum yang diperoleh dengan jalan Induksi (misalnya semua logam dapat memuli bila dipanasi) dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi analisa Deduktif. Seperti yang dikatakan oleh John Stuart Mill, dalam bukunya “ A system of logic “, bahwa setiap tangga besar didalam deduksi memerlukan deduksi bagi penyususn pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi kedua-duanya bukan merupakan bagian yang saling tepisah tapi sebetulnya saling menyokong seperti aur dengan tebing.
Memang terdapat kritikan terhadap metode ilmiah ini, khususnya pada apa yang disebut general truth, yaitu kesimpulan umum yang terdapat dari hasil penyelidikan atau metode berpikir induktif. David Home, seorang filosof skotlandia, menekankan bahwa dari sejumlah fakta betapun banyaknya dan betapun besarnya secara logis tidak pernah diperoleh atau disimpulkan suatu kebenaran umu (general truth). Alasannya, karena tidak pernah ada keharusan logis bahwa fakta-fakta yang sampai sekarang selalu berlangsugn dengan cara yagn sama, besok juga akan terjadi dengan sama pula. Misalnya, tidak ada kepastian logis bahwa besok pagi matahari akan terbit dari timur. Sehingga dari kejadian-kejadian masa lampau tidak pernah dapat disimpulkan sesuatu pun tentang masa depan.
Kritikan ini pernah dijawab oleh Karl R. Popper, seorang filosof inggris abad XX ini, dengan mengatakan bahwa sesuatu ucapan atau teori tidak bersifat ilmiah karena sudah dibuktikan, melainkan karena dapat diuji (testable). Ucapan “semua logam akan memuai kalau dipanasi” dapat dianggap ilmiah kalau dpat diuji dengan percobaan-percobaan sistematis untuk menyangkalnya. Dan kalau suatu toeri tetap tahan setelah diuji, maka berarti bahwa kebenarannya diperkokoh (corroborasion). Makin besar kemungkinan untuk menguji dan menyangkal suatu etori, makin koloh pula kebenarannya jika toeri itu bertahan terus.

2.2  Ciri-ciri Berpikir Ilmiah

Cara berpikir itu tidak saja terkait dalam kegiatan riset, atau pada saat mengikuti perkuliahan di ruang kelas, tetpi juga dalam segala tindakan sehari-hari. Ada empat ciri berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut :
1.      Harus obyektif
Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang benar. Disebut sebagai data yang benar, apabila data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar.  Sebaliknya data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih.
Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap  data yang tersedia.
2.      Rasional  atau Masuk Akal
Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwa mulai apa yang  menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti  hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan,  atau tidak masuk akal.
Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
3.      Terbuka
Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan  masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.
4.      Berorientasi pada Kebenaran
Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya  merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif, dan tertutup.
Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya pendapat atau tindakannya melalui penelitian; pendapatnya sesuai kebenaran; terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya; dan tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat.

2.3  Langkah-langkah Berpikir Ilmiah

Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Langkah-Langkah Metode Ilmiah :
1.      Merumuskan masalah.
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya. Permusan masalah adalah sebuah keharusan.
  1. Merumuskan hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
  1. Mengumpulkan data.
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
  1. Menguji hipotesis.
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
  1. Merumuskan kesimpulan.
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

2.4  Kelebihan dan Kelemahan Berpikir Ilmiah

Metode berpikir ilmiah memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan-kelebihan berpikir ilmiah, diantaranya:
1.      Metode ilmiah lebih bisa dipertanggung jawabkan, dikarenakan adanya bukti-bukti yang konkret dan ada ukuran yang jelas;
2.      Jelas, dapat di buktikan dan dapat diamati langsung oleh alat indra pada manusia;
3.      Dapat dijadikan satuan atau tolok ukur untuk penelitian-penelitian selanjutnya, bila tidak terdapat kesalahan;
4.      Mengajarkan pada manusia untuk menatap realita dan segala sesuatu yang ada;
5.      Operasional, dapat di gunakan dan di amalkan dalam kehidupan keseharian; dan
6.      Logis, karena dapat di buktikan oleh semua orang.

Adapun kelemahan-kelemahan dari berpikir ilmiah yaitu yang pertama, metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada kajian objek-objek material yang dapat diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera.
Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapuasan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian  memulai  pengematan dan percobaan atas materi. Setelah melakuakan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang didapat  ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara entologi, ilmu membatasu dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan masalah tersebut”.




BAB 3. PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran.
Berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing – masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme. Cara berpikir itu tidak saja terkait dalam kegiatan riset, atau pada saat mengikuti perkuliahan di ruang kelas, tetpi juga dalam segala tindakan sehari-hari. Ada empat ciri berpikir ilmiah, yaitu harus obyektif, rasional  atau masuk akal, terbuka, dan berorientasi pada kebenaran. Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya pendapat atau tindakannya melalui penelitian; pendapatnya sesuai kebenaran; terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya; dan tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat.
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Langkah-langkah metode ilmiah antara lain merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.






DAFTAR PUSTAKA


Arman, Gus. 2013. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ilmiah. Dalam http://pikiranmhsw.blogspot.com/2011/05/kelebihan-dan-keterbatasan-metode.html
Halubangga, Raran. Metode dan Langkah-Langkah Berpikir Ilmiah. Dalam https://www.academia.edu/6886898/Metode_and_Langkah_Langkah_Berpikir_Ilmiah
Zahir, Abdul. 2011. Berpikir Ilmiah. Dalam http://hepimakassar.wordpress.com/tag/berpikir-ilmiah/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.