PERLUASAN WILAYAH AMERIKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd.
Oleh :
HAJAR RIZA ASYIYAH (120210302051)
KELAS B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Upaya Diplomatik Amerika dalam Perluasan Wilayah”
dengan tepat waktu. Yang mana
penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah
Amerika.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak
Dr. Suranto, M.Pd. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika. Kami juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi
kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah
ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Jember, April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amerika Serikat sejak
berdiri sebagai sebuah negara tahun 1776 ditandai dengan upaya pemeliharaan
hubungannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tujuan untuk meningkatkan
kemakmuran Amerika Serikat. Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa Amerika
selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya-upaya
diplomatik untuk membentuk sebuah imperium besar yang berkuasa dan berpengaruh
atas bangsa-bangsa lain di dunia. Pada awal abad ke-19 mereka telah mampu
membangun sebuah imperium kontinental yang besar. Pada waktu yang relatif sama
mereka telah mengembangkan imperium perdagangan di seluruh dunia, menggantikan
posisi Portugal, Spanyol, Belanda dan Inggris.
Sejarah perluasan
wilayah Amerika Serikat selama kurang lebih dua ratus tahun dan tiga belas
negara koloni sepanjang pantai timur Atlantik menjadi sebuah negara adidaya (superpower)
pada abad ke-20 merupakan sebuah sejarah yang digambarkan oleh Gardner dkk
(1973) sebagai "the most increadible secular story in human
history" atau kisah yang sangat menakjubkan dalam sejarah umat
manusia.
Posisi terakhir Amerika
Serikat sebagai sebuah superpower bukan dicapai secara tiba-tiba
melainkan sebagai hasil dan proses yang panjang sejak Revolusi Amerika yang
antara lain diperoleh melalui upaya-upaya diplomatik. Upaya tersebut dilakukan
dengan cara menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang didasari atas
kepentingan nasional di berbagai bidang. Keterlibatannya dalam Perang Dunia I
dan Perang Dunia II menunjukkan bahwa AS ingin berperan dalam percaturan
internasional. Demikian juga dengan tampilnya AS sebagai pemenang PD II dan
menjadi pemimpin negara-negara Blok Barat memperlihatkan bahwa AS telah menjadi
negara yang amat berkuasa dan berpengaruh atas negara-negara lainnya di dunia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimanakah awal upaya diplomatik Amerika
dalam perluasan
wilayah?
1.2.2
Bagaimanakah
upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke Louisiana?
1.2.3
Bagaimanakah
upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke Barat?
1.2.4
Bagaimanakah upaya Amerika dalam aneksasi wilayah Florida dan Texas?
1.2.5
Bagaimanakah
upaya Amerika dalam pembelian Alaska dari Rusia?
1.3 Manfaat
1.3.1
Untuk mengetahui
awal upaya diplomatik Amerika dalam perluasan wilayah.
1.3.2
Untuk mengetahui
upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke
Louisiana.
1.3.3
Untuk mengetahui
upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke Barat.
1.3.4
Untuk mengetahui
upaya
Amerika dalam aneksasi wilayah
Florida dan Texas.
1.3.5
Untuk mengetahui
upaya Amerika dalam pembelian Alaska dari Rusia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Awal Upaya Diplomatik Amerika dalam Perluasan Wilayah
Amerika Serikat pada akhir abad ke-18 dan sepanjang abad ke-19 ditandai
dengan ekspansi wilayah ke bagian barat dan selatan. Datam kegiatan ekspansi
tersebut Amerika Serikat yang pada tahun 1776 masih terdiri dan 13 negara
bagian harus berhadapan dengan negara-negara imperialis Eropa seperti Inggris,
Perancis, dan Spanyol. Dengan demikian, upaya diplomatik untuk menjaga dan
memperluas wilayah teritorial dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat
terhadap imperium-imperium tersebut, baik yang dilakukan secara damai maupun
yang didukung oleh kekuatan militer.
Bekat upaya diplomatik, yang didukung oleh kekuatan ekonomi dan militer,
Amerika Serikat pada pertengahan abad ke 19 telah menjadi sebuah negara yang
luas wilayahnya sama seperti sekarang, dikurangi dengan Hawaii dan Alaska.
Ketika George Washington diambil sumpah sebagai presiden di Wall Street tahun
1789 kurang dari empat juta penduduk menempati tiga belas negara bagian yang
berlokasi di sepanjang pantai timur Amerika Serikat. Tujuh puluh tahun
kemudian, ketika Abraham Lincoln menjadi presiden yang keenam belas, tahun
1861, semua negara bagian yang kita kenal sekarang telah menjadi bagian dari
Amerika Serikat yang ditempati oleh 31 juta penduduk.
Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada
jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah barat untuk membuka
lahan-lahan baru hingga ke pengunungan Appalachian. Setelah memperoieh
kedaulatan tahun 1776, penjelajahan ke arah barat memperoieh percepatan karena
didukung oleh negara-negara bagian di wilayah timur melalui upaya-upaya
diplomatik ketika mereka berhadapan dengan kekuatan-kekuatan imperialis Eropa,
seperti Inggeris, Perancis dan Spanyol. Negara-negara bagian di wilayah timur
yang mengklaim wilayah dari pantai Atlantik sampai Sungai Mississippi harus
berhadapan dengan orang-orang Indian yang didukung oleh kekuatan imperialis
Barat. Untuk mengatasi hal tersebut pada tahun 1794 komisi khusus yang dipimpin
oleh John Kay, melalui upaya diplomatik, berhasil menandatangani perjanjian
dengan Inggeris. Dalam perjanjian tersebut Inggeris sepakat untuk tidak lagi
mendukung orang-orang Indian di wilayah baratdaya. Perjanjian yang sama juga
ditandatangani dengan Spanyol yang memungkinkan Amerika Serikat memperluas
wilayahnya ke wilayah barat laut.
2.2 Perluasan Wilayah ke Louisiana
Dalam sejarah
Eropa dan kawasan Karibia berpengaruh terhadap upaya diplomatik
Amerika Serikat dalam perluasan wilayahnya. Pada tahun 1800 Spanyol menyerahkan
wilayah Louisiana, satu kawasan antara Sungai Missisippi dan Pegunungan Rocky,
kepada Perancis. Napoleon Bonaparte, penguasa Perancis yang telah berhasil
menguasai Spanyol di Eropa, bermaksud menggunakan wilayah Louisiana sebagai
jalan untuk menjadikan Perancis sebagai kekuatan imperium di Amerika. Namun
demikian, sebuah revolusi yang digerakkan oleh orang-orang kulit hitam di
kepulauan Hispaniola (sekarang Haiti dan Santa Dominggo) merusak rencana
Napoleon. Revolusi yang dipimpin oleh Toussaint L'Ouverture dan didukung oleh
500.000 budak kulit hitam Haiti hampir berhasil memaksa 40.000 orang kulit
putih pemilik budak untuk membebaskan perbudakan di Haiti. Napoleon segera
mengirimkan pasukannya untuk meredam gerakan revolusi serta menduduki wilayah
New Orleans dan menguasai wilayah Louisiana.
Presiden
Amerika Serikat, Thomas Jefferson, yang melihat kemungkinan semakin kuatnya
ancaman Perancis bila tetap menguasai Louisiana, mengutus Jams Monroe ke Paris
dan mendesak duta besar Amerika di Paris, Robert Livingstone, untuk berunding
mengenai kemungkinan membeli wilayah Lousiana dari Perancis. Melihat
kemungkinan semakin kuatnya dominasi imperialis Eropa di Amerika, pemerintah
Amerika Serikat, dibawah presiden Thomas Jefferson berusaha untuk memperoleh
wilayah Louisina dengan berbagai cara. Upaya diplomatikpun dilakukan dengan
gencar untuk usaha tersebut. Hal tersebut dilakukan sebab Inggris pun yang
sedang bersaing dengan Perancis berusaha memperoleh wilayah yang kaya dengan
sumber daya alam tersebut.
Pada saat
Robert Livingstone secara intensif melakukan upaya diplomatik bertemu dengan Menteri
Luar Negeri Perancis yang bernama Talleyrand, dengan memberikan sebuah tawaran
menarik bahwa Livingstone bersedia untuk membayar empat juta dollar. Kurang
dari tiga minggu kemudian perjanjian jual beli tersebut ditandatangani.
Perancis yang sedang berhadapan dengan Inggris, baik di Eropa dan Amerika,
lebih suka menyerahkan Louisiana kepada Amerika Serikat daripada kepada Inggris
dengan harga 12 juta dollar.
Dalam sejarah
diplomasi Amerika Serikat pembelian yang terjadi pada tahun 1803 tersebut
dilatakan oleh Buckler (1993: 977) sebagai "the greatest bargain in the U.S diplomatic history" atau
sebagai jual beli yang paling menakjubkan dalam sejarah diplomasi Amerika
Serikat. Setelah memperoleh wilayah Lousiana, Amerika Serikat masih dihadapkan
denganancaman Inggris yang masih menguasai Canada. Amerika Serikat juga
membenci Inggris yang merupakan saingan beratnya dalam perdagangan di kawasan
Atlantik dan memonopoli barang-barang dagangan di kawasan tersebut.
Orang-orang
Amerika Serikat di kawasan barat menghendaki diteruskannya perang dengan
Inggeris yang selalu mengancam kapal-kapal Amerika di lautan bebas. Persaingan
dengan Inggris tersebut mendorong dilakukannya pertimbangan diplomatik melalui
peperangan dengan negara Eropa tersebut. Sikap netral AS terhadap masalah
perdagangan luar negeri dengan negara-negara Eropa tidak sepenuhnya bisa diterapkan
ketika negara tersebut memiliki kepentingan lain di daratan. Sikap tidak bisa
menjaga kenetralan tersebut diterapkan oleh Presiden James Madison ketika berhadapan
dengan Inggris. Perang tahun 1812 yang dikenal dengan War Hawks tersebut mengakhiri masalah Indian serta memberi jalan
kepada para pioner-pioner Amerika untuk membuka lahan yanglebih luas di bagian
barat.
Perang tersebut
diakhiri dalam Perjanjian Ghent di
Belgia tahun 1814 berkat campur tangan Tsar Rusia yang sedang berusaha
mendekati Inggris dalam mengakhiri perang dengan Napoleon Bonaparte. Dalam
perjanjian tersebut Amerika dan Inggris sepakat untuk menjaga Great Lakes sebagai kawasan bebas
militer, kebebasan bagi nelayah Amerika, Inggris dan Canada untuk menangkap
ikan di New Foundland dan Labrador serta persetujuan mengenai perbatasan baru
antara Amerika Serikat dan Canada, dan dijadikannya kawasan Oregon sebagai
daerah terbuka bagi orang Inggris dan Amerika. Perjanjian dengan Inggris
tersebut menjadikan politik diplomasi Amerika Serikat sementara lebih
berorientasi ke dalam dalam upaya merebut Florida serta menyatukan wilayah
hingga ke pantai Pasifik.
2.3 Perluasan wilayah ke Barat
Dalam
perluasan wilayah ke arah barat, bisa dikatakan sebagai gerakan dari
orang-orang yang berada di wilayah tetap
atau koloni
di Amerika Serikat menuju ke wilayah jauh di barat. Antara awal abad ke-17 dan
akhir abad ke-19, orang–orang Anglo-Amerika dan masyarakat lainnya melakukan
ekspansi dari Pantai Atlantik menuju ke Pantai Pasifik. Gerakan ke barat,
menyeberang ke apa yang disebut sebagai daerah frontier Amerika. Melalui
perluasan wilayahnya dengan memasukkan lebih dari tiga juta meter persegi,
Amerika Serikat menjadi salah satu
bangsa yang kuat pada abad ke-20.
Tetapi,
ekspansi ke barat tersebut juga mengakibatkan sebuah pederitaan yang besar,
pengrusakan, dan kemunduran budaya bagi orang-orang asli Amerika yang berada di
Amerika Utara.
Perluasan
wilayah ini juga berarti bahwa Amerika Utara banyak didominasi oleh
lembaga-lembaga dan cara hidup orang-orang
Inggris, di samping Spanyol dan Perancis. Orang-orang Spanyol dan
Perancis mengeksplorasi dan bermukim juga di Amerika Utara pada abad ke-16, 17,
dan 18. Bagaimana pun juga perluasan wilayah ke arah barat ini mempunyai
pengaruh yang besar dalam membentuk sejarah Amerika Utara, khususnya Amerika
Serikat.
Dalam
rangka perluasan wilayah ke arah barat, pemerintah federal memegang peranan
yang sangat besar. Pemerintah federalini berperan dalam mendanai
kegiatan-kegiatan eksplorasi berbagai wilayah dan dalam mendirikan
tempat-tempat pemukiman. Peta di bawah ini menunjukkan wilayah yang dimiliki
dan dikontrol oleh pemerintah federal dalam tahun 1990an. Tanah-tanah tersebut
diatur oleh beberapa departemen pemerintah, termasuk Biro Manajemen Tanah, Biro
Urusan-Urusan Indian, dan Pelayanan Hutan Nasional.
Tujuan
perluasan wilayah ke arah barat memang dalam rangka meluaskan wilayah Amerika
Serikat yang membentang dari Atlantik ke Pasifik, walaupun di balik itu ada
motif ataupun kepentingan lain seperti ekonomi misalnya. Alasan yang digunakan
waktu itu adalah terkait dengan Manifest Destiny. Manifest Destiny merupakan alasan yang sering dipakai dalm
rangka perluasan wilayah ke arah barat, bahwa Amerika Serikat sebagai bangsa
yang besar maka wajib menyebarkan paham demokrasi ke segala penjuru dunia kalau
perlu dengan cara kekerasan.
Perluasan
wilayah ke arah barat mempunyai dampak
jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka
pendeknya yaitu perluasan berakibat pada munculnya konflik antar negara
bagian. Namun, konflik-konflik yang terjadi dapat diselesaikan melalui kompromi-kompromi (Kompromi Missouri
1820 dan Kompromi 1850). Dampak jangka panjang adalah memungkinkan Amerika
Serikat berkembang menjadi negara super power, bahkan hyper power. Hal tersebut
dimungkinkan karena Amerika Serikat mempunyai sumber daya alam yang melimpah
dan sumber daya manusianya cerdas.
2.4 Upaya Amerika dalam Aneksasi Wilayah Florida dan Texas
2.4.1 Aneksasi Florida
John Quincy Adams merupakan menteri luar negeri Amerika Serikat.
Pelaksanaan politik luar negerinya menunjukkan semangat kesatuan nasional
Amerika Serikat. Sebagai menlu di bawah Presiden baru, James Monroe (1817 –
1825) dan anak presiden Amerika Serikat kedua, Adams berusaha
mengimplementasikan sentimen kesatuan nasional dalam politik luar negerinya
yang independen.
Aneksasi Florida dari Spanyol tercapai berkat kepiawaian upaya
diplomatiknya. Ia mampu memadukan kebijaksanan luar
negeri dengan kebijaksanaan dalam negeri. Pengalaman diplomasi di Paris,
Ghent, St Peterburg, Negeri Belanda dan Prusia, dan penguasaan enam bahasa
serta pemahaman mengenai karya-karya klasik Barat menjadikannya sebagai
diplomat ulung. Setelah kembali dari Eropa tahun 1817 dia memiliki pemahaman
yang mendalam mengenai negara-negara Eropa yang merupakan saingan Amerika Serikat
di benua Amerika. Sebagai penganut ajaran Calvin, ia percaya bahwa perluasan
imperium Amerika tidak dapat dihindari dan sangat penting untuk diperjuangkan. Sebagai
diplomat ulung, Adams memiliki pandangan yang tajam mengenai gerak-gerik Inggris
di benua Amerika. Pada tahun 1817 dia meyakini bahwa Inggris merupakan ancaman
terhadap Amerika Serikat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Namun demikian,
kedua negara dalam hal-hal tertentu memiliki pandangan yang sama dalam
menghadapi negara-negara Eropa. Mereka membenci imperium Spanyol yang bersifat
diskriminatif terhadap barang-barang kedua negara. Mereka juga tidak menyukai
Perancis yang agresor.
Terbentuknya “Holy Alliance” yang
beranggotakan para monarki Eropa yang dipimpin oleh Rusia dan berusaha mempertahankan
pemerintahan monarki di Eropa dan Amerika Latin merupakan ancaman bagi
kepentingan Amerika Serikat dan Inggris. Adams tidak percaya begitu saja dengan
Inggris yang memiliki kepentingan yang relatif sama dalam menghadapi negara-negara
Eropa lain. Selama tiga tahun kemudian, Adams mengkaji kembali hubungannya
dengan Ingggris yang menyangkut konflik mengenai Great Lakes, perbatasan dengan Canada di sebelah barat, masalah
perikanan dan status Oregon. Untuk mencegah ambisi Inggris di Amerika Latin,
Adams menjalin hubungan erat dengan Tsar Alexander dari Rusia. Aliansi tersebut
merupakan sarana yang baik untuk mencegah ambisi Inggris di Amerika Serikat dan
Amerika Latin.
Untuk menghancurkan kepentingan Inggris di benua Amerika Adams melalukan
upaya diplomatik serta penetrasi militer terhadap pelabuhan-pelabuhan dagang di
West Indies yang dimiliki Inggris. Melalui upaya diplomatik yang gencar serta
dukungan para pedagang Amerika maka Inggris membuka pelabuhan-pelabuhannya di
daerah koloni itu. Keberhasilan tersebut merupakan langkah awal bagi upaya
menghancurkan imperium Inggris dan imperium kolonial di benua Amerika.
Adams yakin bahwa Revolusi Amerika merupakan pertanda awal untuk mengakhiri
kolonialisme Eropa di Amerika serta membangun imperium. Amerika Serikat yang
berkuasa di daratan dan di lautan. Untuk menyatukan seluruh kontinen Amerika
Utara dibawah Amerika Serikat, Adams harus mendekati imperium Eropa yang masih
bercokol di wilayah tersebut Salah satu di antaranya adalah Spanyol yang masih
menguasai Frorida Timur. Florida Barat diperoleh AS dalam Perjanjian Ghent
tahun 1812. Dalam perundingan dengan menteri luar negeri Spanyol, Luis de Onis
tahun 1818 dan 1819, masalah Florida masih belum jelas.
Pesiden AS, James Monroe mengutus Jenderal Andrew Jackson untuk
menghentikan serangan orang-orang Indian atas permukiman orang-orang Amerika
serta untuk menduduki semua pelabuhan Spanyol. Dalam Perang Seminole (1817) antara pasukan AS dengan orang-orang Indian,
Jackson sekaligus melakukan ekspansi ke daerah pendudukan Spanyol, menangkap
pasukan penjaga Spanyol serta orang Inggris yang menghasut orang-orang Indian.
Tindakan tersebut tentu saja menimbulkan protes dari Spanyol dengan menuduh
bahwa Jackson menyerang pemukim-pemukim warga sipil Spanyol dan Inggris di Florida.
Spanyol mengusulkan kepada Presiden Monroe agar Jackson ditarik dari kawasan
itu. Usulan tersebut diterima Kabinet Monroe, kecuali Adams. Menteri luar
negeri Adams membela tindakan Jackson dengan mengatakan bahwa Spanyol tidak
mampu memelihara stabilitas sosial di Florida.
Dalam menghadapi tindakan agresi Amerika, Spanyol meminta bantuan Inggeris.
Namun demikian, Inggris menolak untuk ikut campur. Inggris melihat bahwa
perpecahan imperium Spanyol di Amerika dapat membuka jalan bagi
pedagang-pedagang Inggris. Adams memanfaatkan kenetralan Inggeris untuk merebut
seluruh wilayah Florida serta Texas. Pada bulan Februari 1819 menteri luar
negeri Spanyol, Onis sepakat untuk menandatangani perjanjian dengan Adams yang
berisi penyerahan Florida Timur kepada AS, pengakuan atas kedudukan AS di Florida
Barat, membatalkan klaimnya atas Oregon serta jalur pelayaran menuju Sungai Mississippi
kepada AS, serta perbatasan sepanjang 42 derajat lintang utara sampai Sungai Sabine,
Red and Arkansas hingga ke Pasifik. Sebaliknya AS harus melapaskan tuntutannya
atas Texas dan membayar lima juta dollar yang diklaim warga AS atas Spanyol.
Penyerahan Florida oleh Spanyol tersebut antara lain untuk melindungi
kepentingannya yang lebih luas di Mexico. Perjanjian yang disebut Transkontinental Treaty tersebut
merupakan salah satu kemenangan diplomatik Adams yang terbesar dalam karir diplomatiknya.
Bagi Amerika Serikat, perjanjian tersebut merupakan jalan pembuka yang lebih
luas kearah Pasifik dan Amerika Latin terutama untuk kepentingan dagang dalam
rangka menghadapi pembatasan-pembatasan dagang yang dilakukan oleh Inggeris di
kawasan tersebut.
Amerika Latin merupakan kawasan yang sangat strategis bagi Amerika Serikat.
Ketika perdagangan luar negeri AS mengalami penurunan antara tahun 1816 dan
1821 perdagangan dengan negara-negara Amerika Latin terjadi sebaliknya. Volume
perdagangan dengan kawasan tersebut meningkat 25 persen senilai delapan juta
dolar. Dengan demikian, AS sangat berkepentingan dengan kawasan tersebut untuk
membuka pelabuhan-pelabuhan bagi barang-barang dan kapal-kapal dagang AS.
Ketika terjadi gerakan revolusi di negara-negara Amerika Latin terhadap
imperium Spanyol dan Portugal, sikap menteri luar negeri AS, John Quincy Adams membela
keduanya. Pada tahun 1821, ia menganggap penting kawasan tersebut untuk
kepentingan ekonomi. Sebaliknya ia tidak bersedia membantu gerakan revolusioner
negara-negara tersebut terhadap kekuatan imperialis Eropa. Dia menganggap bahwa
penghargaan orang-orang AS terhadap hak-hak sipil dan kemerdekaan politik di AS
tidak bisa diterapkan terhadap Amerika Latin. Adams merasa ragu dengan negara-negara
Katholik Amerika Latin mengenai pengakuan hak-hak sipil. Meskipun dia yakin
bahwa gerakan revolusioner di Amerika Latin bertujuan menghancurkan kolonialisme
dikawasan tersebut yang juga diinginkan oleh Adams, AS tidak bisa melibatkan
diri membantu gerakan tersebut.
Sikap Adams kemudian berubah setelah beberapa negara Amerika Latin
memperoleh kedaulatannya dari Spanyol dan Portugal pada tahun 1822. Adams
melihat bahwa Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Mexico dan negara-negara
Amerika Tengah bisa merupakan ancaman bagi perdagangan AS bila mereka jatuh ke
dalam sistem perdagangan Inggris yang lebih kuat. Oleh karena itu, Adams
mengakui kedaulatan negara-negara tersebut tahun 1822 dan mulai menjalin
hubungan yang lebih erat di bidang perdagangan.
Pada tahun 1821 ketika Tsar Rusia, Alexander I, menyatakan bahwa semua
kawasan di bagian utara Amerika mulai dari garis 51 derajat dan sepanjang
seratus mil dari pantai ke kawasan Pasifik menjadi milik Rusia dan tertutup
bagi kepentingan non-Rusia. Tsar Rusia didesak oleh perusahaan gabungan Rusia-Amerika
untuk mengumumkan bahwa wilayah kekuasaan Rusia di Amerika Utara yang memanjang
dari Alaska ke pantai barat hingga ke San Fransisco adalah milik Rusia. Pengumuman
tersebut mendorong berkembangnya minat perdagangan dan perikanan di kawasan tersebut.
Sejak tahun 1796 orang-orang Amerika bukan Rusia, memonopoli perdagangan kulit
binatang di kawasan tersebut dan membentuk jaringan dagang antara New England,
Asia dan Pantai Barat Daya. Perdagangan tersebut menghasilkan keuntungan yang
sangat besar. Dalam menjawab pengumuman Tsar tersebut, Adams menemui pajabat
Rusia pada tanggal 17 Juli 1823. Dalam pertemuan tersebut Adams menyatakan
bahwa AS akan menentang ambisi Rusia dalam mengklaim teritorial baru di
Amerika. AS juga akan tetap memegang prinsip bahwa benua Amerika tidak dapat
digunakan lagi untuk membangun wilayah koloni bani oleh bangsa Eropa.
Sikap tegas Adams bukan hanya ditujukan kepada Rusia tetapi juga terhadap
Inggris yang masih menguasai kawasan barat daya, terutama Oregon. Lima hari
kemudian, Adam kembali mengulangi pernyataan yang sama terhadap Inggris. Benua
Amerika tidak lagi bisa digunakan sebagai tempat kolonisasi. Kawasan Pasifik
harus tetap terbuka bagi pelayaran bagi semua bangsa seperti halnya Atlantik,
Adams mengingatkan Inggris bahwa dihapuskannya daerah koloni Inggris di pantai
barat daya tidak akan merugikan Amerika Serikat.
Pada musim panas 1823, menlu Inggeris George Canning memanfaatkan sikap
politik Adams untuk kepentingan Inggeris. Canning menyatakan bahwa Inggeris dan
AS akan bergabung untuk menghadapi Perancis dan Spanyol yang-akan mengembangkan
monarki seberang lautan di Amerika Latin. Ketika misi diplomatic Canning tiba,
Adams sedang berlibur di Massacussetts. Presiden James Monroe meminta negarawan
lain, Jefferson dan Madison, untuk memberikan saran. Kedua negarawan tersebut
sepakat untuk bekerjasama dengan Inggris. Namun demikian, ketika kembali pada
bulan November Adams meyakinkan Presiden Monroe bahwa kerjasama Inggris dan AS
tidak akan menguntungkan secara politik bagi kepentingan AS.
Menteri luar negeri Adams meyakini bahwa AS tidak perlu mengikatkan dirinya
dengan Inggris untuk menjawab tuntutan Canning. Tanpa kehilangan kebebasan
bertindak, AS harus tetap mengingatkan negara-negara Eropa untuk angkat kaki
dari benua Amerika. Sementara AS tetap berusaha membangun imperium daratan dan
mengusai perdagangan lautan. Menghadap sikap tegas Adams, George Canning mengadakan
perundingan rahasia dengan duta besar Perancis di London, Prince de Polignac,
akhir tahun 1823, untuk memperoleh pemahaman bersama mengenai situasi di Amerika
Latin. Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa Perancis sebenamya tidak
berambisi untuk membangun imperium kolonial di kawasan tersebut. Kabar sikap
Perancis yang diketahui oleh seorang menteri AS, Richard Rush, tersebut dikirim
ke Washington, tetapi terlambat datang. Kabar tersebut tidak mengubah pandangan
Adams mengenai kebijaksanaan AS terhadap ambisi Perancis, Inggris terhadap
Amerika Latin. Selama bulan November 1823, Kabinet presiden Monroe mengadakan
perdebatan mengenai perlu tidaknya kebijaksaan luar negeri AS mengenai kawasan
barat daya (Nortwest) dan Oregon serta Amerika Latin diumumkan secara terbuka
seperti diinginkan oleh menlu Adams. Presiden Monroe memilih diumumkan secara
terbuka.
Pada tanggal 2 Desember 1823 Presiden Monroe mengirimkan pesan pada Kongres
mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu (1) Benua Amerika sejak
sekarang tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara
Eropa, (2) AS tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara Eropa tersebut
memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan (3) AS tidak akan ikut campur
dalam urusan dalam (internal concerns) negara-negara Eropa. Tiga prinsip luar
negeri AS tersebut terkenal dengan sebutan Doktrin
Monroe.
Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain
seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang
lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di negara-negara Amerika
latin. Namun demikian, dalam pandangan menlu Jonh Quincy Adams, ekspansi lebih
lanjut tidak akan membawa akhir yang membahagiakan bagi AS. Doktrin Menroe,
menurut Adams, memang merupakan kemenangan diplomatik bagi AS dalam jangka
pendek.
Dalam hubungannya dengan kepentingan Rusia di Amerika, Doktrin Monroe
memiliki dampak positif. Menlu Adams, sebagai diplomat ulung mempu memanfaatkan
doktrin tersebut untuk menyepakai sebuah konvensi dengan Rusia tahun 1824.
Dalam konvensi tersebut Tsar Rusia menyerahkan klaimnya atas pantai barat
Amerika Serikat dan menerima perbatasan sebelah selatan sepanjang 54 derajat bagi
orang-orang Rusia-Amerika. Rusia juga menanggalkan klaimnya atas Oregon dan San
Fransisco. Sebaliknya AS berjanji untuk mengatur kembali hubungannya dengan
penduduk New England di Canada yang kerap menjual senjata genggam dan minuman
keras kepada penduduk Indian di Amerika Serikat. Dalam jangka panjang konvensi
tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pedagang-pedagang Amerika
di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa diusir dari Oregon yang
kemudian dijadikan daerah eksplorasi oleh orang-orang Inggris dan Amerika.
Setelah Adams terpilih sebagai presiden AS tahun 1825, beberapa kemenangan diplomatik
diperolehnya. Pada tahun 1827, Konvensi Tahun 1818 mengenai Oregon diperbarui yang
memungkinkan terbuka luasnya kesempatan bagi orang-orang Amerika untuk mengeksploitasi
daerah tersebut. Dalam perundingan lainnya dengan Inggeris, Adams memaksa Inggris
untuk mengakui kedaulatan Amerika atas sumber hutan dan lahan peitanian di
Oregon.
2.4.2 Aneksasi Texas
Aneksasi Texas dari Mexico tahun 1845 dilatarbelakangi oleh kondisi Texas
sebagai tempat migrasi besar-besaran warga AS ke kawasan tersebut. Di Texas,
kaum migran AS mengolah lahan pertanian untuk memproduksi katun dan gula. Hasil
pertanian tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya dan menjadi
penyumbang cukup besar bagi perekonomian Texas. Penduduk AS yang merasa tidak
suka dengan pemerintahan Mexico dibawah presiden Santa Anna yang mampu
melepaskan diri dari Mexico dan kemudian mendirikan Republik Texas tahun 1836.
Republik baru tersebut berada di bawah protektorat Inggris yang merupakan
saingan Amerika Serikat di benua Amerika. Dengan demikian, Amerika Serikat
sangat berkepentingan dengan Texas.
Presiden AS, John Tyler, sangat menaruh perhatian pada status Texas. Texas
yang dilindungi oleh Inggris tentu saja bisa merupakan ancaman bagi ambisi Amerika
Serikat untuk menyatukan wilayah pantai Timur (Atlantik) dan pantai Barat
(Pasifik). Presiden Tyler memanfaatkan issu Texas untuk kepentingan politiknya,
yaitu untuk memperoleh dukungan dari Partai Demokrat yang bersifat ekspansionis
dan kontinentalis yang ditentang oleh Partai Whig. Presiden Tyler yang berasal
dari Partai Whig harus mampu menarik dukungan dari lawan politiknya. Setelah
melalui perdebatan panjang di parlemen ditengah-tengah persaingan antara Partai
Whig dan Demokrat serta antara politikus dari Selatan dan Utara, Presiden Tyler
berhasil menyatukan Texas ke dalam Union. Sebuah resolusi dalam Kongres berhasil
menyepakati aneksasi Texas dan ditandatangani oleh Presiden Tyler tanggal 5 Juli
1845.
Pengambilalihan Texas yang luasnya 267.339 mil persegi belum memuaskan
nafsu orang-orang Amerika untuk menguasai sisa-sisa imperrium Spanyol di
Amerika Utara. Bahkan sebagaian kelompok ekspansionis bermimpi untuk memperoleh
Kuba dan Amerika Tengah. Untuk memenuhi keinginan rakyat Amerika Presiden Amerika
Serikat yang baru James K Polk, mencoba mendekati Mexico dengan mengirim
diplomat-diplomat ulungnya untuk merundingkan kemungkinan pembelian California
dari Mexico. Tawaran tersebut tentu saja ditolak Mexico yang baru saja
kehilangan Texas. Dengan cara mengkritik ketidakstabilan politik di Mexico dan ketidakmampuan
menjalankan pemerintaiian di California, Polk memaksa Mexico untuk menyelesaikan
persoalan tersebut melalui peperangan. Ketika beberapa pasukan kavalerinya tewas
di daerah perbatasan, Polk segera mendekati Kongress dan menyatakan bahwa
pasukan Mexico telah melintasi perbatasan AS dan mengancam kedaulatan AS serta
membuat orang-orang Amerika berdarah serta mengotori tanah AS.
Berkat kepiawaian Presiden Polk mempengaruhi Kongres maka keluarlah
persetujuan dari Kongress bahwa dengan tindakan Mexico tersebut maka AS berada
dalara keadaan perang dengan Mexico. Texas dan beberapa negara bagian yang
dilintasi Sungai Mississippi, yang menginginkan ditingkatkannya jumlah perbudakan,
mengerahkan sejumlah 49.000 pasukan. Akibatnya Mexico mengalami kekalahan total
dan terpaksa menandatangani Perjanjian Guadalupe
Hidalgo tahun 1848. Dalam perjanjian tersebut Mexico menarik klaimnya atas
Texas dan menyerahkan New Mexico dan California serta mengakui Rio De Grande sebagai
perbatasan kedua negara. Seluruh daratan Amerika seperti terlihat sekarang berhasil
dipersatukan tahun 1853 setelah AS mernperoleh tambahan wilayah di sebelah
selatan California yang berbatasan dengan Mexico tahun 1853 di sebelah selatan,
dan Oregon di utara yang ditandatangani dengan Inggris tahun 1846. Upaya
diplomatik yang didukung oleh kekuatan ekonomi dan militer telah berhasil
membentuk imperium Amerika Serikat di Amerika Utara menggantikan kekuatan Eropa
yang semula dipegang oleh Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol. Sampai tahun
1917 AS telah membentuk Imperium di Amerika hingga Asia Pasifik.
2.5 Upaya Amerika dalam Pembelian Alaska dari Rusia
Pada abad
ke-19, Alaska adalah pusat perdagangan internasional. Di dalam ibukota Alaska,
Novoarkhangelsk (sekarang bernama Sitka), orang-orang berjualan kain dari Cina,
teh, bahkan es, yang masih dibutuhkan oleh bagian selatan Amerika Serikat
sebelum ditemukannya pendingin buatan. Di sana ada pula pembuatan kapal dan
pabrik, serta tambang batu bara. Diketahui pula bahwa di sana terdapat
cadangan emas yang berlimpah. Tentu saja keputusan menjual daerah ini sangatlah
tidak rasional.
Para pedagang
dari Rusia sangat tertarik dengan komoditas taring anjing laut dan kulit bulu
berang-berang laut, yang bisa dibarter dengan suku pribumi. Waktu itu harga
taring anjing laut tidak kalah dengan gading gajah. Perusahaan Rusia-Amerika
(PRA) yang menjalankan bisnis tersebut. Di belakang perusahaan itu berdiri
orang-orang yang berani cenderung nekat, yaitu pebisnis Rusia abad-18, para
pengembara sejati dan juga para spekulan dan pedagang. Semua perdagangan dan
sumber daya alam adalah milik perusahaan tersebut, dan perusahaan itu dapat
membuat perjanjian dagang dengan negara lain secara langsung, memiliki
benderanya sendiri, serta mata uang sendiri yang terbuat dari kulit binatang. Semua
hak istimewa itu diberikan perusahaan kepada Kekaisaran Rusia. Kekaisaran
mengambil pajak yang sangat besar dari perusahaan tanpa mengambil peran di
dalamnya. Para kaisar dan keluarganya masuk ke dalam jajaran pemegang saham
Perusahaan Rusia-Amerika (PRA) tersebut.
Pemimpin
utama masyarakat Rusia di Amerika saat itu adalah seorang pedagang yang penuh
talenta, Aleksandr Baranov. Ia membangun sekolah dan pabrik, mengajarkan cara
menanam lobak dan kentang kepada suku pribumi, mendirikan benteng dan galangan
kapal, serta memperluas perdagangan berang-berang laut. Baranov menyebut
dirinya sendiri sebagai “Pizarro Rusia” dan terikat ke Alaska tidak hanya
sebagai sumber penghasilan, tetapi juga hatinya, di mana ia menikahi anak
kepala suku Aleut.
Pada masa
kepemimpinan Baranov, PRA memberi penghasilan yang sangat besar. Keuntungannya
lebih dari 1.000 persen. Saat Baranov menjadi sangat tua lalu pensiun, ia
digantikan oleh Kapten Hagemeister yang membawa serta orang-orang militer ke
dalam jajaran pemilik saham dan juga pekerja. Sesuai dengan peraturan, setelah
itu perusahaan hanya boleh dipimpin oleh tentara angkatan laut. Para penguasa tersebut
dengan cepat menguasai semua bisnis yang menguntungkan di tangannya, tetapi hal
tersebut juga menempatkan PRA di ujung tanduk.
Penguasa baru
menentukan sendiri upah yang selangit. Tentara tingkat bawah mendapatkan 1.500
rubel per tahun saat itu, sebanding dengan gaji menteri dan senator. Sementara
pemimpin perusahaan mendapatkan 150.000 rubel. Harga pembelian komoditas kulit
warga setempat diturunkan dua kali lipat. Hasilnya, dalam waktu 20 tahun
setelah itu, suku Eskimo dan Aleut hampir memburu semua berang-berang laut yang
ada, menghabiskan komoditas perdagangan paling menguntungkan itu di Alaska.
Suku pribumi menjadi miskin dan memberontak, yang ditekan oleh Rusia yang
menembaki desa-desa suku pribumi di pinggiran perairan dari kapal-kapal perang
Rusia.
Para tentara
berusaha menemukan sumber penghasilan yang lain. Maka dimulailah perdagangan es
dan teh, yang juga tidak dapat diatur secara bijaksana oleh para pebisnis.
Mereka tidak ingin menurunkan gaji mereka sendiri. Akhirnya PRA pun diberikan
subsidi oleh negara sebesar 200.000 rubel per tahun. Sayangnya hal tersebut
juga tidak membantu.
Bersamaan
dengan krisis itu, Perang Krimea telah dimulai. Rusia berperang melawan sekutu
yang terdiri dari Inggris, Perancis, dan Turki. Jelas Rusia tidak bisa lagi
melindungi atau pun menyokong Alaska, jalur laut pun sudah dikuasai oleh
sekutu. Potensi tambang emas menjadi tidak jelas. Ketakutan muncul kalau
Inggris dapat memblokir Alaska, sehingga Rusia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Ketegangan
antara Moskow dan London terus meningkat, sedangkan hubungan dengan pemerintah
Amerika Serikat menjadi paling kelam dari yang pernah ada. Ide penjualan Alaska
muncul praktis secara bersamaan di benak Rusia dan Amerika Serikat. Baron
Edward de Stoeckl, utusan Rusia di Washington, atas titah Kaisar melakukan
negosiasi dengan Sekretaris Negara Amerika Serikat, William H. Seward.
Pada 30 Maret
1867, perjanjian jual beli 1,5 juta hektar tanah milik Rusia di Amerika Serikat
seharga 7,2 juta dolar AS telah ditandatangani di Washington. Jumlah tersebut
murni hanya sebagai simbol saja. Bahkan tanah terbuang di Siberia pun tidak
dijual semurah itu. Tetapi situasi saat itu sangat kritis, bahkan bisa saja
Rusia tidak mendapatkan apa-apa.
Penyerahan
resmi wilayah itu dilaksanakan di Novoarkhangelsk. Tentara Amerika dan Rusia
berbaris di sekitar tiang bendera. Bendera Rusia diturunkan sambil diiringi
penghormatan senapan. Tetapi bendera tersebut terbelit dan tersangkut di tiang.
Seorang pelaut harus memanjat tiang itu dan melemparnya ke bawah, tetapi
bendera tanpa sengaja mendarat tepat di ujung bayonet tentara Rusia. Pertanda
buruk! Setelah itu Amerika mulai menduduki bangunan kota yang diganti namanya
menjadi Sitka. Ratusan warga Rusia yang memutuskan tidak menerima
kewarganegaraan Amerika Serikat, terpaksa harus dievakuasi menggunakan kapal
dagang dan sampai ke tanah air di tahun selanjutnya.
Kesepakatan yang dilakukan William H. Seward ternyata
tidak seluruhnya disetujui publik Amerika Serikat. Sejarawan Ellis Paxson
Oberholtzer merangkum pernyataan minoritas yang menentang pembelian, yang
diambil dari beberapa editor surat kabar Amerika. Bagi mereka, meskipun
Pembelian Alaska terbilang tidak mahal, dampaknya akan berimbas pada keuangan
Amerika Serikat yang nantinya akan tersedot untuk sekadar biaya administrasi
sipil dan militer. Selain itu, “padang gurun beku” tersebut letaknya terpisah
dengan daratan Amerika Serikat sehingga rentan dianeksasi.
Terlepas itu semua, sebagian besar kalangan justru
mendukung Pembelian Alaska yang berpendapat bahwa Amerika Serikat mungkin akan
memperoleh manfaat ekonomi yang besar, sekaligus meningkatkan hubungan
persahabatan dengan Rusia yang dianggap penting. Selain itu, 45% surat kabar
Amerika juga mendukung pembelian tersebut sebagai pijakan untuk menganeksasi
British Columbia. Dalam suasana pro dan kontra yang mencuat, faktanya Pembelian
Alaska berkali-kali lebih menguntungkan bagi Amerika Serikat. Wilayah yang
dianggap “padang gurun beku” ternyata kaya akan sumber daya alam, seperti emas,
tembaga, minyak bumi, dan lain-lain.
Untuk memperlancar langkahnya, William H. Seward membujuk
Presiden Andrew Jonhson untuk menggelar sidang khusus Senat dengan jaminan
tidak akan ada perdebatan. Partai Republik yang menjadi oposisi mencemooh
“kebodohan Seward” dalam konteks kurangnya manfaat pembelian, bukan didasari
permusuhan politik. Pada tanggal 9 April 1867, Charles Sumner, Ketua Komite
Senat Hubungan Luar Negeri, me-menangkan persetujuan kesepakatan
penanda-tanganan Pembelian Alaska dengan suara 37-2. Sejak saat itu, lebih dari
setahun kasus ini tenggelam seiring memburuknya hubungan Presiden Andrew
Johnson dengan Kongres. Alhasil, DPR menolak mencairkan dana yang diperlukan
untuk transaksi Pembelian Alaska.
Pada bulan Juni 1868 (setelah sidang impeachment Presiden
usai), Eduard de Stoeckl dan William H. Seward mengangkat kembali kampanye
Pembelian Alaska. Pada bulan Juli 1868, akhirnya DPR menyetujui Pembelian
Alaska dengan suara 113-48. Proses pembayaran dilakukan pada tanggal 1 Agustus
1868, melalui Riggs Bank yang menguangkan cek untuk pihak Rusia. Dengan
Pembelian Alaska yang difasilitasi William H. Seward, Amerika Serikat
memperoleh wilayah yang luasnya 2 kali lebih besar dari Texas. Secara tidak
langsung Amerika Serikat mewarisi pengawasan Rusia di Alaska yang diperkirakan
berisi sekitar 2.500 orang Rusia dan 8.000 orang pribumi, serta sekitar 50.000
pribumi yang ada di luar yurisdiksi. Selain itu ada 2 daerah setingkat kota:
New Archangel (sekarang Sitka) berpenduduk 968 jiwa yang didirikan tahun 1804
untuk menangani perdagangan kulit otter laut; dan St. Paulus di Kepulauan
Pribilof yang merupakan pusat industri segel bulu yang berpenduduk 283 jiwa.
Setelah itu, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat mengubah penggunaan nama
Alyaska (sebutan Rusia untuk Alaska) yang diambil dari bahasa Aleut, untuk
disesuaikan dengan lidah orang Amerika sehingga menjadi “Alaska”.
Pada tanggal 18 Oktober 1867, berlangsung upacara serah
terima wilayah Alaska oleh Kekaisaran Rusia yang diwakili Kapten Aleksei
Alekseyevich Peshchurov kepada Amerika Serikat yang diwakili Jenderal Lovell
Rousseau. Upacara serah terima dilakukan di Sitka dan dimeriahkan gemuruh
tembakan artileri yang mengiringi parade bersama Tentara Rusia dan Amerika
Serikat di depan rumah gubernur. Sebagai simbol serah terima, bendera Rusia
diturunkan dan digantikan bendera Amerika Serikat. Setelah itu Tentara Amerika
Serikat di bawah pimpinan Jenderal Jefferson Davis menempati barak bekas
Tentara Rusia.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa
Amerika selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui
upaya-upaya diplomatik untuk membentuk sebuah imperium besar yang berkuasa dan
berpengaruh atas bangsa-bangsa lain di dunia. Upaya yang dilakukan Amerika
adalah dengan cara menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang didasari
atas kepentingan nasional di berbagai bidang. Upaya diplomatik tersebut untuk menjaga
dan memperluas wilayah teritorial dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat
terhadap imperium-imperium tersebut, baik yang dilakukan secara damai maupun
yang didukung oleh kekuatan militer.
Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada
jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah barat untuk membuka
lahan-lahan baru hingga ke pengunungan Appalachian. Setelah memperoieh
kedaulatan tahun 1776, penjelajahan ke arah barat memperoieh percepatan karena
didukung oleh negara-negara bagian di wilayah timur melalui upaya-upaya
diplomatik ketika mereka berhadapan dengan kekuatan-kekuatan imperialis Eropa, seperti
Inggeris, Perancis dan Spanyol.
Perluasan
wilayah ke arah barat, bisa dikatakan sebagai gerakan dari orang-orang yang
berada di wilayah tetap atau koloni di Amerika
Serikat menuju ke wilayah jauh di barat.
Selanjutnya Amerika melakukan aneksasi ke wilayah Florida dan Texas. Kedua
wilayah tersebut berhasil dikuasai oleh Amerika. Kemudian pada
30 Maret 1867, perjanjian jual beli 1,5 juta hektar tanah milik Rusia di
Amerika Serikat seharga 7,2 juta dolar AS telah ditandatangani di Washington.
Penjualan Alaska kepada amerika disebabkan salah satu factor yaitu meletusnya Perang
Krimea. Rusia berperang melawan sekutu yang terdiri dari Inggris, Perancis, dan
Turki. Ketakutan muncul kalau Inggris dapat memblokir Alaska, sehingga Rusia
memutuskan untuk menjual Alaska kepada Amerika.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Diktat Pengantar Sejarah Amerika Utara.
_____
Chandra Mass, Adhitya, dkk. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat.
Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS.
Anonim.
07 April 2014. Mengapa Rusia menjual
Alaska kepada Amerika?. Dalam http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/07/mengapa_rusia_menjual_alaska_pada_amerika_23547.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar