Sabtu, 31 Mei 2014

PERLUASAN WILAYAH AMERIKA



PERLUASAN WILAYAH AMERIKA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd.








Oleh :

HAJAR RIZA ASYIYAH (120210302051)

KELAS B








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Upaya Diplomatik Amerika dalam Perluasan Wilayah” dengan tepat waktu. Yang mana penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Amerika.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Suranto, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Amerika. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.








Jember, April 2014
Penyusun



DAFTAR ISI








BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Amerika Serikat sejak berdiri sebagai sebuah negara tahun 1776 ditandai dengan upaya pemeliharaan hubungannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran Amerika Serikat. Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa Amerika selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya-upaya diplomatik untuk membentuk sebuah imperium besar yang berkuasa dan berpengaruh atas bangsa-bangsa lain di dunia. Pada awal abad ke-19 mereka telah mampu membangun sebuah imperium kontinental yang besar. Pada waktu yang relatif sama mereka telah mengembangkan imperium perdagangan di seluruh dunia, menggantikan posisi Portugal, Spanyol, Belanda dan Inggris.
Sejarah perluasan wilayah Amerika Serikat selama kurang lebih dua ratus tahun dan tiga belas negara koloni sepanjang pantai timur Atlantik menjadi sebuah negara adidaya (superpower) pada abad ke-20 merupakan sebuah sejarah yang digambarkan oleh Gardner dkk (1973) sebagai "the most increadible secular story in human history" atau kisah yang sangat menakjubkan dalam sejarah umat manusia.
Posisi terakhir Amerika Serikat sebagai sebuah superpower bukan dicapai secara tiba-tiba melainkan sebagai hasil dan proses yang panjang sejak Revolusi Amerika yang antara lain diperoleh melalui upaya-upaya diplomatik. Upaya tersebut dilakukan dengan cara menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang didasari atas kepentingan nasional di berbagai bidang. Keterlibatannya dalam Perang Dunia I dan Perang Dunia II menunjukkan bahwa AS ingin berperan dalam percaturan internasional. Demikian juga dengan tampilnya AS sebagai pemenang PD II dan menjadi pemimpin negara-negara Blok Barat memperlihatkan bahwa AS telah menjadi negara yang amat berkuasa dan berpengaruh atas negara-negara lainnya di dunia.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Bagaimanakah awal upaya diplomatik Amerika dalam perluasan wilayah?
1.2.2        Bagaimanakah upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke Louisiana?
1.2.3        Bagaimanakah upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke Barat?
1.2.4        Bagaimanakah upaya Amerika dalam aneksasi wilayah Florida dan Texas?
1.2.5        Bagaimanakah upaya Amerika dalam pembelian Alaska dari Rusia?

1.3  Manfaat

1.3.1        Untuk mengetahui awal upaya diplomatik Amerika dalam perluasan wilayah.
1.3.2        Untuk mengetahui upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke Louisiana.
1.3.3        Untuk mengetahui upaya Amerika dalam perluasan wilayah ke Barat.
1.3.4        Untuk mengetahui upaya Amerika dalam aneksasi wilayah Florida dan Texas.
1.3.5        Untuk mengetahui upaya Amerika dalam pembelian Alaska dari Rusia.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Awal Upaya Diplomatik Amerika dalam Perluasan Wilayah

Amerika Serikat pada akhir abad ke-18 dan sepanjang abad ke-19 ditandai dengan ekspansi wilayah ke bagian barat dan selatan. Datam kegiatan ekspansi tersebut Amerika Serikat yang pada tahun 1776 masih terdiri dan 13 negara bagian harus berhadapan dengan negara-negara imperialis Eropa seperti Inggris, Perancis, dan Spanyol. Dengan demikian, upaya diplomatik untuk menjaga dan memperluas wilayah teritorial dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap imperium-imperium tersebut, baik yang dilakukan secara damai maupun yang didukung oleh kekuatan militer.
Bekat upaya diplomatik, yang didukung oleh kekuatan ekonomi dan militer, Amerika Serikat pada pertengahan abad ke 19 telah menjadi sebuah negara yang luas wilayahnya sama seperti sekarang, dikurangi dengan Hawaii dan Alaska. Ketika George Washington diambil sumpah sebagai presiden di Wall Street tahun 1789 kurang dari empat juta penduduk menempati tiga belas negara bagian yang berlokasi di sepanjang pantai timur Amerika Serikat. Tujuh puluh tahun kemudian, ketika Abraham Lincoln menjadi presiden yang keenam belas, tahun 1861, semua negara bagian yang kita kenal sekarang telah menjadi bagian dari Amerika Serikat yang ditempati oleh 31 juta penduduk.
Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah barat untuk membuka lahan-lahan baru hingga ke pengunungan Appalachian. Setelah memperoieh kedaulatan tahun 1776, penjelajahan ke arah barat memperoieh percepatan karena didukung oleh negara-negara bagian di wilayah timur melalui upaya-upaya diplomatik ketika mereka berhadapan dengan kekuatan-kekuatan imperialis Eropa, seperti Inggeris, Perancis dan Spanyol. Negara-negara bagian di wilayah timur yang mengklaim wilayah dari pantai Atlantik sampai Sungai Mississippi harus berhadapan dengan orang-orang Indian yang didukung oleh kekuatan imperialis Barat. Untuk mengatasi hal tersebut pada tahun 1794 komisi khusus yang dipimpin oleh John Kay, melalui upaya diplomatik, berhasil menandatangani perjanjian dengan Inggeris. Dalam perjanjian tersebut Inggeris sepakat untuk tidak lagi mendukung orang-orang Indian di wilayah baratdaya. Perjanjian yang sama juga ditandatangani dengan Spanyol yang memungkinkan Amerika Serikat memperluas wilayahnya ke wilayah barat laut.

2.2  Perluasan Wilayah ke Louisiana

Dalam sejarah Eropa dan kawasan Karibia berpengaruh terhadap upaya diplomatik Amerika Serikat dalam perluasan wilayahnya. Pada tahun 1800 Spanyol menyerahkan wilayah Louisiana, satu kawasan antara Sungai Missisippi dan Pegunungan Rocky, kepada Perancis. Napoleon Bonaparte, penguasa Perancis yang telah berhasil menguasai Spanyol di Eropa, bermaksud menggunakan wilayah Louisiana sebagai jalan untuk menjadikan Perancis sebagai kekuatan imperium di Amerika. Namun demikian, sebuah revolusi yang digerakkan oleh orang-orang kulit hitam di kepulauan Hispaniola (sekarang Haiti dan Santa Dominggo) merusak rencana Napoleon. Revolusi yang dipimpin oleh Toussaint L'Ouverture dan didukung oleh 500.000 budak kulit hitam Haiti hampir berhasil memaksa 40.000 orang kulit putih pemilik budak untuk membebaskan perbudakan di Haiti. Napoleon segera mengirimkan pasukannya untuk meredam gerakan revolusi serta menduduki wilayah New Orleans dan menguasai wilayah Louisiana.
Presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson, yang melihat kemungkinan semakin kuatnya ancaman Perancis bila tetap menguasai Louisiana, mengutus Jams Monroe ke Paris dan mendesak duta besar Amerika di Paris, Robert Livingstone, untuk berunding mengenai kemungkinan membeli wilayah Lousiana dari Perancis. Melihat kemungkinan semakin kuatnya dominasi imperialis Eropa di Amerika, pemerintah Amerika Serikat, dibawah presiden Thomas Jefferson berusaha untuk memperoleh wilayah Louisina dengan berbagai cara. Upaya diplomatikpun dilakukan dengan gencar untuk usaha tersebut. Hal tersebut dilakukan sebab Inggris pun yang sedang bersaing dengan Perancis berusaha memperoleh wilayah yang kaya dengan sumber daya alam tersebut.
Pada saat Robert Livingstone secara intensif melakukan upaya diplomatik bertemu dengan Menteri Luar Negeri Perancis yang bernama Talleyrand, dengan memberikan sebuah tawaran menarik bahwa Livingstone bersedia untuk membayar empat juta dollar. Kurang dari tiga minggu kemudian perjanjian jual beli tersebut ditandatangani. Perancis yang sedang berhadapan dengan Inggris, baik di Eropa dan Amerika, lebih suka menyerahkan Louisiana kepada Amerika Serikat daripada kepada Inggris dengan harga 12 juta dollar.
Dalam sejarah diplomasi Amerika Serikat pembelian yang terjadi pada tahun 1803 tersebut dilatakan oleh Buckler (1993: 977) sebagai "the greatest bargain in the U.S diplomatic history" atau sebagai jual beli yang paling menakjubkan dalam sejarah diplomasi Amerika Serikat. Setelah memperoleh wilayah Lousiana, Amerika Serikat masih dihadapkan denganancaman Inggris yang masih menguasai Canada. Amerika Serikat juga membenci Inggris yang merupakan saingan beratnya dalam perdagangan di kawasan Atlantik dan memonopoli barang-barang dagangan di kawasan tersebut.
Orang-orang Amerika Serikat di kawasan barat menghendaki diteruskannya perang dengan Inggeris yang selalu mengancam kapal-kapal Amerika di lautan bebas. Persaingan dengan Inggris tersebut mendorong dilakukannya pertimbangan diplomatik melalui peperangan dengan negara Eropa tersebut. Sikap netral AS terhadap masalah perdagangan luar negeri dengan negara-negara Eropa tidak sepenuhnya bisa diterapkan ketika negara tersebut memiliki kepentingan lain di daratan. Sikap tidak bisa menjaga kenetralan tersebut diterapkan oleh Presiden James Madison ketika berhadapan dengan Inggris. Perang tahun 1812 yang dikenal dengan War Hawks tersebut mengakhiri masalah Indian serta memberi jalan kepada para pioner-pioner Amerika untuk membuka lahan yanglebih luas di bagian barat.
Perang tersebut diakhiri dalam Perjanjian Ghent di Belgia tahun 1814 berkat campur tangan Tsar Rusia yang sedang berusaha mendekati Inggris dalam mengakhiri perang dengan Napoleon Bonaparte. Dalam perjanjian tersebut Amerika dan Inggris sepakat untuk menjaga Great Lakes sebagai kawasan bebas militer, kebebasan bagi nelayah Amerika, Inggris dan Canada untuk menangkap ikan di New Foundland dan Labrador serta persetujuan mengenai perbatasan baru antara Amerika Serikat dan Canada, dan dijadikannya kawasan Oregon sebagai daerah terbuka bagi orang Inggris dan Amerika. Perjanjian dengan Inggris tersebut menjadikan politik diplomasi Amerika Serikat sementara lebih berorientasi ke dalam dalam upaya merebut Florida serta menyatukan wilayah hingga ke pantai Pasifik.

2.3  Perluasan wilayah ke Barat

Dalam perluasan wilayah ke arah barat, bisa dikatakan sebagai gerakan dari orang-orang yang berada di wilayah tetap atau koloni di Amerika Serikat menuju ke wilayah jauh di barat. Antara awal abad ke-17 dan akhir abad ke-19, orang–orang Anglo-Amerika dan masyarakat lainnya melakukan ekspansi dari Pantai Atlantik menuju ke Pantai Pasifik. Gerakan ke barat, menyeberang ke apa yang disebut sebagai daerah frontier Amerika. Melalui perluasan wilayahnya dengan memasukkan lebih dari tiga juta meter persegi, Amerika Serikat menjadi salah satu bangsa yang kuat pada abad ke-20. Tetapi, ekspansi ke barat tersebut juga mengakibatkan sebuah pederitaan yang besar, pengrusakan, dan kemunduran budaya bagi orang-orang asli Amerika yang berada di Amerika Utara.
Perluasan wilayah ini juga berarti bahwa Amerika Utara banyak didominasi oleh lembaga-lembaga dan cara hidup orang-orang  Inggris, di samping Spanyol dan Perancis. Orang-orang Spanyol dan Perancis mengeksplorasi dan bermukim juga di Amerika Utara pada abad ke-16, 17, dan 18. Bagaimana pun juga perluasan wilayah ke arah barat ini mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk sejarah Amerika Utara, khususnya Amerika Serikat.
Dalam rangka perluasan wilayah ke arah barat, pemerintah federal memegang peranan yang sangat besar. Pemerintah federalini berperan dalam mendanai kegiatan-kegiatan eksplorasi berbagai wilayah dan dalam mendirikan tempat-tempat pemukiman. Peta di bawah ini menunjukkan wilayah yang dimiliki dan dikontrol oleh pemerintah federal dalam tahun 1990an. Tanah-tanah tersebut diatur oleh beberapa departemen pemerintah, termasuk Biro Manajemen Tanah, Biro Urusan-Urusan Indian, dan Pelayanan Hutan Nasional.
Tujuan perluasan wilayah ke arah barat memang dalam rangka meluaskan wilayah Amerika Serikat yang membentang dari Atlantik ke Pasifik, walaupun di balik itu ada motif ataupun kepentingan lain seperti ekonomi misalnya. Alasan yang digunakan waktu itu adalah terkait dengan Manifest Destiny. Manifest Destiny  merupakan alasan yang sering dipakai dalm rangka perluasan wilayah ke arah barat, bahwa Amerika Serikat sebagai bangsa yang besar maka wajib menyebarkan paham demokrasi ke segala penjuru dunia kalau perlu dengan cara kekerasan.
Perluasan wilayah ke arah barat  mempunyai dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka  pendeknya yaitu perluasan berakibat pada munculnya konflik antar negara bagian. Namun, konflik-konflik yang terjadi dapat diselesaikan  melalui kompromi-kompromi (Kompromi Missouri 1820 dan Kompromi 1850). Dampak jangka panjang adalah memungkinkan Amerika Serikat berkembang menjadi negara super power, bahkan hyper power. Hal tersebut dimungkinkan karena Amerika Serikat mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusianya cerdas.

2.4  Upaya Amerika dalam Aneksasi Wilayah Florida dan Texas

2.4.1        Aneksasi Florida

John Quincy Adams merupakan menteri luar negeri Amerika Serikat. Pelaksanaan politik luar negerinya menunjukkan semangat kesatuan nasional Amerika Serikat. Sebagai menlu di bawah Presiden baru, James Monroe (1817 – 1825) dan anak presiden Amerika Serikat kedua, Adams berusaha mengimplementasikan sentimen kesatuan nasional dalam politik luar negerinya yang independen.
Aneksasi Florida dari Spanyol tercapai berkat kepiawaian upaya diplomatiknya. Ia mampu memadukan kebijaksanan luar negeri dengan kebijaksanaan dalam negeri. Pengalaman diplomasi di Paris, Ghent, St Peterburg, Negeri Belanda dan Prusia, dan penguasaan enam bahasa serta pemahaman mengenai karya-karya klasik Barat menjadikannya sebagai diplomat ulung. Setelah kembali dari Eropa tahun 1817 dia memiliki pemahaman yang mendalam mengenai negara-negara Eropa yang merupakan saingan Amerika Serikat di benua Amerika. Sebagai penganut ajaran Calvin, ia percaya bahwa perluasan imperium Amerika tidak dapat dihindari dan sangat penting untuk diperjuangkan. Sebagai diplomat ulung, Adams memiliki pandangan yang tajam mengenai gerak-gerik Inggris di benua Amerika. Pada tahun 1817 dia meyakini bahwa Inggris merupakan ancaman terhadap Amerika Serikat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Namun demikian, kedua negara dalam hal-hal tertentu memiliki pandangan yang sama dalam menghadapi negara-negara Eropa. Mereka membenci imperium Spanyol yang bersifat diskriminatif terhadap barang-barang kedua negara. Mereka juga tidak menyukai Perancis yang agresor.
Terbentuknya “Holy Alliance” yang beranggotakan para monarki Eropa yang dipimpin oleh Rusia dan berusaha mempertahankan pemerintahan monarki di Eropa dan Amerika Latin merupakan ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat dan Inggris. Adams tidak percaya begitu saja dengan Inggris yang memiliki kepentingan yang relatif sama dalam menghadapi negara-negara Eropa lain. Selama tiga tahun kemudian, Adams mengkaji kembali hubungannya dengan Ingggris yang menyangkut konflik mengenai Great Lakes, perbatasan dengan Canada di sebelah barat, masalah perikanan dan status Oregon. Untuk mencegah ambisi Inggris di Amerika Latin, Adams menjalin hubungan erat dengan Tsar Alexander dari Rusia. Aliansi tersebut merupakan sarana yang baik untuk mencegah ambisi Inggris di Amerika Serikat dan Amerika Latin.
Untuk menghancurkan kepentingan Inggris di benua Amerika Adams melalukan upaya diplomatik serta penetrasi militer terhadap pelabuhan-pelabuhan dagang di West Indies yang dimiliki Inggris. Melalui upaya diplomatik yang gencar serta dukungan para pedagang Amerika maka Inggris membuka pelabuhan-pelabuhannya di daerah koloni itu. Keberhasilan tersebut merupakan langkah awal bagi upaya menghancurkan imperium Inggris dan imperium kolonial di benua Amerika.
Adams yakin bahwa Revolusi Amerika merupakan pertanda awal untuk mengakhiri kolonialisme Eropa di Amerika serta membangun imperium. Amerika Serikat yang berkuasa di daratan dan di lautan. Untuk menyatukan seluruh kontinen Amerika Utara dibawah Amerika Serikat, Adams harus mendekati imperium Eropa yang masih bercokol di wilayah tersebut Salah satu di antaranya adalah Spanyol yang masih menguasai Frorida Timur. Florida Barat diperoleh AS dalam Perjanjian Ghent tahun 1812. Dalam perundingan dengan menteri luar negeri Spanyol, Luis de Onis tahun 1818 dan 1819, masalah Florida masih belum jelas.
Pesiden AS, James Monroe mengutus Jenderal Andrew Jackson untuk menghentikan serangan orang-orang Indian atas permukiman orang-orang Amerika serta untuk menduduki semua pelabuhan Spanyol. Dalam Perang Seminole (1817) antara pasukan AS dengan orang-orang Indian, Jackson sekaligus melakukan ekspansi ke daerah pendudukan Spanyol, menangkap pasukan penjaga Spanyol serta orang Inggris yang menghasut orang-orang Indian. Tindakan tersebut tentu saja menimbulkan protes dari Spanyol dengan menuduh bahwa Jackson menyerang pemukim-pemukim warga sipil Spanyol dan Inggris di Florida. Spanyol mengusulkan kepada Presiden Monroe agar Jackson ditarik dari kawasan itu. Usulan tersebut diterima Kabinet Monroe, kecuali Adams. Menteri luar negeri Adams membela tindakan Jackson dengan mengatakan bahwa Spanyol tidak mampu memelihara stabilitas sosial di Florida.
Dalam menghadapi tindakan agresi Amerika, Spanyol meminta bantuan Inggeris. Namun demikian, Inggris menolak untuk ikut campur. Inggris melihat bahwa perpecahan imperium Spanyol di Amerika dapat membuka jalan bagi pedagang-pedagang Inggris. Adams memanfaatkan kenetralan Inggeris untuk merebut seluruh wilayah Florida serta Texas. Pada bulan Februari 1819 menteri luar negeri Spanyol, Onis sepakat untuk menandatangani perjanjian dengan Adams yang berisi penyerahan Florida Timur kepada AS, pengakuan atas kedudukan AS di Florida Barat, membatalkan klaimnya atas Oregon serta jalur pelayaran menuju Sungai Mississippi kepada AS, serta perbatasan sepanjang 42 derajat lintang utara sampai Sungai Sabine, Red and Arkansas hingga ke Pasifik. Sebaliknya AS harus melapaskan tuntutannya atas Texas dan membayar lima juta dollar yang diklaim warga AS atas Spanyol.
Penyerahan Florida oleh Spanyol tersebut antara lain untuk melindungi kepentingannya yang lebih luas di Mexico. Perjanjian yang disebut Transkontinental Treaty tersebut merupakan salah satu kemenangan diplomatik Adams yang terbesar dalam karir diplomatiknya. Bagi Amerika Serikat, perjanjian tersebut merupakan jalan pembuka yang lebih luas kearah Pasifik dan Amerika Latin terutama untuk kepentingan dagang dalam rangka menghadapi pembatasan-pembatasan dagang yang dilakukan oleh Inggeris di kawasan tersebut.
Amerika Latin merupakan kawasan yang sangat strategis bagi Amerika Serikat. Ketika perdagangan luar negeri AS mengalami penurunan antara tahun 1816 dan 1821 perdagangan dengan negara-negara Amerika Latin terjadi sebaliknya. Volume perdagangan dengan kawasan tersebut meningkat 25 persen senilai delapan juta dolar. Dengan demikian, AS sangat berkepentingan dengan kawasan tersebut untuk membuka pelabuhan-pelabuhan bagi barang-barang dan kapal-kapal dagang AS.
Ketika terjadi gerakan revolusi di negara-negara Amerika Latin terhadap imperium Spanyol dan Portugal, sikap menteri luar negeri AS, John Quincy Adams membela keduanya. Pada tahun 1821, ia menganggap penting kawasan tersebut untuk kepentingan ekonomi. Sebaliknya ia tidak bersedia membantu gerakan revolusioner negara-negara tersebut terhadap kekuatan imperialis Eropa. Dia menganggap bahwa penghargaan orang-orang AS terhadap hak-hak sipil dan kemerdekaan politik di AS tidak bisa diterapkan terhadap Amerika Latin. Adams merasa ragu dengan negara-negara Katholik Amerika Latin mengenai pengakuan hak-hak sipil. Meskipun dia yakin bahwa gerakan revolusioner di Amerika Latin bertujuan menghancurkan kolonialisme dikawasan tersebut yang juga diinginkan oleh Adams, AS tidak bisa melibatkan diri membantu gerakan tersebut.
Sikap Adams kemudian berubah setelah beberapa negara Amerika Latin memperoleh kedaulatannya dari Spanyol dan Portugal pada tahun 1822. Adams melihat bahwa Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Mexico dan negara-negara Amerika Tengah bisa merupakan ancaman bagi perdagangan AS bila mereka jatuh ke dalam sistem perdagangan Inggris yang lebih kuat. Oleh karena itu, Adams mengakui kedaulatan negara-negara tersebut tahun 1822 dan mulai menjalin hubungan yang lebih erat di bidang perdagangan.
Pada tahun 1821 ketika Tsar Rusia, Alexander I, menyatakan bahwa semua kawasan di bagian utara Amerika mulai dari garis 51 derajat dan sepanjang seratus mil dari pantai ke kawasan Pasifik menjadi milik Rusia dan tertutup bagi kepentingan non-Rusia. Tsar Rusia didesak oleh perusahaan gabungan Rusia-Amerika untuk mengumumkan bahwa wilayah kekuasaan Rusia di Amerika Utara yang memanjang dari Alaska ke pantai barat hingga ke San Fransisco adalah milik Rusia. Pengumuman tersebut mendorong berkembangnya minat perdagangan dan perikanan di kawasan tersebut. Sejak tahun 1796 orang-orang Amerika bukan Rusia, memonopoli perdagangan kulit binatang di kawasan tersebut dan membentuk jaringan dagang antara New England, Asia dan Pantai Barat Daya. Perdagangan tersebut menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Dalam menjawab pengumuman Tsar tersebut, Adams menemui pajabat Rusia pada tanggal 17 Juli 1823. Dalam pertemuan tersebut Adams menyatakan bahwa AS akan menentang ambisi Rusia dalam mengklaim teritorial baru di Amerika. AS juga akan tetap memegang prinsip bahwa benua Amerika tidak dapat digunakan lagi untuk membangun wilayah koloni bani oleh bangsa Eropa.
Sikap tegas Adams bukan hanya ditujukan kepada Rusia tetapi juga terhadap Inggris yang masih menguasai kawasan barat daya, terutama Oregon. Lima hari kemudian, Adam kembali mengulangi pernyataan yang sama terhadap Inggris. Benua Amerika tidak lagi bisa digunakan sebagai tempat kolonisasi. Kawasan Pasifik harus tetap terbuka bagi pelayaran bagi semua bangsa seperti halnya Atlantik, Adams mengingatkan Inggris bahwa dihapuskannya daerah koloni Inggris di pantai barat daya tidak akan merugikan Amerika Serikat.
Pada musim panas 1823, menlu Inggeris George Canning memanfaatkan sikap politik Adams untuk kepentingan Inggeris. Canning menyatakan bahwa Inggeris dan AS akan bergabung untuk menghadapi Perancis dan Spanyol yang-akan mengembangkan monarki seberang lautan di Amerika Latin. Ketika misi diplomatic Canning tiba, Adams sedang berlibur di Massacussetts. Presiden James Monroe meminta negarawan lain, Jefferson dan Madison, untuk memberikan saran. Kedua negarawan tersebut sepakat untuk bekerjasama dengan Inggris. Namun demikian, ketika kembali pada bulan November Adams meyakinkan Presiden Monroe bahwa kerjasama Inggris dan AS tidak akan menguntungkan secara politik bagi kepentingan AS.
Menteri luar negeri Adams meyakini bahwa AS tidak perlu mengikatkan dirinya dengan Inggris untuk menjawab tuntutan Canning. Tanpa kehilangan kebebasan bertindak, AS harus tetap mengingatkan negara-negara Eropa untuk angkat kaki dari benua Amerika. Sementara AS tetap berusaha membangun imperium daratan dan mengusai perdagangan lautan. Menghadap sikap tegas Adams, George Canning mengadakan perundingan rahasia dengan duta besar Perancis di London, Prince de Polignac, akhir tahun 1823, untuk memperoleh pemahaman bersama mengenai situasi di Amerika Latin. Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa Perancis sebenamya tidak berambisi untuk membangun imperium kolonial di kawasan tersebut. Kabar sikap Perancis yang diketahui oleh seorang menteri AS, Richard Rush, tersebut dikirim ke Washington, tetapi terlambat datang. Kabar tersebut tidak mengubah pandangan Adams mengenai kebijaksanaan AS terhadap ambisi Perancis, Inggris terhadap Amerika Latin. Selama bulan November 1823, Kabinet presiden Monroe mengadakan perdebatan mengenai perlu tidaknya kebijaksaan luar negeri AS mengenai kawasan barat daya (Nortwest) dan Oregon serta Amerika Latin diumumkan secara terbuka seperti diinginkan oleh menlu Adams. Presiden Monroe memilih diumumkan secara terbuka.
Pada tanggal 2 Desember 1823 Presiden Monroe mengirimkan pesan pada Kongres mengenai tiga prinsip politik luar negeri AS, yaitu (1) Benua Amerika sejak sekarang tidak bisa lagi digunakan sebagai daerah kolonisasi oleh negara-negara Eropa, (2) AS tidak akan membiarkan adanya usaha negara-negara Eropa tersebut memperluas pengaruhnya atas kawasan Amerika, dan (3) AS tidak akan ikut campur dalam urusan dalam (internal concerns) negara-negara Eropa. Tiga prinsip luar negeri AS tersebut terkenal dengan sebutan Doktrin Monroe.
Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di negara-negara Amerika latin. Namun demikian, dalam pandangan menlu Jonh Quincy Adams, ekspansi lebih lanjut tidak akan membawa akhir yang membahagiakan bagi AS. Doktrin Menroe, menurut Adams, memang merupakan kemenangan diplomatik bagi AS dalam jangka pendek.
Dalam hubungannya dengan kepentingan Rusia di Amerika, Doktrin Monroe memiliki dampak positif. Menlu Adams, sebagai diplomat ulung mempu memanfaatkan doktrin tersebut untuk menyepakai sebuah konvensi dengan Rusia tahun 1824. Dalam konvensi tersebut Tsar Rusia menyerahkan klaimnya atas pantai barat Amerika Serikat dan menerima perbatasan sebelah selatan sepanjang 54 derajat bagi orang-orang Rusia-Amerika. Rusia juga menanggalkan klaimnya atas Oregon dan San Fransisco. Sebaliknya AS berjanji untuk mengatur kembali hubungannya dengan penduduk New England di Canada yang kerap menjual senjata genggam dan minuman keras kepada penduduk Indian di Amerika Serikat. Dalam jangka panjang konvensi tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pedagang-pedagang Amerika di sepanjang pantai barat, sebaliknya Rusia bisa diusir dari Oregon yang kemudian dijadikan daerah eksplorasi oleh orang-orang Inggris dan Amerika.
Setelah Adams terpilih sebagai presiden AS tahun 1825, beberapa kemenangan diplomatik diperolehnya. Pada tahun 1827, Konvensi Tahun 1818 mengenai Oregon diperbarui yang memungkinkan terbuka luasnya kesempatan bagi orang-orang Amerika untuk mengeksploitasi daerah tersebut. Dalam perundingan lainnya dengan Inggeris, Adams memaksa Inggris untuk mengakui kedaulatan Amerika atas sumber hutan dan lahan peitanian di Oregon.

2.4.2        Aneksasi Texas

Aneksasi Texas dari Mexico tahun 1845 dilatarbelakangi oleh kondisi Texas sebagai tempat migrasi besar-besaran warga AS ke kawasan tersebut. Di Texas, kaum migran AS mengolah lahan pertanian untuk memproduksi katun dan gula. Hasil pertanian tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya dan menjadi penyumbang cukup besar bagi perekonomian Texas. Penduduk AS yang merasa tidak suka dengan pemerintahan Mexico dibawah presiden Santa Anna yang mampu melepaskan diri dari Mexico dan kemudian mendirikan Republik Texas tahun 1836. Republik baru tersebut berada di bawah protektorat Inggris yang merupakan saingan Amerika Serikat di benua Amerika. Dengan demikian, Amerika Serikat sangat berkepentingan dengan Texas.
Presiden AS, John Tyler, sangat menaruh perhatian pada status Texas. Texas yang dilindungi oleh Inggris tentu saja bisa merupakan ancaman bagi ambisi Amerika Serikat untuk menyatukan wilayah pantai Timur (Atlantik) dan pantai Barat (Pasifik). Presiden Tyler memanfaatkan issu Texas untuk kepentingan politiknya, yaitu untuk memperoleh dukungan dari Partai Demokrat yang bersifat ekspansionis dan kontinentalis yang ditentang oleh Partai Whig. Presiden Tyler yang berasal dari Partai Whig harus mampu menarik dukungan dari lawan politiknya. Setelah melalui perdebatan panjang di parlemen ditengah-tengah persaingan antara Partai Whig dan Demokrat serta antara politikus dari Selatan dan Utara, Presiden Tyler berhasil menyatukan Texas ke dalam Union. Sebuah resolusi dalam Kongres berhasil menyepakati aneksasi Texas dan ditandatangani oleh Presiden Tyler tanggal 5 Juli 1845.
Pengambilalihan Texas yang luasnya 267.339 mil persegi belum memuaskan nafsu orang-orang Amerika untuk menguasai sisa-sisa imperrium Spanyol di Amerika Utara. Bahkan sebagaian kelompok ekspansionis bermimpi untuk memperoleh Kuba dan Amerika Tengah. Untuk memenuhi keinginan rakyat Amerika Presiden Amerika Serikat yang baru James K Polk, mencoba mendekati Mexico dengan mengirim diplomat-diplomat ulungnya untuk merundingkan kemungkinan pembelian California dari Mexico. Tawaran tersebut tentu saja ditolak Mexico yang baru saja kehilangan Texas. Dengan cara mengkritik ketidakstabilan politik di Mexico dan ketidakmampuan menjalankan pemerintaiian di California, Polk memaksa Mexico untuk menyelesaikan persoalan tersebut melalui peperangan. Ketika beberapa pasukan kavalerinya tewas di daerah perbatasan, Polk segera mendekati Kongress dan menyatakan bahwa pasukan Mexico telah melintasi perbatasan AS dan mengancam kedaulatan AS serta membuat orang-orang Amerika berdarah serta mengotori tanah AS.
Berkat kepiawaian Presiden Polk mempengaruhi Kongres maka keluarlah persetujuan dari Kongress bahwa dengan tindakan Mexico tersebut maka AS berada dalara keadaan perang dengan Mexico. Texas dan beberapa negara bagian yang dilintasi Sungai Mississippi, yang menginginkan ditingkatkannya jumlah perbudakan, mengerahkan sejumlah 49.000 pasukan. Akibatnya Mexico mengalami kekalahan total dan terpaksa menandatangani Perjanjian Guadalupe Hidalgo tahun 1848. Dalam perjanjian tersebut Mexico menarik klaimnya atas Texas dan menyerahkan New Mexico dan California serta mengakui Rio De Grande sebagai perbatasan kedua negara. Seluruh daratan Amerika seperti terlihat sekarang berhasil dipersatukan tahun 1853 setelah AS mernperoleh tambahan wilayah di sebelah selatan California yang berbatasan dengan Mexico tahun 1853 di sebelah selatan, dan Oregon di utara yang ditandatangani dengan Inggris tahun 1846. Upaya diplomatik yang didukung oleh kekuatan ekonomi dan militer telah berhasil membentuk imperium Amerika Serikat di Amerika Utara menggantikan kekuatan Eropa yang semula dipegang oleh Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol. Sampai tahun 1917 AS telah membentuk Imperium di Amerika hingga Asia Pasifik.

2.5  Upaya Amerika dalam Pembelian Alaska dari Rusia

Pada abad ke-19, Alaska adalah pusat perdagangan internasional. Di dalam ibukota Alaska, Novoarkhangelsk (sekarang bernama Sitka), orang-orang berjualan kain dari Cina, teh, bahkan es, yang masih dibutuhkan oleh bagian selatan Amerika Serikat sebelum ditemukannya pendingin buatan. Di sana ada pula pembuatan kapal dan pabrik, serta tambang batu bara. Diketahui pula bahwa di sana terdapat cadangan emas yang berlimpah. Tentu saja keputusan menjual daerah ini sangatlah tidak rasional.
Para pedagang dari Rusia sangat tertarik dengan komoditas taring anjing laut dan kulit bulu berang-berang laut, yang bisa dibarter dengan suku pribumi. Waktu itu harga taring anjing laut tidak kalah dengan gading gajah. Perusahaan Rusia-Amerika (PRA) yang menjalankan bisnis tersebut. Di belakang perusahaan itu berdiri orang-orang yang berani cenderung nekat, yaitu pebisnis Rusia abad-18, para pengembara sejati dan juga para spekulan dan pedagang. Semua perdagangan dan sumber daya alam adalah milik perusahaan tersebut, dan perusahaan itu dapat membuat perjanjian dagang dengan negara lain secara langsung, memiliki benderanya sendiri, serta mata uang sendiri yang terbuat dari kulit binatang. Semua hak istimewa itu diberikan perusahaan kepada Kekaisaran Rusia. Kekaisaran mengambil pajak yang sangat besar dari perusahaan tanpa mengambil peran di dalamnya. Para kaisar dan keluarganya masuk ke dalam jajaran pemegang saham Perusahaan Rusia-Amerika (PRA) tersebut.
Pemimpin utama masyarakat Rusia di Amerika saat itu adalah seorang pedagang yang penuh talenta, Aleksandr Baranov. Ia membangun sekolah dan pabrik, mengajarkan cara menanam lobak dan kentang kepada suku pribumi, mendirikan benteng dan galangan kapal, serta memperluas perdagangan berang-berang laut. Baranov menyebut dirinya sendiri sebagai “Pizarro Rusia” dan terikat ke Alaska tidak hanya sebagai sumber penghasilan, tetapi juga hatinya, di mana ia menikahi anak kepala suku Aleut.
Pada masa kepemimpinan Baranov, PRA memberi penghasilan yang sangat besar. Keuntungannya lebih dari 1.000 persen. Saat Baranov menjadi sangat tua lalu pensiun, ia digantikan oleh Kapten Hagemeister yang membawa serta orang-orang militer ke dalam jajaran pemilik saham dan juga pekerja. Sesuai dengan peraturan, setelah itu perusahaan hanya boleh dipimpin oleh tentara angkatan laut. Para penguasa tersebut dengan cepat menguasai semua bisnis yang menguntungkan di tangannya, tetapi hal tersebut juga menempatkan PRA di ujung tanduk.
Penguasa baru menentukan sendiri upah yang selangit. Tentara tingkat bawah mendapatkan 1.500 rubel per tahun saat itu, sebanding dengan gaji menteri dan senator. Sementara pemimpin perusahaan mendapatkan 150.000 rubel. Harga pembelian komoditas kulit warga setempat diturunkan dua kali lipat. Hasilnya, dalam waktu 20 tahun setelah itu, suku Eskimo dan Aleut hampir memburu semua berang-berang laut yang ada, menghabiskan komoditas perdagangan paling menguntungkan itu di Alaska. Suku pribumi menjadi miskin dan memberontak, yang ditekan oleh Rusia yang menembaki desa-desa suku pribumi di pinggiran perairan dari kapal-kapal perang Rusia.
Para tentara berusaha menemukan sumber penghasilan yang lain. Maka dimulailah perdagangan es dan teh, yang juga tidak dapat diatur secara bijaksana oleh para pebisnis. Mereka tidak ingin menurunkan gaji mereka sendiri. Akhirnya PRA pun diberikan subsidi oleh negara sebesar 200.000 rubel per tahun. Sayangnya hal tersebut juga tidak membantu.
Bersamaan dengan krisis itu, Perang Krimea telah dimulai. Rusia berperang melawan sekutu yang terdiri dari Inggris, Perancis, dan Turki. Jelas Rusia tidak bisa lagi melindungi atau pun menyokong Alaska, jalur laut pun sudah dikuasai oleh sekutu. Potensi tambang emas menjadi tidak jelas. Ketakutan muncul kalau Inggris dapat memblokir Alaska, sehingga Rusia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Ketegangan antara Moskow dan London terus meningkat, sedangkan hubungan dengan pemerintah Amerika Serikat menjadi paling kelam dari yang pernah ada. Ide penjualan Alaska muncul praktis secara bersamaan di benak Rusia dan Amerika Serikat. Baron Edward de Stoeckl, utusan Rusia di Washington, atas titah Kaisar melakukan negosiasi dengan Sekretaris Negara Amerika Serikat, William H. Seward.
Pada 30 Maret 1867, perjanjian jual beli 1,5 juta hektar tanah milik Rusia di Amerika Serikat seharga 7,2 juta dolar AS telah ditandatangani di Washington. Jumlah tersebut murni hanya sebagai simbol saja. Bahkan tanah terbuang di Siberia pun tidak dijual semurah itu. Tetapi situasi saat itu sangat kritis, bahkan bisa saja Rusia tidak mendapatkan apa-apa.
Penyerahan resmi wilayah itu dilaksanakan di Novoarkhangelsk. Tentara Amerika dan Rusia berbaris di sekitar tiang bendera. Bendera Rusia diturunkan sambil diiringi penghormatan senapan. Tetapi bendera tersebut terbelit dan tersangkut di tiang. Seorang pelaut harus memanjat tiang itu dan melemparnya ke bawah, tetapi bendera tanpa sengaja mendarat tepat di ujung bayonet tentara Rusia. Pertanda buruk! Setelah itu Amerika mulai menduduki bangunan kota yang diganti namanya menjadi Sitka. Ratusan warga Rusia yang memutuskan tidak menerima kewarganegaraan Amerika Serikat, terpaksa harus dievakuasi menggunakan kapal dagang dan sampai ke tanah air di tahun selanjutnya.
Kesepakatan yang dilakukan William H. Seward ternyata tidak seluruhnya disetujui publik Amerika Serikat. Sejarawan Ellis Paxson Oberholtzer merangkum pernyataan minoritas yang menentang pembelian, yang diambil dari beberapa editor surat kabar Amerika. Bagi mereka, meskipun Pembelian Alaska terbilang tidak mahal, dampaknya akan berimbas pada keuangan Amerika Serikat yang nantinya akan tersedot untuk sekadar biaya administrasi sipil dan militer. Selain itu, “padang gurun beku” tersebut letaknya terpisah dengan daratan Amerika Serikat sehingga rentan dianeksasi.
Terlepas itu semua, sebagian besar kalangan justru mendukung Pembelian Alaska yang berpendapat bahwa Amerika Serikat mungkin akan memperoleh manfaat ekonomi yang besar, sekaligus meningkatkan hubungan persahabatan dengan Rusia yang dianggap penting. Selain itu, 45% surat kabar Amerika juga mendukung pembelian tersebut sebagai pijakan untuk menganeksasi British Columbia. Dalam suasana pro dan kontra yang mencuat, faktanya Pembelian Alaska berkali-kali lebih menguntungkan bagi Amerika Serikat. Wilayah yang dianggap “padang gurun beku” ternyata kaya akan sumber daya alam, seperti emas, tembaga, minyak bumi, dan lain-lain.
Untuk memperlancar langkahnya, William H. Seward membujuk Presiden Andrew Jonhson untuk menggelar sidang khusus Senat dengan jaminan tidak akan ada perdebatan. Partai Republik yang menjadi oposisi mencemooh “kebodohan Seward” dalam konteks kurangnya manfaat pembelian, bukan didasari permusuhan politik. Pada tanggal 9 April 1867, Charles Sumner, Ketua Komite Senat Hubungan Luar Negeri, me-menangkan persetujuan kesepakatan penanda-tanganan Pembelian Alaska dengan suara 37-2. Sejak saat itu, lebih dari setahun kasus ini tenggelam seiring memburuknya hubungan Presiden Andrew Johnson dengan Kongres. Alhasil, DPR menolak mencairkan dana yang diperlukan untuk transaksi Pembelian Alaska.
Pada bulan Juni 1868 (setelah sidang impeachment Presiden usai), Eduard de Stoeckl dan William H. Seward mengangkat kembali kampanye Pembelian Alaska. Pada bulan Juli 1868, akhirnya DPR menyetujui Pembelian Alaska dengan suara 113-48. Proses pembayaran dilakukan pada tanggal 1 Agustus 1868, melalui Riggs Bank yang menguangkan cek untuk pihak Rusia. Dengan Pembelian Alaska yang difasilitasi William H. Seward, Amerika Serikat memperoleh wilayah yang luasnya 2 kali lebih besar dari Texas. Secara tidak langsung Amerika Serikat mewarisi pengawasan Rusia di Alaska yang diperkirakan berisi sekitar 2.500 orang Rusia dan 8.000 orang pribumi, serta sekitar 50.000 pribumi yang ada di luar yurisdiksi. Selain itu ada 2 daerah setingkat kota: New Archangel (sekarang Sitka) berpenduduk 968 jiwa yang didirikan tahun 1804 untuk menangani perdagangan kulit otter laut; dan St. Paulus di Kepulauan Pribilof yang merupakan pusat industri segel bulu yang berpenduduk 283 jiwa. Setelah itu, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat mengubah penggunaan nama Alyaska (sebutan Rusia untuk Alaska) yang diambil dari bahasa Aleut, untuk disesuaikan dengan lidah orang Amerika sehingga menjadi “Alaska”.
Pada tanggal 18 Oktober 1867, berlangsung upacara serah terima wilayah Alaska oleh Kekaisaran Rusia yang diwakili Kapten Aleksei Alekseyevich Peshchurov kepada Amerika Serikat yang diwakili Jenderal Lovell Rousseau. Upacara serah terima dilakukan di Sitka dan dimeriahkan gemuruh tembakan artileri yang mengiringi parade bersama Tentara Rusia dan Amerika Serikat di depan rumah gubernur. Sebagai simbol serah terima, bendera Rusia diturunkan dan digantikan bendera Amerika Serikat. Setelah itu Tentara Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Jefferson Davis menempati barak bekas Tentara Rusia.

BAB 3. PENUTUP

3.1  Simpulan

Sejak tahun 1776 sampai sekarang bangsa Amerika selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran bangsanya melalui upaya-upaya diplomatik untuk membentuk sebuah imperium besar yang berkuasa dan berpengaruh atas bangsa-bangsa lain di dunia. Upaya yang dilakukan Amerika adalah dengan cara menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang didasari atas kepentingan nasional di berbagai bidang. Upaya diplomatik tersebut untuk menjaga dan memperluas wilayah teritorial dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap imperium-imperium tersebut, baik yang dilakukan secara damai maupun yang didukung oleh kekuatan militer.
Perluasan wilayah sebenarnya telah dilakukan pada jaman kolonial. Pada jaman tersebut para pionir Amerika menjelajah ke arah barat untuk membuka lahan-lahan baru hingga ke pengunungan Appalachian. Setelah memperoieh kedaulatan tahun 1776, penjelajahan ke arah barat memperoieh percepatan karena didukung oleh negara-negara bagian di wilayah timur melalui upaya-upaya diplomatik ketika mereka berhadapan dengan kekuatan-kekuatan imperialis Eropa, seperti Inggeris, Perancis dan Spanyol.
Perluasan wilayah ke arah barat, bisa dikatakan sebagai gerakan dari orang-orang yang berada di wilayah tetap atau koloni di Amerika Serikat menuju ke wilayah jauh di barat. Selanjutnya Amerika melakukan aneksasi ke wilayah Florida dan Texas. Kedua wilayah tersebut berhasil dikuasai oleh Amerika. Kemudian pada 30 Maret 1867, perjanjian jual beli 1,5 juta hektar tanah milik Rusia di Amerika Serikat seharga 7,2 juta dolar AS telah ditandatangani di Washington. Penjualan Alaska kepada amerika disebabkan salah satu factor yaitu meletusnya Perang Krimea. Rusia berperang melawan sekutu yang terdiri dari Inggris, Perancis, dan Turki. Ketakutan muncul kalau Inggris dapat memblokir Alaska, sehingga Rusia memutuskan untuk menjual Alaska kepada Amerika.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Diktat Pengantar Sejarah Amerika Utara. _____
Chandra Mass, Adhitya, dkk. 2005. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS.
Anonim. 07 April 2014. Mengapa Rusia menjual Alaska kepada Amerika?. Dalam http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/07/mengapa_rusia_menjual_alaska_pada_amerika_23547.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.